Sejarah Hidup dalam Menemukan Arti Teman yang Sebenarnya



Kalian tahu Ayu Gani kan ?. Itu tuh pemenang Asia's Next Top Model tahun kemaren. Dari Indonesia loh. Sebagai kakak (dari dunia lain). Aku bangga deh dengan adek ayu gani. Hehe.

Menjelang episode terakhir asia's next top model, Ayu Gani sempat  menceritakan sedikit tentang kisah hidupnya. Salah satunya yaitu saat ia pernah di bully oleh teman-teman di sekolahnya yang baru. Mendengar cerita itu, rasanya aku pengen menghampiri Ayu Gani sambil berkata 'i feel too'. Ya aku pernah merasakan hal yang sama. Dibully oleh teman-teman sekolah. Dan sumpeh, nggak enak banget rasanya. Pahit. Lebih pahit dari melihat tenda biru yang dihiasi indahnya janur kuning cyiinnnn. 

Kejadian tersebut terjadi saat aku masih duduk di sekolah dasar. Waktu itu tanpa alasan yang jelas mereka beramai-ramai mengucilkanku. Awalnya aku pikir sebab mereka mengucilkanku karena aku adalah murid baru di sekolah tersebut. Namun lama-kelamaan aku sadar, bahwa mereka memang bener-bener berniat mengucilkanku. Tapi kalau mereka lagi butuh, (biasanya sih butuh nyontek), pasti mereka mendekat. Nggak butuh, yaaa dikucilkan lagi. Kampret bener kan ?.

Sekali dua kali, aku masih menerima perlakuan tersebut. Tiga kali empat kali lima kali en... cukup. Sudah cukup. Aku nggak mau diperlakukan seperti itu lagi. Aku menolak untuk memberi contekan PR apalagi ulangan harian. Ogah. Dan efeknya adalah, mereka makin menjadi. Mereka mengajak teman-teman yang lain untuk ikut mengucilkanku. Namun karena sudah terlalu lama dan sering dikucilkan, membuat mental aku jadi tahan banting. Kelaut aja sana, emang gue pikirin.

Dan apa yang aku alami waktu SD, berpengaruh dengan pola pikirku saat duduk di bangku smp. Bahwa temen itu kampret. Butuh doank baru mepet mepet. Giliran nggak butuh eee kita di slepet slepet. Selain itu juga  Entah gimana, hati, pikiran, juga tubuhku, seakan begitu kompak untuk membuat benteng (takeshi) perlindungan dari yang namanya pertemanan. Iya, waktu smp aku bener-bener tidak tertarik untuk berteman. Jadi sama teman smpku dulu, aku cuma sebatas say hello aja. Nggak ada yang akrab sampek jadi kepompong. Nggak ada. Tapi meskipun begitu, aku masih mau bantu-bantu. Kalau minta diajarin materi pelajaran, yaaa aku ajarin. Kalau mau minjem pulpen atau minta tipe x, yaa aku kasih. Minjem catatan juga boleh. Asal jangan minta contekan aja. Trauma aku mah.

Aku dan temen sma

Roda kehidupan berputar. Akhirnya saat SMA benteng takeshi *halah, maksudnya tameng perlindunganku dari yang namanya teman sudah lenyap. Yup. Aku memiliki teman cyin. Teman yang kemudian menjadi sahabat. Karena mereka mendekat bukan karena ada kepentingan, tapi mereka juga hadir saat aku butuh bantuan. Cakep kan. Bagai kepompong. Merubah ulat menjadi kupu kupu syantiek. Dan hubungan tersebut masih terjalin sampat saat ini. Demikian pula saat kuliah, aku punya sahabat sahabat yang luwarbiyasak juga. Trus kalau sekarang gimana ? Masih suka berteman kan ? Ya masihlah. Masih suka. Suka berteman dengan kamu kamu juga kamu.

Aku dan temen kuliah

Alhamdulillah, rasa traumaku dengan yang namanya pertemanan sepertinya sudah memudar sejak lama. Namun untuk pembullyan tentu saja hal tersebut tidak akan aku lupakan. Karena :
1. Hal itu memang aku jadikan sebagai Pengingat. Pengingat bagaimana rasanya dibully. Bahwa dibully itu tidak enak. Jadi jangan pernah membully orang lain.

2. Itu adalah pelajaran berharga dalam hidup aku. Apa yang aku alami membuat aku tahu rasa serta dampak dari pembullyan. Salah satunya bisa membuat si korban menjadi trauma dalam jangka waktu yang cukup lama. Bahkan bisa jadi berakibat fatal. Maka dari itu, pembullyan harus benar benar dihapuskan. Karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Merdeka. *ahay.

3. Karena hal itu adalah sejarah hidupku dalam perjalanan menemukan teman juga sahabat yang sebenarnya. Selain itu juga, kata Bung Karno, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah bangsanya". Nah karena aku juga ingin menjadi besar, (bukan berat badan loh ya) maka aku tidak boleh donk melupakan sejarah hidup aku meskipun itu pahit *hiks.

Jadi seperti itulah sejarah hidup aku dalam hal pertemanan. Kalau kalian gimana ? Share di sini yuk. Yuukkkk.
***

Teman Ngeblog Aku

Memang bener apa yang dikatakan para blogger femes nan ngehits selama ini. Bahwa niatkan ngeblog untuk berbagi bukan untuk mencari mani (baca : money). Karena jika niat ngeblog untuk mencari uang dan niat tersebut tidak terwujud, maka yang akan hadir selanjutnya adalah rasa patah arang. Patah semangat. Bahkan bisa sampai kepada rasa putus asa.

Itu yang aku rasakan akhir tahun 2015 kemarin. Putus asa sebab niat juga usaha tak kunjung membuahkan hasil yang aku damba. Tak banyak. Tidak mendamba hasil banyak. Cuma ingin melihat senyum bangga orangtua aja sih. Bahwa niiii, anaknya yang hanya menjadi ibu rumah tangga, bisa menghasilkan duit juga. Bisa sedikit membantu menjaga stabilitas ekonomi keluarga *aseg.

Aku pun sempat mengutarakan keputus-asaanku itu di blogku ini.  Sebuah tulisan yang dibuat dengan berurai air mata dan full emosi. Isinya ya begitu itu. Melow bin selow dan ada amsyongnya dikit sih. Nah rencanaku, setelah tulisan tersebut publish, aku akan mengundurkan diri dari dunia blogging. Beneran. Lalu tulisannya mana ?. Sudah aku hapus *loh. Malu *syukuurrriinn.

Setelah aku publish. Beberapa saat kemudian ada sebuah komentar yang masuk dari mbak Diah Kusumastuti, seorang blogger ngehits dari sidoarjo yang tulisannya sering mejeng di media massa. Komentar dari pemilik blog Berbagi Cerita ini dibuka dengan kalimat :

"Ini mbak inda yang biasanya ceria itu kan ?".

JEDIERRRR

Kalimat dari mbak Diah sungguh benar-benaf menamparku #Plak, dan membuatku sadar dari ke-nyonyoranku *ahay. Mungkin kalau komentar mbk Diah dibuka dengan kata-kata begini : "Yang sabar ya, semangat", tidak akan membawa efek sebegitu besar pada aku yang tengah labil saat itu.

Namun karena mbk Diah membuka komentar dengan kalimat seperti itu, membuat aku langsung 'melihat' ke dalam diri aku sendiri. Merenung. Lalu mencoba bangkit kembali. Membulatkan tekad untuk kembali menekuni dunia blogging lagi. Tentu saja dengan niat yang baru. #ByeByeNiatLama. Sekali lagi makasih banget dah buat mbak Diah yak.

Selain mbak Diah, temen ngeblog aku yang lain adalah mbak ade anita. Sebab mbak ade pernah mencerahkan wajahku *halah, maksudnya aku pernah tercerahkan gegara membaca komentar dari Mbak Ade Anita di postinganku tentang hamil dan asma.

Temen ngeblog aku selanjutnya adalah yang ngasih komentar berisi saran berharga kepadaku, mengenai penulisan dan penyajian foto di postingan yang aku buat. Yakni mbak Lusi Tris, mbak Ophi Ziadah, mbak Inayah, dan mbak Beauty Asti.

Lalu temen ngeblog aku berikutnya adalah semua blogger yang sudah meluangkan waktunya untuk main-main ke blogku yang assolole ini. Berkat kunjungan serta jejak yang kalian tinggalkan di kolom komentar, membuat performa blog aku menjadi lebih baik. Dari yang tidak terdeteksi google, menjadi berhasil masuk dalam chart ampuh google. Meskipun baru beberapa postingan aja sih. Tapi aku sudah seneng banget loh. Katrok ya. Hehe.

Bagiku, teman itu, baik di dunia nyata maupun di dunia blogging yang jelas bukan dunia lain, adalah siapapun yang membuat aku menjadi pribadi yang lebih baik serta memotivasi aku untuk menghasilkan karya yang baik juga bermanfaat. Siapapun itu. Termasuk kamu yang lagi baca tulisan ini. *ciecieeee *cuitcuiiitt. :D

***
"Tulisan ini diikutkan dalam Irly & Diah's GA Collaboration: Teman Nge-Blog" 
Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

21 Hari Kembali Muda Tanpa Ditunda Pakai Age Revival Theraskin

Mombeb, sejak aku menjadi guru, aku amat peduli dengan penampilan mulai dari wajah hingga pakaian. Sebab penampilan merupakan salah satu car...