Hai
Pertama kali aku memberikan si kecil ken pensil warna itu saat ia berusia, kurang lebih, 9 bulan. Dan coretan pertamanya ia goreskan di sebuah buku gambar bekas milik adek sepupunya.
![]() |
ken mulai kenal coret coret sejak usia 9 bln |
Setelah berusia 1 tahun, si ken tak lagi melakukan kegiatan mencoret-coret kertas karena ajakanku, melainkan ia sudah memiliki inisiatif sendiri. Bukan lagi mencoret-coret kertas. Namun ia lebih memilih untuk MENCORET CORET TEMBOK.
Wakwaw
Awalnya aku tidak mendukung hal ini. Aku lebih suka apabila si ken menggambar pada tempatnya. Seperti buku gambar atau kertas maupun kanvas. Alhasil saat si ken mulai mendekat tembok rumah dengan membawa pensil, pulpen, atau spidol, aku malah heboh sendiri sambil bilang :"Jangan nak, jangan, nanti temboknya kotor". Dan tentu saja,kejadian tersebut akan berakhir dengan drama. Si ken nangis, emaknye juga jadi mbrebes mili. Hiks.
Style ibu, beda dengan style si ayah. Yup, si ayah malah kebalikan dari aku. Ia membiarkan si kecil ken mengeksplorasi tembok di rumah. Bahkan seluruh penjuru rumah juga boleh. Jadi penanak nasi, kipas angin, lemari es, juga tak luput dari buah karya abstrak si kecil ken.
Aku sempat memperdebatkan hal ini dengan suami. Dan berjalan cukup alot ya. Karena nyambung ke visi misi dalam mendidik si kecil ken nanti. Akan tetapi setelah si ayah berkata :
"Iya, nanti aku cat temboknya, jangan khawatir".
Aku pun mundur teratur. Dan menerima gaya parenting si ayah dengan hati gerundel. Hahaha.
Seiring berjalannya waktu, *aseg*, hatiku yang gerundel dengan gaya parenting si ayah, perlahan mulai hilang dan berubah menjadi :
"Okeh coret coret saja temboknya nak, Kalau perlu sekalian lantainya deh yak, Nggak apa-apa, Bebas bereksplorasi di rumah".
Laiyooo malah berubah 180 derajat gitu yak ? Iyak, Hahahaha.
Perubahan tersebut terjadi bukan karena aku diberi 'gratifikasi' sama si ayah, berupa tambahan duit belanja, atau dibelikan ini itu. Bukan karena itu. Perubahan tersebut terjadi karena aku mulai melihat dampak positif dari pemberian kebebasan untuk si kecil ken dalam mengeksplorasi tembok rumah. Dan dampak positif tersebut antara lain :
● Motorik si kecil ken benar-benar terasah dengan baik
Lenggak-lenggok, liuk-liuk, ketidakberaturan coretan-coretan si kecil, secara tidak langsung membuat gerakan tangannya menjadi tidak kaku. Dan hal ini membuat kemampuan menulisnya menjadi oye banget.
Aku tak perlu membimbing tangannya untuk menulis huruf abjad, atau angka, atau huruf hijaiyah. Aku tidak perlu melakukan itu. Karena si ken bisa melakukannya sendiri.
Bukan hanya menulis, menggambar pun demikian. Aku tak perlu membimbing tangan si kecil ken untuk membuat bentuk lingkaran, segitiga, persegi panjang, dan lain sebagainya. Karena ia sudah bisa membuatnya sendiri.
● Kreativitas dan imajinasinya juga terasah
Aku dan si ayah hanya sekedar mengenalkan si kecil ken dengan huruf abjad, hijaiyah, dan angka. Dan iya, si ken pun mengenal mereka dengan baik. Ahay.
Si kecil ken bisa kenal dan hapal betul dengan huruf hijaiyah, abjad, angka, saja aku sudah seneng banget loh. Sudah alhamdulillah banget. Apalagi ia bisa mengkreasikan huruf abjad seperti di bawah ini. Duuhhhhh, super duper happy mah saya.
![]() |
kreasi huruf abjad |
![]() |
Kreasi huruf abjad |
![]() |
Perpaduan mobil dan perahu |
● Kemampuannya dalam menggambar juga oke punya
Aku tu bisa dibilang nggak bisa menggambar. Gambarku ya begitu-begitu aja. Jadi kalau si ken minta bikinin contoh gambar mobil, ya udah aku bikin deh gambar mobil yang tak lekang dimakan zaman, rodanya duak, bentuknya begitu. Makanya aku bersyukur banget si ken bisa lebih dari aku, Ia bisa meniru bentuk benda dan mewujudkannya ke dalam sebuah gambar.
● Si kecil ken nampak happy dan bersemangat saat melakukan kegiatan menulis, maupun menggambar.
Hampir setiap hari loh, si ken pasti melakukan aktivitas ini. Dan alhamdulillah nggak pernah bosen. Jadi ya kalau aku mau menambahkan materi belajar buat si ken, aku pakai metode ini deh, menggambar. Dan si ken pun nampak happy loh. Nggak nolak sama sekali kalau pakai metode belajar seperti ini.
Asli. Aku bener-bener nggak nyangka loh, bahwa memberikan si kecil ken kebebasan untuk mengeksplorasi tembok bisa memiliki dampak kece seperti ini.
O ya, meskipun aku dan si ayah memberikan kebebasan bagi si kecil ken untuk mengeksplorasi tembok rumah, aku dan si ayah tetap memberikan batasan kepada si kecil ken. Bahwa kegiatan mencoret coret ini hanya boleh dilakukan di tembok rumah. Alhamdulillah, si ken paham.
Kemudian soal rumah jadi nampak kotor dan malu kalau ada tamu yang datang, aku mengakalinya dengan meminta maaf kepada si tamu mengenai kondisi tembok rumahku yang alakazam dan menjamu tamu dengan baik.
Setiap hal pasti ada pro kontranya. Dan setiap pro kontra tersebut pati memiliki alasan atau pendapat masing-masing. Tapi untuk yang satu ini, mencoret-coret tembok rumah, tentu saja aku PRO meeennn :D