Sebuah Foto Diinstagramku yang Bermakna Aku Tengah Merindu


Sebuah Foto di Instagramku yang Bermakna Aku Tengah Merindu ~ Bagi aku, sebuah foto, nggak hanya sekedar mengungkapkan peristiwa, menggambarkan suasana, atau menampilkan rupa. Akan tetapi, sebuah foto juga bisa menjadi ekspresi rasa, serta mewakili sebuah jiwa. Seperti sebuah foto yang satu ini.


Ini adalah salah satu foto yang ada instagramku, @indachakim. Kalian sudah follow belum ? kalau belum, follow-in dooonnkk, ya ya ya ? plis plis plis. Ntar aku langsung follow balik. Cus. #MalahPromosi. Hehe.

Iyup, itu memang salah satu foto diinstagramku. Foto yang bagiku mengekspresikan rasa yang ada dalam hati aku akhir-akhir ini. Just missing something ? Bukaaann. Tapi lebih dari itu. Emmmmm..... aku....aku rindu masa-masa menjadi full time mom. Sungguh. Ibu rumah tangga yang full di rumah. Meskipun tanpa ART, meskipun jarang punya waktu untuk me time. Tapi aku seneng. Pegel-pegel happy gitu. Asli. Masih nggak percaya ? belah dadaku nih. Nih nih nih. Hahayyy.

Mungkin nampak klise gitu. Tapi memang itu yang aku rasakan. Aku seneng banget menjadi full time mom.

Rasa senang tersebut bukannya tanpa ada alasan. Melainkan dilatarbelakangi oleh hal seperti ini nih. Nggak tau kenapa, sejak si kecil lahir, rasanya, di sini nih, di hati sini nih, tiba-tiba ada yang meletup-letup. Ada gairah, ada rasa tertarik di sana. Tertarik untuk mempelajari, mengamati, memahami tumbuh kembang si kecil ken. Bagaimana tahapan si kecil bisa melakukan ini, bisa memahami itu, mampu begini, ahli begitu, bisa ini itu, semuanya. Lalu kira-kira, kalau aku beri input seperti ini bagaimana respon si ken dan lain sebagainya. Maka dari itu aku selalu semangat untuk menstimulus si kecil ken. Saking semangatnya, aku rela mengurangi waktu istirahatku atau me time aku, untuk mempelajari teori-teori tentang tahapan perkembangan anak kemudian mempersiapkan bahan-bahan yang akan aku gunakan untuk menstimulus si kecil ken.

Seperti yang diungkapkan oleh Frobel nih, seorang Tokoh Pendidikan Abad ke-18 dan awal abad ke-19, bahwa bermain dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan pada anak. dunia anak adalah dunia bermain. main main dan main. Jadi untuk menstimulus anak maka caranya adalah Bermain sambil distimulus.

Untuk melakukan ini, aku sering membuatkan mainan untuk si kecil ken. Dimana mainan-mainan tersebut aku sesuaikan dengan apa yang ingin aku stimulus. Salah satu contohnya ya seperti mainan di atas itu adalah saat aku ingin menstimulus kecerdasan interpersonal si ken yakni memahami berbagai macam ekspresi. Dimulai dari ekspresi senang. Maka kemudian aku membuat mainan mobil-mobilan dari kemasan bekas bedak si ken. Kemudian, pada bagian depan mobil, aku beri gambar ekspresi senang atau happy. Seperti itu. Lalu bagaimana respon si ken ? Yang paling utama adalah si ken mau memainkan mainan dari barang bekas yang aku buat, alhamdulillah. Selanjutnya adalah si ken paham dengan ekspresi senang berikut dengan memahami maksud dari kata senang. Jadi kalau aku meminta si ken untuk menunjukkan ekspresi senang, ia akan berekspresi seperti itu, senyum mengembang dan mata menyipit.

Selain rasa syukur alhamdulillah, atas respon si ken. Aku juga tak henti melantunkan kalimat Subhanallah, Allahu akbar. Karena, aku takjub. Ada rasa takjub yang menyeruak di dada. Aku merasa takjub dengan karyaNya yang sungguh....amat luar biasa. Hanya diberi stimulus sederhana, tapi perkembangannya bisa melesat luar biasa. Aku terpana. Terpana dengan perkembangan si kecil ken. Dari yang nggak bisa apa-apa, sekarang, bisa apa-apa. Bahkan tanpa aku ajari atau aku beri contoh pun, ia bisa melakukannya.



Namun, sayangnya, kegiatan itu, 6 bulan terakhir ini, hampir tidak pernah aku lakukan. Karena ......aku tengah disibukkan oleh aktivitasku yang baru yakni menjadi seorang mahasiswi. Yang mana untuk menjalani aktivitasku yang baru ini, aku, memerlukan banyak waktu. Waktu untuk beradaptasi dan terutama waktu untuk memancing memori zaman s1 dulu. Karenaaaaaa, beberapa materi yang aku dapat di S2 ini adalah materi di S1 dulu.

Mungkin tidak akan menghabiskan waktu yang lama untuk memanggil memori zaman S1 dulu, jika aku, selama 4 tahun ini berkubang dengan hal-hal yang berhubungan dengan S1. Seperti menjadi guru matematika, tentor, terlibat dalam olah data statistik dan sebagainya. Nyatanya, tidak demikian toh ? Ho oh. Karena selama 4 tahun ini, aku memilih fokus menjadi seorang ibu rumah tangga. Walhasil ingatan masa lalu terpendam jauh. Ditumpuk oleh memori tentang tumbuh kembang si kecil, parenting, dan lain-lain. Jadi, wajar lah yah jika aku mengalami yang namanya loading lama. Hahayyyy. Tutup muka ah. Maluk.

Jadi nih, demi nggak jadi Loading Lama. Aku butuh banyak waktu untuk belajar. Dan hal ini otomatis membuatku mengurangi porsi waktuku untuk si kecil ken. Mengurangi waktu untuk menstimulusnya. Hiks.
Sedih. Merasa bersalah. Merasa tak enak karena rasanya seperti mengorbankan perkembangan si ken. Yang harusnya bisa begini begini, jika distimulus, jadi...hhhh.

Tapi, setelah semester awal ini berakhir, aku bertekad untuk tetap bisa menstimulus si ken. Karena insyaAllah, aku sudah bisa beradaptasi dan otak udah lumayan cepetlah loadingnya. Butuh pemanasan satu semester rupanya. Uhuy. 

Jadi, aku berharap, #KisahFotoInstagramku ini, di foto ini, foto yang captionnya berisi rasa rindu ini, merupakan yang pertama dan terakhir nongkrong diinstagramku. amin. Doain ya kawan. Doain aku bisa yak. Yuhuuuu. Makasih ya. Semoga doa kalian juga diijabah amin. :). 

***





Saat Ibu Berkolaborasi dengan Teori Howard Gardner dan Deporter dalam Menstimulus Kecerdasan Linguistik Si Kecil

Hai Kawanku Seperdasteran alias Buibuuuuu.
*Hahayyy*

Aku mau tanya nih ya. Apa yang akan kalian lakukan nih kalau bertemu dengan seseorang yang men-judge ini itu soal tumbuh kembang si kecil ? Langsung baperkah ? Atau nggak ambil pusing dengan perkataan orang itu ?. Kalau aku,...emmm...langsung baper. Hiyaaahhh.

Iya, aku pernah bertemu dengan orang yang begitu-begitu. Dan aku pun langsung baperloh denger kata-kata mereka. La gimana nggak baper cobak, la wong nge-judge nya begitu. Cuma gara-gara, anakku, si ken ginuk-ginuk, nggak seperti anak-anak seusianya yang udah lancar berbicara, eee si ken dibilang nggak bisa ngomong. Hadeehhhh. Asli. Bikin aku baper tingkat mak lampir. “Berani-beraninya kamu Sembara? Hiyaaatt ciyat ciyat ciyat”.

Padahal mah, Si ken bukannya nggak bisa ngomong. Bisssaaaaa. Tapi belum jelas dan lancar, selancar anak-anak seusianya. Jadi orang itu aja yang nggak paham soal tumbuh kembang anak. Karena, kalau orang itu paham, ia nggak akan ngomong begitu. Malah mungkin ia akan bilang, “Nggak apa-apa, distimulus aja lagi”. Gitu.

Pada dasarnya, menurut Howard Gardner, setiap anak memiliki bibit multiple intelligence. Yang harus dilakukan yakni memberikan stimulus bibit tersebut agar berkembang dengan baik. Nah dari sini aku berkeyakinan bahwa si ken pun memiliki bibit kemampuan berbicara yang merupakan bagian dari kecerdasan linguistik. Hanya tinggal memberikan stimulus aja untuk menumbuhkan dan mengembangkan bibit tersebut.


Selain itu juga, diantara 8 kecerdasan tersebut, pasti ada, satu kecerdasan atau dua atau lebih, yang dominan dimiliki oleh si anak. Dan juga ada kecerdasan yang tidak terlalu menonjol. Perihal ini, aku merasa bahwa kecerdasan yang paling menonjol atau paling dominan dimiliki si ken adalah kecerdasan kinestetik. Sementara kecerdasan yang tak terlalu nampak adalah kecerdasan linguistiknya.

Berbekal poin-poin di atas. Aku mulai merumuskan strategi nih. Bagaimana cara untuk menstimulus kecerdasan linguistik (kemampuan bicara) si kecil ginuk-ginuk. Adapun strategi yang aku lakukan adalah dengan memanfaatkan kecerdasan dominan si ken (kecerdasan kinestetik) untuk menstimulus kecerdasannya yang kurang menonjol tadi.


Menurut Howard Gardner lagi. Kecerdasan kinestetik itu merupakan kemampuan anak dalam melakukan olah tubuh. Sehingga anak dengan kecerdasan ini, akan suka sekali bergerak kesana kemari. Mak tuing-tuing, hinggap disana dan disini. Mengeksplorasi ini itu. Terutama mengeksplorasi hal yang menarik baginya. Dan susah untuk duduk diam berlama-lama. Jadi nih, aku akan menggunakan poin-poin ini untuk menstimulus kecerdasan linguistik si kecil ken. Dan kira-kira rinciannya adalah sebagai berikut :

  • Pada saat si ken bereksplorasi, terutama mengeksplorasi hal yang paling disukainya, aku akan aktif mengajak si ken berbicara, mengenalkan setiap nama dari apa yang sedang ia eksplorasi.

  • Si ken suka menirukan gerakan-gerakan atau tarian-tarian yang ada di lagu anak-anak. Salah satu lagu anak-anak yang melibatkan gerakan-gerakan di dalamnya yakni lagu anak yang liriknya “Dua mata saya, hidung saya satu, .....”. Nah ini akan aku manfaatkan untuk mengenalkan nama-nama anggota tubuh si ken.
  • Dalam hal mainan. Si ken memang lebih sering memainkan mainan yang melibatkan tangan atau kaki untuk memainkannya. Seperti bola, mobil-mobilan, puzzle, dan lain sebagainya. Untuk bola, aku bisa memanfaatkan ini untuk mengenalkan nama-nama angka. Misalnya : “Ayo lepas bolanya keeennn, satuuu, duaaa, tigaaaa”. Kemudian untuk mobil-mobilan, aku bisa mengajaknya bermain peran dengan membuatkannya sebuah diorama kota mini. Dan lain sebagainya.

Menstimulus linguistik si ken dg bermain peran
"The Cars"
Menggunakan diorama kota mini
Namun, ada kalanya, ada masanya, aku tepar alias kesehatanku menurun. Maklumlahyah, aku bukan wonder woman, apalagi cat woman, tapi katy perry. *Glodak. Hahaayyy. Sehingga, kalau sudah begini aku tak bisa menemani si ken bermain, bereksplorasi dan menstimulus kecerdasan linguistik si ken. Maka dari itu, aku pun membuat strategi cadangan. *aseg*. Dan strategi ini terisnpirasi dari teori yang diungkapkan oleh Deporter bahwasanya ada tiga tipe gaya belajar. Yakni Kinestetik, visual, dan auditori.

Sumber gambar : belajar123.com
Dari tiga tipe gaya belajar tersebut, memang, dan lagi-lagi yang paling menonjol adalah gaya belajar kinestetik.  Lalu bagaimana dengan yang lainnya ?. 

Gaya belajar si ken selain kinestetik yakni visual.
Menggambar bunga
Diantara dua gaya belajar selain kinestetik yakni visual dan auditori, ada satu gaya belajar lagi yang ada pada si ken. Yaitu gaya belajar visual. Anak dengan gaya belajar visual, lebih mudah memahami sesuatu dengan cara visual, seperti melihat gambar, melihat video, dan lain sebagainya. Dan hal ini tentu saja aku manfaatkan dengan baik. Jadi saat aku tepar, lemah tak berdaya, aku sudah menyiapkan beberapa video lagu anak-anak juga beberapa gambar atau kartu huruf untuk menstimulus kecerdasan linguistik si kecil ken.

kartu huruf untuk menstimulus linguistik si ken
Alhamdulillah, dengan menggunakan strategi ini untuk menstimulus kemampuan  berbicara si ken yang merupakan bagian dari kecerdasan linguistik, si ken sekarang sudah mulai wesewesewes. Ngoceh mulu. Bahkan nggak hanya ngoceh pakek bahasa Ibu aka bahasa Indonesia, tetapi juga bisa bahasa Inggris. Kalah eikeh mah. Hahahaha. 

Kalau kalian gimana nih kawan. Pernah ngalamin, pernah melihat, atau pernah dapet ilmu soal hal ini juga nggak, dimana si kecil belum lancar berbicara selancar anak-anak seusianya ? Boleh donk share dimari yak. Berbagi pengalaman, berbagi ilmu dalam menstimulus si kecil. InsyaAllah pasti memberi manfaat. Amin. Oke monggo dishare yak. Trimikisih. :)

***
      

Kesan Pertama 2017 : Aku Tak Lagi Mendapat Peran Sebagai Suatu Benda

Welcome 2017.
Apa kabar kalian hari ini ? Di minggu pertama Tahun 2017 ? Mantab surantab to ? Tetep cucok kan ? Sipppp. Alhamdu..lillaaahhhh...

Ngomongin soal kesan pertama di tahun 2017 yuk. Udah ada yang ngerasain sesuatu nggak di awal tahun ini atau ngalamin kejadian spesial gitu ?. Sebuah rasa atau kejadian yang bikin kalian merasa optimis akan tahun 2017 ini ? Sudah kah ? Apa nih apa ? Cerita doonnkk ? Atau aku dulu nih yang cerita. Oke, capcus cin. :D

Alhamdulillah, awal tahun 2017 ini, aku sudah merasakan kesan pertama yang mengundang rasa optimis akan tahun ini. Terutama dalam hal tumbuh kembang si kecil ken.

Kesan pertama itu bukan hal yang luar biasa sih. Bukan kejadian seperti tiba-tiba si ken ngasih bunga gitu atau si ken bilang "i love you muma", atau bilang "Muma ndang mandi, baunya kecut selenting-selenting". Bukan.
Apalagi kejadian yang terakhir, tentu saja bukan, karena itu adalah kata-kata sayang dari suami tercinta. *aseg*. 

Jadi kejadian yang aku maksud adalah kejadian yang terjadi saat aku diajak bermain peran oleh si kecil ken. Aku yang dulunya selalu diberikan peran sebagai benda mati seperti perosotan, ayunan, bahkan trampolin, sekarang sudah meningkat menjadi berperan sebagai makhluk hidup. Super hero pula. Yang dikenal dengan nama Satria Bima X.

Iya, peranku sekarang bukan lagi jadi benda mati. Si ken memberikanku peran menjadi Satria Bima X di skenario yang ia buat.

Harapanku, semoga peranku meningkat lagi, nggak lagi jadi Satria Bima X. tapi jadi sailormoon lah, atau jadi dian sastro juga boleh, boleeehhh, boleh banget. Wkwkwkwkwk.

Atas hal ini. Atas kesan pertama yang begini ini. Di awal tahun 2017 ini. Aku opstimis, tumbuh kembang si ken akan meningkat pesat di sepanjang tahun 2017 ini. InsyaAllah. Amin.

Nah, kalau kalian gimana ? kesan pertama 2017 versi kalian seperti apa nih ? monggo dishare dimari yak. Matur nuwun.


Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

About Me

Halo Assalamu'alaikum, Aku Inda, guru tk. Aku  ibu dari dua bocil, ken dan yumna, yang suka menulis, suka kulineran, jalan-jalan...