Gaya Parenting ala Orangtua yang Masih Punya Luka Masa Kecil Sebab Bullying

 

Stop bullying


Ada rasa tak terima, marah, juga sakit hati tiap kali aku membaca atau menonton berita tentang kasus bullying. Pun seketika berbagai macam pertanyaan menyeruak di kepalaku. Koq hal ini bisa terjadi lagi? Please, berhenti. Tolong cegah hal ini terjadi lagi. Karena dampak dari bullying bukan hal yang bisa dianggap remeh. Karena dampak bullying bisa mempengaruhi masa depan korban secara signifikan. Kata siapa?


Dr. Andre Sourander, seorang profesor psikiatri anak di Universitas Turku di Finlandia, melaporkan hasil penelitiannya bahwa anak-anak yang diintimidasi pada masa kanak-kanak memiliki peningkatan risiko gangguan depresi dan membutuhkan perawatan psikiatris di kemudian hari (Sourander et al, 2016).


Ya, seperti itulah faktanya. Seperti itulah yang aku rasakan juga. Aku, Aku si korban bullying di masa kecil. Aku merasakan dampak bullying sampai bertahun-tahun lamanya. 


Peristiwa bullying yang menimpaku itu terjadi saat aku di taman kanak-kanak dan juga saat aku di sekolah dasar. Masih ingat? Aku masih mengingatnya bahkan beberapa bentuk tindak bullying yang aku alami pun masih lekat di memori. Bullying yang menyebabkan luka di hidupku. 


Infografis data kekerasan dan bullying yang terjadi di setiap jenjang pendidikan


Luka yang aku alami sebab bullying tidak hanya fisik melainkan juga luka psikis. Sakit dari luka fisik sebab bullying bisa segera sembuh lalu hilang hanya dalam hitungan minggu, namun sakit luka psikis masih begitu terasa hingga bertahun-tahun lamanya.


Luka sebab bullying


Dampak Bullying


Luka psikis yang aku derita, secara langsung berdampak pada kepribadianku. Aku menjadi pribadi yang tertutup. Aku juga sulit bergaul terutama saat berada di lingkungan yang baru karena nyaris selalu diterkam rasa cemas setiap kali berada di lingkungan baru. Berbagai macam tanya menyeruak di kepala,  kalau aku ikut bergaul apakah aku akan diterima di lingkup pergaulan tersebut? Ataukah aku akan mengalami hal yang sama seperti dulu, menjadi bahan bully-an? Apakah mereka tipe pembully? Dan sebagainya. 

Ya, aku, secemas itu.


Dampak bullying jangka panjang dan jangka pendek


Sayangnya, dampak bullying yang masih melekat padaku itu, rasa cemas itu, masih hadir saat aku sudah menjadi seorang ibu. Seharusnya, seharusnya aku menghilangkan dampak bullying itu sebelum aku menjadi ibu. Karena dengan begitu, tidak akan tercipta gaya parenting ala orangtua yang masih punya luka masa kecil sebab bullying. Yang mana gaya parenting ini (nyaris) membahayakan anakku sendiri. Aku, (nyaris) membuat anakku dalam bahaya. 


Dampak Bullying: Gaya Parenting ala Orangtua yang Masih Punya Luka Masa Kecil Sebab Bullying. 


Ya, setelah aku menjadi seorang ibu, dampak bullying berupa rasa cemas pada hal yang terkait dengan bergaul atau bersosialisasi, tetap merajaiku. Kecemasanku ini membuatku memproteksi anakku sedemikian rupa. Aku tak pernah melepas anakku bahkan dengan sanak saudara. Aku tidak bisa menaruh percaya bahwa anakku akan baik baik saja saat bersama dengan orang selain aku. Sebab, bagiku, tempat teraman anakku adalah saat bersamaku. 



Ini semata-mata aku lakukan agar ia tidak mengalami hal yang aku alami waktu kecil. Pernah ada tetangga yang mengatakan aku lebay atau berlebihan dalam menjaga anakku sampai sampai saat main bersama temannya pun aku pantau.  


Tapi, sungguh, aku tak peduli dengan ucapan tetangga. Aku hanya menjaga agar tidak ada yang membully anakku, aku mau ia tidak memiliki luka masa kecil sepertiku, aku mau masa tumbuh kembangnya optimal tanpa terhalang oleh tindak bullying. Aku mau ia memiliki kenangan masa kecil yang membahagiakan tanpa dibayangi rasa sakit sebab perundungan. 


Puncaknya, saat anakku meminta sekolah, aku melarangnya. Aku mengatakan padanya untuk home schooling saja. Aku takut ia akan mengalami hal yang aku alami saat  berada di taman kanak-kanak. Aku, saat di taman kanak-kanak dibully oleh oknum guru yang seharusnya menjaga anak didiknya dari tindak bullying. 

Infografis pelaku kekerasan di sekolah



Faktor penyebab munculnya perilaku bullying


Beruntung, aku memiliki suami yang memiliki latar ilmu psikologi sehingga ia paham dengan kondisiku. Bahwa aku (masih) menggenggam luka masa kecil sebab bullying. Bahwa aku (masih) hidup dengan inner child. Bahwa aku belum sembuh dari dampak bullying masa kecil.  


Oleh sebab itu, Ia tidak menuruti keinginanku untuk mendekap anak kami dan menjauhkannya dari dunia luar. Ia malah mendukung anak kami pergi ke dunia luar. 


Awalnya aku menolak apa yang dilakukan suami pada anak kami. Aku takut, benar-benar takut anak kami mengalami apa yang aku alami saat kecil. Tapi, suami berhasil meyakinkanku bahwa anak kami tidak akan mengalami apa yang aku alami dulu 


"Ada, pasti ada sekolah yang baik untuk anak kita, sekolah yang tidak ada bullying di dalamnya" kata suami padaku. Aku mengangguk perlahan. Di satu sisi, ada rasa takut, cemas, dan juga rasa tidak yakin akan adanya sekolah yang nihil bullying di dalamnya. 


Lalu, suami mulai mencari sekolah.  Ia meluangkan waktu untuk melakukan survey ke beberapa sekolah taman kanak-kanak. Uniknya, ia melakukan survey saat di jam-jam istirahat. Katanya, dengan begini, ia bisa tahu seperti apa pengawasan sekolah pada anak-anak. Apakah guru ada di sekitar anak-anak saat di jam istirahat atau tidak. Karena menurut suami, bullying bisa terjadi di sekolah, salah satunya disebabkan karena lemahnya pengawasan orang dewasa dalam hal ini adalah guru sekolah.


Akhirnya usaha suami menuai hasil. Ia menemukan sekolah yang sesuai dengan keinginanku, yang aman, dan tidak ada bullying di dalamnya. Ini dapat aku lihat dari keakraban yang terjalin antara anakku dan teman-temannya juga dengan guru-guru di sekolah. Aku sendiri, saat berkunjung ke sekolah si kecil, merasa ada kehangatan di sana. 


Aku bersyukur, benar-benar bersyukur, anakku tidak mengalami apa yang aku alami saat di taman kanak-kanak. Alhamdulillahirobbil'alamiin. 


Belakangan, aku baru menyadari bahwa apa yang suami lakukan, bisa dibilang menyelamatkan anak kami dari aku, ibunya yang masih dihantui luka masa kecil. Aku tidak bisa membayangkan andai saja suami menuruti keinginanku, bisa jadi anak kami  tidak akan mengenal dunia luar. 


Menyembuhkan Luka Masa Kecil Sebab Bullying 


Lalu, bagaimana kondisiku saat ini?  Apakah dampak luka masa kecil berupa bullying itu masih ada? Masih, masih ada. Hanya saja, saat ini aku mulai berusaha menginjak pedal rem atau istilahnya berusaha mengontrol diri. Aku berusaha mempraktekkan cara-cara menyembuhkan luka masa kecil sebab bullying yang aku dapatkan di situs The Asian Parent Indonesia tentang 9 cara menyembuhkan trauma masa kecil . Karena, bagaimanapun bahkan sudah seharusnya aku memperhatikan dan berusaha menyembuhkan luka masa kecil sehingga tidak akan melakukan pengasuhan secara over protektif yang justru malah membahayakan anakku sendiri. Di situs The Asian Parents Indonesia, disebutkan efek samping pada anak yang diasuh secara over protektif yakni anak lebih mudah bergantung pada orang lain, mudah menjadi cemas, kurang dewasa, tidak pandai menyelesaikan hal-hal yang mendasar, tidak terampil bersosialisasi dan sebagainya.


Jadi, sembari menyembuhkan luka masa kecilku, aku memilih bergabung dengan suami untuk mencari formula pengasuhan atau gaya parenting yang sekiranya dapat menjauhkan si kecil dari bullying dan juga mencegahnya menjadi pelaku tindak bullying. Kami mengawalinya dengan membuka memori saat aku mengalami bullying. 


Aku sempat keberatan dengan ide dari suamiku ini. Karena rasanya menyesakkan tiap kali membahas soal luka masa kecil. Tapi, kata suami, ini juga bagian dari tahapan menyembuhkan luka masa kecilku dan juga demi si kecil, aku akhirnya mau melakukannya. 


Kami mencari penyebab aku mengalami bullying. Nah, dari situ kami membuat formula gaya parenting untuk menjauhkan si kecil dari tindak bullying dan mencegahnya menjadi pelaku bullying. 


Gaya Parenting Agar Anak Tidak Menjadi Korban Bullying dan Tidak Menjadi Pelaku Bullying


1. Demokratis

Ada 3 macam pola asuh menurut Diana Baumrind yakni pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permisif. Dari 3 pola asuh tersebut, aku dan suami sepakat memilih pola asuh demokratif. Orangtua lain juga mungkin akan memilih hal yang sama seperti kami. 

Salah satu alasan kami memilih pola asuh demokratif adalah adanya komunikasi dua arah antara orangtua dan anak di dalam pola asuh tersebut. Ini penting bagiku. 

Aku punya alasan berpendapat seperti itu. Karena aku merasakan sendiri bagaimana rasanya jika tak ada komunikasi dua arah antara orangtua dan anak. 

Dulu, saat aku di sekolah dasar (bahkan hingga sekolah menengah pertama), bisa dibilang aku jarang berkomunikasi dengan orangtua. Aku tidak terbuka pada orangtua.  Aku nyaris tidak pernah bercerita tentang apa yang aku rasakan, apa yang aku alami, baik di sekolah atau di TPQ. Orangtuaku pun jarang bertanya. Sepanjang hari kami sibuk dengan aktivitas kami masing-masing. Hal inilah yang belakangan aku sadari sebagai sebab aku mengalami bullying berlarut-larut. 

Itulah alasanku mengatakan bahwa komunikasi dua arah itu teramat penting. Komunikasi dua arah antara orangtua dan anak secara otomatis akan membuat anak terbuka pada orangtua. Jika anak terbuka pada orangtua, anak akan menceritakan apa yang ia alami termasuk mengatakan jika ada org yang hendak atau sudah menyakiti atau melakukan tindak bullying padanya.  


2. Membuat anak percaya diri

Untuk memunculkan rasa percaya diri pada anak adalah dengan menstimulasi kelebihan yang dimiliki oleh anak. Hal ini tidak hanya akan menumbuhkan rasa percaya diri melainkan juga menumbuhkan rasa bangga pada diri sendiri. Ia juga akan merasa bahwa dirinya adalah orang yang berharga dan tidak bisa diremehkan, direndahkan, atau bahkan ditindas (bullying) sekalipun. 


3. Melatih berani

Tidak berani adalah salah satu penyebab aku mengalami bullying berlarut-larut. Ya, aku dulu tidak berani mengatakan apa yang aku alami pada orangtua ku karena khawatir akan mengalami bullying yang lebih parah dari biasanya. 

Aku juga tidak berani berkata tidak, jangan, berhenti, pada pelaku bullying. Aku memilih diam, pergi, atau bahkan menangis. 

Oleh sebab itu, aku dan suami sepakat untuk menstimulasi keberanian anak kami dengan cara memberikan ruang baginya untuk mengutarakan pendapatnya serta menghargai pendapatnya itu. Kami juga memberikan contoh padanya melalui interaksiku dengan suami. 

Sebagai tambahan, kami memberikannya buku-buku hingga video-video anak yang didalamnya terdapat adegan berani mengungkapkan pendapat, berani mengatakan yang benar, berani memperbaiki yang salah dan sebagainya.


4. Menstimulasi kemampuan bersosialisasi.

Kemampuan bersosialisasi merupakan salah satu bagian dari kecerdasan majemuk Howard Gardner atau yang juga dikenal dengan kecerdasan interpersonal. Setiap kecerdasan memerlukan stimulasi agar kecerdasan berkembang secara optimal. 



Adapun bentuk stimulasi kemampuan sosialisasi yang kami berikan seperti menstimulasi rasa empati anak, menerima keberagaman, toleransi, dan sebagainya. Lalu lawan atau kebalikan dari rasa-rasa inj, maka bisa jadi mengarah pada tindak bullying. Jika anak menemukan orang yang  tidak memiliki rasa empati, intoleran, dan sebagainya, maka ia harus waspada dengan orang tersebut. Pengetahuan ini bisa jadi alarm baginya sehingga terhindar dari tindak bullying. Hal ini juga bisa mencegah anak menjadi pelaku bullying itu sendiri.

Harapan kami, stimulasi dan pengetahuan kemampuan sosialisasi yang kami berikan dapat menjadi bekal baginya saat ia bersosialisasi di sekolah, di tempat mengaji (TPQ), saat bermain, atau dimanapun ia berada. 


5. Memberikan contoh baik pada anak

Aku tahu bagaimana rasanya dibully, oleh sebab itu aku benar-benar menjaga diri untuk tidak menjadi pembully pada anakku,  pada siapapun. Aku berharap apa yang aku lakukan ini dapat menjadi contoh bagi anakku sehingga ia tidak akan menjadi si pelaku bullying. 


Seperti itulah formula gaya parenting yang kami terapkan pada si kecil. Namun formula tersebut tidak bersifat mutlak. Kami masih terus belajar, belajar, dan belajar menjadi orangtua untuk si kecil. Salah satunya belajar di website, dan media sosial the Asian Parents Indonesia. 


The Asian Parent adalah situs terbaik di Indonesia yang membahas seputar kehamilan, bayi, tumbuh kembang anak, kesehatan anak, nutrisi anak, serta pengasuhan. Di sini aku bisa belajar banyak hal, tak hanya materi melainkan belajar dari para orangtua yang share pengalaman gaya parenting mereka. Jadi formula tersebut mungkin saja bertambah seiring pengetahuan dan pengalaman yang kami dapatkan. 


Terlepas dari itu, aku, sebagai orang yang pernah menjadi korban bullying sungguh-sungguh berharap sepenuh hati, tidak akan ada bullying lagi. Aku berharap ada tindakan nyata dari dunia pendidikan yang didukung oleh yang terkait termasuk para orangtua untuk mencegah terjadinya bullying lagi. 


Semoga dengan usaha nyata untuk mencegah terjadinya bullying yang dilakukan secara bersama-sama dapat menjadikan Indonesia bebas bullying sehingga tidak akan lagi menduduki posisi tertinggi kelima di dunia soal Murid Korban Bully yang mencapai persentase sebesar 41.1% di tahun 2018 menurut Organisation for Economic Cooperation and Development tahun 2019 (dalam katadata.co.id).


Dah, yang terakhir, mari kita berdo'a  semoga anak-anak kita senantiasa berada dalam lindunganNya dan dijauhkan dari tindak bullying, menjadi pelaku bullying atau yang menyaksikan tindakan bullying. Aamiin aamiin ya robbal'alamiin. 

***

Referensi :

KKH Darmayanti, Farida Kurniawati, Dominikus David Biondi. (2019). Bullying di Sekolah: Pengertian, dampak, pembagian dan cara menanggulanginya. Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan UPI, Vol 17, No 1.

Sourander Andre, dkk. (2016).  Association of Bullying Behavior at 8 Years of Age
and Use of Specialized Services for Psychiatric Disorders
by 29 Years of Age.
JAMA Psychiatry, 73 (2): 159-165.

Shams H, Garmaroudi G, Nedjat S. (2017). Factors Related to Bullying: A Qualitative Study of Early Adolescent Students. Iran Red Crescent Med J, 19(5):e42834, doi: 10.5812/ircmj.42834.

https://id.theasianparent.com

https://m.rri.co.id/nasional/peristiwa/765103/kpai-sepanjang-2019-153-aduan-kasus-kekerasan-di-sekolah

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/12/12/pisa-murid-korban-bully-di-indonesia-tertinggi-kelima-di-dunia


Smartphone Xiaomi Mi 8 Review

 

Smartphone andalan xiaomi pad atahun 2018 yaitu mi 8 jauh dari kata ketinggalan jaman. Dan smartphone ini masih memiliki banyak hal yang ditawarkan dengan harga yang sangat rendah. Saatnya mencari tahu seberapa bagus xiaomi mi 8 dengan smartphone premium saat ini. 

Sc. Blibli


Spesifikasi Xiaomi Mi 8

- Prosesor: Qualcomm Snapdragon 845 8 x 2,8 GHz, Cortex-A75 / A55 (Kryo 385) - Adaptor grafis: Qualcomm Adreno 630

- Penyimpanan: 6144 MB - Layar: 6,21 inci 18,75: 9, 2248 x 1080 piksel 402 PPI, layar sentuh kapasitif, AMOLED, HDR10, glossy

- Penyimpanan: Flash 128 GB UFS 2.1, 128 GB , 115 GB gratis

- Bobot: 175 g (= 6,17 oz / 0,39 pound), Catu Daya: 65 g (= 2,29 oz / 0,14 pound)

Casing smartphone ini cukup standar untuk smartphone kelas atas modern. sudah dilengkapi dengan fitur gorilla glass di bagian depan dan belakang yang membuat tampilan smartphone ini sangat berkelas, dan casing ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan casing logam. 

Kekurangan dari casing ini yaitu casingnya menjadi licin dan sangat rentan terhadap noda sidik jari. Mi 8 tersedia dalam 3 warna yaitu hitam, biru dan putih. 

Kami harus mencatat bahwa bezel di sekitar layar selalu hitam terlepas dari pilihan warnanya karena hanya berdampak pada penutup belakang dan bingkai logam yang mengelilingi bodi. Smartphone xiaomi mi 8 ini adalah salah satu smartphone yang kuat. Mi 8 memiliki RAM lebih kecil daripada Edisi terdahulunya, seharusnya tidak terlihat kecuali kalian menjalankan aplikasi dalam jumlah yang sangat banyak secara bersamaan atau aplikasi yang sangat berat. 

Sebagian besar pengguna tidak akan melihat perbedaannya. Untuk smartphone kelas atas, ruang penyimpanan 128 GB masih lumayan. Kami harus mencatat bahwa Mi 8 tidak memiliki slot card reader, dan karena itu memori tidak dapat ditingkatkan. Di bagian bawah kami menemukan port USB-C tunggal yang terhubung ke USB 2.0. 

Ini mendukung USB-OTG dan juga satu-satunya port audio-out di seluruh perangkat. 

Skin Android kustom Xiaomi disebut MIUI, dan mi 8 menggunakan MIUI versi terbaru yaitu MIUI 10 yang didasarkan pada Android 9. Xiaomi menyertakan sejumlah aplikasi, antara lain Facebook dan sejumlah besar alat internal. 

Beberapa aplikasi menyalin apa yang dilakukan aplikasi default Google, seperti aplikasi musik atau browser web. Aplikasi bawaan ini tidak dapat dicopot pemasangannya.

Kamera selfie xiaomi mi 8 depan beresolusi tinggi memiliki sensor 20 MP. software kamera mendukung mode potret dengan latar belakang blur dan efek pencahayaan tambahan, dan berfungsi cukup baik dalam cahaya yang baik dan dengan latar belakang tidak berwarna. Foto biasa berwarna dan tajam. 

Namun demikian, sebaiknya batasi diri kalian pada pencahayaan yang baik untuk mempertahankan ketajaman karena kerusakannya agak cepat dengan cahaya yang memudar. 

Kamera utama di belakang memiliki dua lensa 12 MP dengan panjang fokus berbeda dan dilengkapi dengan zoom optik. Foto yang diambil dengan kamera ini memiliki kualitas tinggi, meskipun gagal memenuhi standar tinggi dari smartphone kelas premium lainnya. Kamera belakangnya mampu merekam video dalam 4K pada 30 FPS, yang tidak lagi canggih untuk smartphone premium, dan juga mode slow motion yang hanya 120 FPS pada 1080p. meskipun begitu, kameranya merekam video cukup baik dengan kualitas suara yang bagus. 

Lebih banyak foto perbandingan dapat ditemukan di ulasan Mi 8 Edisi Penjelajah kami , yang memiliki kamera yang sama persis.

7 Hal yang Perlu Dilakukan Orangtua Sebelum Anak Kembali Sekolah Tatap Muka


Freepik

Mamis, kira-kira 10 bulan sudah kita menghadapi Corona. Pasti ada rasa lelah, bukan? Tapi mau bagaimanapun lelahnya, kita harus tetap semangat menghalau Covid-19 sampai benar-benar Covid-19 dinyatakan bubar jalan (terutama) dari negeri kita tercinta Indonesia. Semoga, sesegera mungkin. Aamiin

Baca juga: Covid-19

Nah, dalam kurun waktu selama itu, pasti ada begitu banyak perubahan dalam hidup kita. Kalau bagi aku, perubahan yang paling terasa sih soal isi dompet hehe. Yangmana sebelum pandemi, dompetku didominasi oleh gambar Djuanda Kartawidjaja. Lalu saat pandemi begini dompetku didominasi oleh gambar Tuanku Imam Bondjol, beberapa Frans Kaisiepo juga Sam Ratulangi Hahay. Perubahan isi dompetku ini terjadi karena tempat suami bekerja serta usaha sampingan ku sebagai seorang freelancer writer dan penjual baso aci juga terdampak pandemi Covid-19.



Sedih nggak? Awalnya sedih tapi lama-lama mah nggak. Buat apa juga sedih lama-lama, nggak ada untungnya, ya kan? Iyup.

Trus ada lagi perubahan lainnya yakni yang biasanya bekerja di kantor, sejak pandemi, berubah menjadi bekerja di rumah atau dikenal dengan work from home (WFH). 

Merdeka.com

Anak-anak juga tidak lagi sekolah tatap muka melainkan sekolah online saja. Apa lagi ya? Eemmm ... Masih banyak yang lainnya.

Detik - Edi Wahyono

Mamis, untuk perubahan lokasi kerja dan diberlakukannya sekolah online, aku bersyukur dengan hal itu. Aku tidak bisa membayangkan jika suami tidak WFH dan anak tetap sekolah tatap muka di pada pandemi covid-19 begini. Aku pasti diserang rasa khawatir, rasa cemas, juga rasa takut suami atau anak terpapar Covid-19. Dudududuuhhh...naudzubillah.

Soal aku yang harus menjadi guru dadakan untuk anakku, pun rasanya jadi tak masalah. Rempong, sih, repot juga kewalahan itu pasti. Apalagi mengajar anakku yang tipe gaya belajarnya kinestetik yang butuh effort banget. Tapi nggak apa-apalah daripada aku diterpa rasa khawatir karena melepas anakku pergi sekolah semasa pandemi begini. 


Lalu, beberapa waktu lalu aku mendapatkan informasi dari pihak sekolah bahwa kemungkinan sekolah tatap muka akan dimulai di  awal tahun 2021. Aku kaget donk dengan informasi itu. Bagaimana nggak kaget, lawong pandemi Covid-19 aja belum kelar, eeee sekolah tatap muka mau dimulai aja. Please jangan dooonkkk.

Mungkin, untuk sekolah sekolah yang benar-benar bisa menerapkan protokol kesehatan, dan benar-benar berkomitmen melindungi anak didik dari Covid-19, tidak jadi masalah jika memulai sekolah tatap muka di awal tahun 2021. Tapi bagi sekolah yang tidak bisa melakukan hal di atas, menurutku, lebih baik untuk tidak melaksanakan sekolah tatap muka. Karena apa? Berisiko jadi klaster baru euy. Iya, tho?

Aku sempat uring-uringan dengan informasi tersebut. Aku bahkan sudah berniat menemui kepala sekolah untuk mengkonfirmasi kabar tersebut sembari meminta izin agar anakku tetap bersekolah di rumah minimal sampai Covid-19 tidak jadi pandemi. Iya, aku sudah berpikir ke arah sana tapi akhirnya nggak jadi setelah aku mendengarkan konfirmasi langsung dari pak Menteri Nadiem Makarim bahwa tidak ada paksaan untuk memilih sekolah tatap muka daripada sekolah online. Jika orangtua memilih sekolah online, maka sekolah pun harus mengizinkannya.  Pyuuuhhhh... Syukur deh Alhamdulillah.

Mamis, bagiku, apa yang terjadi di atas adalah sebuah kode, sebuah pertanda bahwa sudah seharusnya orangtua perlu melakukan beberapa hal sebelum melepas anak kembali sekolah tatap muka. Terlepas dari masih ada atau sudah berakhirnya pandemi Covid-19.

7 Hal yang Perlu Dilakukan Orangtua Sebelum Anak Kembali Sekolah Tatap Muka

1. Senantiasa Menjaga Daya Tahan Tubuh Anak.


Ini paling penting yakni senantiasa menjaga daya tahan tubuh anak. Dengan daya tahan tubuh yang tangguh akan membuat anak tetap sehat dan tidak mudah jatuh sakit. Caranya dengan memberikan nutrisi sesuai kebutuhan anak. 

2. Beri pemahaman dasar pada anak tentang Covid-19.

Ada banyak informasi terkait covid-19. Namun aku sebagai seorang ibu membuat definisi covid-19 menjadi lebih sederhana agar anakku yang masih kelas 2 sekolah dasar paham dengan penjelasanku. Seperti ini, Covid-19 itu virus yang berbahaya. Kalau terkena virus covid-19, membuat susah bernafas.  Jadi agar tidak terkena virus ini, caranya adalah dengan  harus mempraktekkan protokol kesehatan. Kalau ada yang bersin atau batuk, segeralah menjauh dan sebagainya. 

Cara lain yang aku gunakan yakni memberikan buku tentang covid-19 pada anakku. Salah satunya seperti buku yang ada di aplikasi let's read berikut ini. 


7 Hal yang Perlu Dilakukan Orangtua Sebelum Anak Kembali Sekolah Tatap Muka

Baca juga: baca dan download buku anak gratis di Let's Read

3. Latih anak menerapkan protokol kesehatan.

7 Hal yang Perlu Dilakukan Orangtua Sebelum Anak Kembali Sekolah Tatap Muka

Sejak daerah tempat tinggalku mulai ada yang terkena covid-19, aku sudah mulai menerapkan protokol kesehatan Covid-19 pada keluarga kecilku. Alhamdulillah semua mau menerapkannya. Bahkan sekarang keluarga kecilku sudah terbiasa dengan protokol kesehatan. Sekarang, kemana-mana selalu pakai masker, dan bawa hand sanitizer atau rajin cuci tangan pakai sabun.

Oya salah satu cara yang aku gunakan untuk mengenalkan hingga membuat anakku ingat dengan bagian bagian dari protokol kesehatan adalah mengajaknya bernyanyi lagu "Ingat Pesan Ibu" yang dinyanyinya oleh grup band Padi Reborn. 


7 Hal yang Perlu Dilakukan Orangtua Sebelum Anak Kembali Sekolah Tatap Muka
YouTube Padi Reborn


4. Survey ke sekolah.

Mengetahui kondisi lingkungan sekolah secara langsung di masa pandemi begini amat penting, bagiku. Agar aku tahu seperti apa dan bagaimana kesiapan sekolah sebelum mulai tatap muka mulai dari peraturan di sekolah terkait pandemi Covid-19, pengaturan posisi duduk di kelas, ketersediaan tempat untuk mencuci tangan dan sebagainya.

5. Koordinasi dengan pihak sekolah.

Orangtua juga perlu melakukan koordinasi dengan pihak sekolah. Agar orangtua tahu apa yang perlu dilakukan untuk mendukung usaha sekolah dalam menghalau Covid-19 di sekolah jika pembelajaran tatap muka benar-benar dilaksanakan.

6. Mempersiapkan benda-benda penting yang akan dibawa anak ke sekolah.

Biasanya, kalau sekolah, anak hanya membawa perlengkapan sekolah dan kadang juga kotak bekal serta botol minum. Namun, karena tengah pandemi, maka yang perlu dibawa ke sekolah jadi bertambah seperti masker, hand sanitizer, face Shield, tisu, dan sebagainya. Jadi orangtua perlu mempersiapkan itu semua di rumah.

7. Vaksin virus covid-19.

Ini yang paling dinanti-nanti oleh semua orang di banyak negara yakni kehadiran vaksin virus covid-19. Demikian juga dengan.  masyarakat Indonesia. Menanti banget kalau aku mah.

Ini sebagai salah satu ikhtiar agar terhindar dari virus covid-19. Ikhtiar lainnya ya tetap jaga kesehatan dan menerapkan protokol kesehatan. Jadi misalkan kalau vaksin virus covid-19 sudah ada, aku mau banget mendapatkan vaksin tersebut. Sayangnya, aku dan kamu Mamis belum bisa mendapatkan vaksin covid-19, yak. Semoga segera deh, ya. Aamiin

Etapi kemarin, aku nonton berita di tv. Katanya vaksin Sinochem virus covid-19 sudah tiba di Indonesia. Waaahhh, aku langsung berbunga bunga juga bersyukur Alhamdulillah donk. Sayangnya, aku cuma nonton sekilas soal berita itu. Karena keburu rempong di kedai.

Trus pas luang, aku mencoba mencari berita tentang vaksin Covid-19 di Halodoc. Iya, aku memang kalau cari informasi atau referensi tentang kesehatan jiwa juga raga di Halodoc. Soalnya pembahasan kesehatan di Halodoc itu lengkap. Ditambah lagi artikel artikel di Halodoc ditinjau langsung oleh para dokter yang memang ahlinya di bidang kesehatan.

Adapun informasi yang aku dapatkan di Halodoc bahwa Vaksin Sinochem virus Covid-19 memang sudah tiba. Namun belum bisa langsung dipakai melainkan perlu beberapa tahapan lagi untuk akhirnya bisa disuntikkan pada masyarakat. Baiklah, aku setia menanti sampai akhirnya vaksin virus covid-19 siap digunakan untuk memvaksin masyakarat negeri ini.

Jadi seperti itu hal-hal yang aku persiapkan sebelum anak kembali sekolah tatap muka di masa pandemi Covid-19 yang belum juga pergi dari bumi Pertiwi ini. Tapi mau aku sih tetap, Mamis. Aku mau anakku sekolah online saja sampai pandemi benar-benar usai.

Mamis, kita memang masih harus terus berjuang untuk menjaga diri sendiri juga keluarga terutama dari virus covid-19. Semoga perjuangan kita untuk menghadapi dan menghalau virus covid-19 ini segera berakhir dengan happy ending ya, Mamis. Aamiin.



Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

21 Hari Kembali Muda Tanpa Ditunda Pakai Age Revival Theraskin

Mombeb, sejak aku menjadi guru, aku amat peduli dengan penampilan mulai dari wajah hingga pakaian. Sebab penampilan merupakan salah satu car...