Sumber : Fp Lactcyd Baby |
Fp. Lactacyd Baby |
Fp. Lactacyd Baby |
Fp. Lactacyd Baby |
Lactacyd Baby Rahasia kulit bayi tetap sehat |
Sumber : Fp Lactcyd Baby |
Fp. Lactacyd Baby |
Fp. Lactacyd Baby |
Fp. Lactacyd Baby |
Lactacyd Baby Rahasia kulit bayi tetap sehat |
Sumber gambar : mataharimall |
Sumber gambar : matahari mall |
Sumber gambar : mataharimall |
Sumber gambar : mataharimall |
Sumber gambar : mataharimall |
Sumber gambar : mataharimall |
Mamis,
Sebagai ibu, kadang kita dituntut untuk mampu melakukan kreasi ini itu, bereksperimen tentang ini atau itu, atau membuat terobosan begini atau begitu. Demi memberikan yang terbaik untuk keluarga.
Nah, alhamdulillahnya nih, kita bisa menjalani tuntutan tersebut dengan baik. Lebih banyak berhasilnya daripada gagalnya kan Mamis ? Iyup.
Kreasi, eksperimen atau terobosan yang kita buat pun terkadang hasil dari pikiran kita sendiri, atau kadang juga berasal dari googling atau nonton youtube. Tanpa perlu kursus terlebih dahulu. Eee tau-taunya bisa aja mah.
Mungkin ini adalah salah satu anugerah yang Allah kasi buat kita. Dan harus kita gunakan sebaik mungkin. Terutama pada saat hal yang tidak kita inginkan terjadi.
Seperti apa yang terjadi di keluarga kecil aku nih Mamis yang tengah dikunjungi cobaan bernama ekonomi.
Dah, siapa sangka hal ini bakal terjadi cepet banget kan Mamis. Secara nih, waktu awal nikah, aku sama suami tidak menemui kesulitan yang berarti soal ekonomi. Tanpa tanda-tanda, eee tau-tau di tahun kedua pernikahan, Allah ngasih kejutan ke kami. Jadi yaaaa, kudu diterima dan dijalani.
Nah, sejak saat itu, aku pun mulai terpacu untuk melakukan sesuatu atau membuat kreasi yang dapat menghemat pengeluaran rumah tangga. Salah satunya memanfaatkan aneka barang bekas yang ada di rumah.
Lama kelamaan, ini menjadi kebiasaanku, dan sepertinya mulai mendarah daging. *haiyaaahh. Ketemu kardus bekas, botol air mineral bekas, dan barang bekas lainnya, berasa lihat emas berlian. Seneng banget dah pokoknya. Jadi kalau ada barang bekas apa gitu, ide bebikinan langsung muncul begitu saja.
Salah satunya ini nih, membuat papan tulis putih atau whiteboard buat si kecil. Padahal di rumah sudah ada papan tulis loh. Tapi entah kenapa tetep aja aku pengen membuat papan tulis putih dari barang bekas.
Bahannya mudah banget. Ada di sekitar kita. Seperti kardus bekas, double tip, kertas bekas, dan isolasi bening.
Cara membuat papan tulis putih ini juga pun amat sangat mudah. Mamis cuma perlu melumuri *halah, membalut kertas bekas dengan isolasi bening.
Pada saat membalut isolasi pada kertas bekas. Perhatian difokuskan pada bagian belakang kertas bekas. Yang masih berwarna putih los polos itu Mamis. Balut yang rapi. Usahakan jangan sampai ada yang gerunjal-gerunjal alias nggak rata. Setelah itu, tempelkan deh ke kardus bekas. Sudah deh. Jadi deh.
Cara menggunakannya sama seperti papan tulis beneran. Nulisnya pakai spidol boardmarker dan bisa dihapus juga.
Nah berikut penampakan papan tulis putih dari barang bekas.
Jangan Belajar Parenting Kalau.... ~ Patut disyukuri bahwa sekarang kita hidup di zaman canggih seperti ini. Dimana informasi pun dapat begitu mudah kita dapatkan. Tinggal klak klik klak klik lalu JEBRET.
Parenting adalah satu informasi yang amat cepat bisa kita dapatkan. Iyup, ada begitu banyak artikel yang membahas tentang ini. Mulai dari artikel parenting yang dimulai sejak si kecil masih dalam kandungan hingga usia remaja. Buanyak. Dan begitu beragam. Mengingat pakar parenting pun membludak.
Berbanding lurus. Kemudahan mendapatkan informasi parenting membuat sebagian orang juga mudah untuk mengiyakan bahkan ada juga yang langsung mempraktekkannya. Tanpa menimbang-nimbang terlebih dahulu. Apakah parenting dengan cara seperti ini cocok dipraktekkan untuk buah hati yang memiliki karakter seperti ini ? Dengan kondisi seperti ini, apakah bisa mengikuti parenting yang begini ? Dan sebagainya.
Penting untuk menyaring ilmu parenting yang diperoleh dengan mudah nan instan tersebut. Sebab bahasan-bahasan tulisan parenting tersebut cenderung bersifat umu,. Tidak mendetail. Tidak ada petunjuk jelas tentang kapan cara parenting yang itu bisa diterapkan kepada si kecil. Karakter anak yang seperti apa yang bisa dididik dengan cara parenting seperti ini dan sebagainya.
Mempraktekkan ilmu parenting jangan asal coba-coba, dirasa-rasa. Karena, ini tidak sama dengan mempraktekan resep masakan, yang bisa dicoba-coba, dirasa-rasa. Jika ada rasa yang tak nyaman di lidah tinggal ditambah bumbu ini atau itu. Sudah. Rasa pun akan berubah. Tidak sama. Membangun karakter anak itu tidak mudah, dan berlaku juga sebaliknya. Untuk mengubahnya juga tidak gampang. Maka jangan sampai kita salah membangun karakter anak kita hanya karena asal mencoba coba ilmu parenting yang kita baca dari google, medsos, atau mungkin dari blog ini. Yaaaakali aja ada yang baca soal parenting di blog ini. Hahayy.
Bukannya tidak boleh. Paling tidak bekali diri dengan pengetahuan tentang perkembangan anak juga. Baik itu perkembangan dalam segi kognitif, fisik, psikis anak. Kenali anak kita terlebih dahulu. Seperi apa karakter mereka, bagaimana gaya belajar mereka, apa kecerdasan dominan yang mereka miliki, dan apa yang perlu distimulus lagi. Ingat, setiap anak itu unik.
Dengan berbekal itu, maka kita bisa menyaring dengan baik mana ilmu parenting yang bisa kita praktekkan kepada buah hati kita. Dan dengan melakukan hal itu juga, alih-alih menerima penolakan dari buah hati, justru malah akan mempermudah kita saat mempraktekkannya. Tak lupa untuk selalu berharap, agar Allah menuntun kita dalam menjaga amanah yang DIA titipkan pada kita. Amin amin ya robbal'alamin.
Sumber gambar : bukalapak |
Dimasakin, kalok aku lagi rempong dengan urusam kuliah |
Kategori barang bekas berkualitas di Prelo, Lengkap |
Pilihan pertama |
Pilihan kedua |
Terima kasih prelo. Karena kamu memudahkanku, Dengan senang hati aku beri bintang 5 yak. |
Beli celana siken ini di Tokopedia |
Dah, julid amat komentarnya yak *hahay.
Tapi, dimanapun itu, bagaimanapun keadaan kita, pasti akan ada saja yang berkomentar. Termasuk komentar nyinyir nan julid. Jadi sudah biasalah yah. Pinter-pinter kitanya aja sih dalam memanage hati. Biar nggak gampang baper gegara komentar yang maknyonyor. Seperti komentar yang satu ini dah.
Ohya, komentar maknyonyor ini tentu nggak muncul sekonyong konyong goder, tapi ada musababnya, ada asal mulanya.
Waktu itu, hari pertama sekolah. Mungkin karena ini, jadi ibu-ibu yang anak-anaknya pada sekolah agak heboh gitu belanjanya, cepet-cepetan. Wajar sih ya menurut aku. Apalagi libur sekolah kali ini lumayan panjang kan. Nah, cuma herannya nih, lagi terburu-buru begitu, masih sempat aja ngobrol ini itu. Ngomentarin ini itu. Hingga akhirnya ngomentarin siken yang nggak berseragam.
"Ken nggak sekolah lagi ta Mbk ? Kemaren nggak paud juga kan ya ?"
"Ngge (iya) buk" jawabku sekilas.
"Usia ne piro tho Mbk (usianya berapa sih Mbk) ?"
"Hampir 5 tahun Buk"
"Laiyo, koq nggak sekolah-sekolah ? Mau jadi apa ?"
Lah.
Aku sempat speechless gitu waktu denger komentar seperti itu. Nggak habis pikir aja. Koq bisa nyampek situ. Dari nggak sekolah-sekolah (usia dini) ke mau jadi apa. Jauhnyaaaa. Seakan-akan, sekolah usia dini itu penentu kesuksesan masa depan anak. Deh.
Sekolah usia dini bisa dibilang penting. Karena disitu tempat membangun pondasi dasar bagi si anak. Baik itu dalam hal ilmu pengetahuan hingga karakter anak. Namun hal ini tidak dapat dijadikan sebagai penentu kesuksesan masa depan bocah donk ya. Nggak bisa. Sementara, setelah sekolah anak usia dini, anak akan menghadapi lingkungan yang lebih kompleks. Baik di sekolah, di rumah, dan lingkungan sekitar. Yang mana pada saat itu akan ada proses yang namanya belajar, belajar memahami sesuatu, belajar menghadapi dan mengatasi masalah. Dan hal ini terjadi dalam waktu bertahun-tahun, lebih lama dari rentang waktu anak bersekolah di sekolah anak usia dini. Jauuhhh. Amat jauh. Nah, tentu hal ini yang akan membawa pengaruh besar kehidupan, kesuksesan anak, dan sebagainya.
Tapi, alhamdulillah, speechless aku nggak berlangsung lama. Maka pertanyaan itu, langsung aku lemparkan saja ke siken.
"Ken, mau jadi apa ?"
"Spidermen, muma naga ya".
Tetep, kebagian jadi naga. Hhhhh.
Mendengar jawaban siken, ibu-ibu itu jadi tersenyum. Ibu-ibu yang lain juga. Alhamdu..lillaaahh. Komentar aneh-aneh tentang siken yang nggak kunjung sekolah anak usia dini, berhenti sampai disitu. Langsung ganti topik. Yihaaa.
Sebenarnya, bisa aja sih aku jelasin alasan siken belum sekolah anak usia dini. Tapiiiii....nggak deh. Nggak akan maksimal, nggak akan nyantol juga. Secara ibu-ibu itu tengah hectic karena hari pertama sekolah. Jadi mending aku senyumin aja deh. Woles aja. Nggak perlu baper apalagi sampai baper berubah jadi laper. Beuughh, bisa sarapan dua piring nanti mah. Diet bisa gagal nih. Aku kan mau diet. Diet pret. *ahay.
***
Baca juga : THR Lebaran Anak, Dihabiskan atau Ditabung ?
Penghargaannya buanyak. Ini yang terbaru. |
Mombeb, sejak aku menjadi guru, aku amat peduli dengan penampilan mulai dari wajah hingga pakaian. Sebab penampilan merupakan salah satu car...