Eh saya baru sadar lho kalau apa yang dulu dilakukan bapak
kepada saya itu merupakan cara untuk menanamkan gemar membaca sejak dini.
Swear. Kalau nggak percaya, belah dada saya. Hehe.
Saat saya berusia 3 tahun bapak sering mendongeng. Yang paling sering itu dongeng tentang timun mas, pak tani dan si kancil. Kadang juga cerita tentang para nabi. Saya paling suka cerita tentang Nabi Nuh dan kapal besarnya. Nabi Sulaiman dengan keahliannya yang dapat berbicara dengan hewan dan jin serta perjuangan Nabi Muhammad Saw. Kalau sudah didongengin sama bapak, em em em...dijamin pasti nggak merem-merem. Apalagi kalau ceritanya baru. Saya tungguin dah sampai selesai. Aktivitas ini berlangsung sampai saya belajar menulis dan membaca.
Saat saya berusia 3 tahun bapak sering mendongeng. Yang paling sering itu dongeng tentang timun mas, pak tani dan si kancil. Kadang juga cerita tentang para nabi. Saya paling suka cerita tentang Nabi Nuh dan kapal besarnya. Nabi Sulaiman dengan keahliannya yang dapat berbicara dengan hewan dan jin serta perjuangan Nabi Muhammad Saw. Kalau sudah didongengin sama bapak, em em em...dijamin pasti nggak merem-merem. Apalagi kalau ceritanya baru. Saya tungguin dah sampai selesai. Aktivitas ini berlangsung sampai saya belajar menulis dan membaca.
Setelah mahir
membaca, bapak berhenti mendongeng. Beralih kepada mendongeng untuk diri
sendiri alias membaca sendiri cerita dongeng. Setelah bapak menerima gaji,
biasanya beliau mengajak saya ke toko buku utk membeli majalah bobo. Atau tiba
tiba sepulang sekolah beliau membawa buku bacaan untuk saya. Padahal waktu itu
saya pesen pentol bakso kepada bapak. Eee malah buku yang dibawa pulang. Tapi...tak apalah. Saya
tetap membaca buku tersebut selahap saya memakan pentol bakso.
Apa dampak dari hal tersebut?.
Kalau dapat tugas mengarang, maka tulisan saya paling juara diantara teman-teman. Karena saya rajin membaca majalah bobo juga buku-buku cerita membuat kosa kata saya lebih banyak dari teman-teman.
Apa lagi ?.Waktu itu, saya merasa imajinasi saya semakin meningkat. Kalau membaca buku cerita yang minim gambar, saya suka menggambarkan cerita tersebut ke dalam imajinasi saya. Misalkan cerita bawang merah bawang putih. Saya suka membayangkan bahwa saya adalah bawang putih, yang cantik, baik hati dan rajin. Itu mah saya banget. Beneran. Kalau nggak percaya belah lagi deh dada saya. Hihi.
Ada lagikah ?. Banyak.
Pengetahuan bertambah. Tentu saja.
Waktu kecil, bapak
paling suka mendaftarkan saya ke lomba-lomba yang diadakan oleh remaja masjid
sekitar rumah. Mulai dari membaca tartil, qiro’ah, pidato, dan cerdas cermat. Yang
paling berdampak langsung dengan hobi membaca saya adalah pidato dan cerdas
cermat. Oleh karena saya suka membaca, naskah pidato yang segambreng begitu
cepat saya baca, saya cerna, saya hafalkan, lalu saya praktekkan dengan gaya
ala alm. KH. Zainuddin MZ. Alhamdulillah, beberapa kali saya menyambet
peringkat pertama lomba pidato. Kemudian lomba cerdas cermat. Disamping karena
sejak kecil saya sudah terbiasa mendengarkan cerita tentang para nabi dari
bapak, juga sering diberikan buku-buku bacaan tentang kisah-kisah para nabi,
membuat pengetahuan dan ingatan saya begitu menempel seketat kaos stritch.
Nempellll banget. Hal itulah yang mengantarkan grup saya menjadi juara cerdas
cermat kampung. Hadiahnya apa ?. Buku tulis beserta alat tulisnya plus uang Rp.
1000. Dulu, duit segitu bisa dapat 2 mie instan atau 40 permen.
Kemampuan menulis semakin membaik.
Majalah yang saya
baca, didalamnya terdapat kolom tentang ‘sahabat pena’. Itu merupakan salah
satu halaman favorit saya. Saya suka berkirim-kirim surat kepada kawan-kawan di
berbagai daerah. Seingat saya yang paling sering itu kepada sahabat pena saya
yang berada di Kalimantan, namanya nurul. Kenal nggak?. Saya kenal lho. Tidak
berhenti di situ, hobi surat menyurat saya berlanjut kepada artis-artis cilik
zaman saya. Seperti Sherina, Trio kwek kwek, Kenny. Kalau dapat surat balasan
dari mereka, rasanya seneng banged. Padahal balasannya cuma sekedar foto plus
tanda tangan. Udah gitu aja. Kalau sekarang, pengen foto artis, ya tinggal klak
klik klak klik dapet deh.
Zaman dulu, waktu
saya masih imut manis kinyis-kinyis, kalau pengen foto artis, yaaa kita harus
membeli. Dulu satu foto dihargai Rp. 1.500 sampai Rp. 2.500. Tergantung dari
ketenaran artis tersebut. Makanya waktu itu saya seneng banget kalau dapat foto
plus tanda tangan asli dari artis idola saya. Foto milik saya beda dari foto
punya teman-teman. Udah gitu nggak pakai ngeluarin duit lagi. Koq bisa?.
Perangko?. Gratis. Bapak yang beli.
Begitu juga dengan berbicara. Kata-kata yang diucapkan nampak berkelas dan tentu saja masih banyak lagi manfaat yang dapat diperoleh dari gemar membaca.
Begitulah. Cara bapak mengarahkan hobi saya kepada aktivitas gemar membaca yang berdampak besar dalam hidup saya sampai saat ini. Mulai membaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan, melahirkan, perkembangan si kecil, parenting, financial, dan lain sebagainya. Tentunya hal itu membuat apa yang saya lakukan sehari-hari menjadi lebih terarah. Menurut saya, menjadi seorang ibu rumah tangga yang gemar membaca memiliki nilai tersendiri. Saya rasa begitu.
Okee dah, saya ucapkan terima kasih banyak untuk bapak. Juga
untuk pembaca. Besar harapan saya dapat diterima diinstansi yang bapak pimpim
*eapasih. Baiklah, cukup sekian ulasan tentang cara bapak saya dalam
mengarahkan hobi saya untuk gemar membaca sejak dini. Semoga bermanfaat.