Momen Tak Terlupakan

Entah apa yang merasuki pikiranku kala itu, hingga aku berani-beraninya berpikir bahwa Allah begitu tega dengan keluarga kecilku. Teganya Ia membiarkan si cobaan berlama-lama di langkah kecil kami tanpa ada jeda bahagia barang sebentar saja kepada keluarga kecilku. Allah 'segitunyaaa' dengan kami.

Cobaan yang Allah berikan bs dibilang cobaan klasik. Smua keluarga pernah menghadapinya. Hanya saja, untuk cobaan ekonomi yang menerpa keluarga kecilku sudah berjalan lama. Hampir 4 tahun. Bahkan kami pernah sampai pada titik menjual barang-barang kami hanya untuk makan. Ya, untuk makan.

Untuk menghadapi lalu keluar dari cobaan tersebut, suami pun berusaha mencari nafkah dengan bekerja lebih keras dari sebelumnya. Sementara aku berusaha membantu semampuku, sebisaku. Dengan mengikuti lomba atau quiz atau mengirimkan tulisan ke media, lebih giat ibadah juga bersedekah ala kadarnya dan satu lagi berdo'a.

Mungkin, jika mukenah yang aku pakai bisa bicara, ia tak mau dipakai olehku lagi. Karena ia selalu basah dengan air mata setiap sholat (kadang juga kena umbel). Iya, aku memohon kepada Allah untuk segera mencabut cobaan ekonomi ini dari keluargaku. Atau jika memang tak hendak dicabut, aku meminta kepada Allah untuk diberikan jalan petunjuk mendapatkan rejeki yang berupa uang. Selalu begitu, isi doaku.

Lambat laun, aku merasa, do'aku tersebut tak kunjung dikabulkan Allah. Kami tetap terseok-seok. Usaha yang aku lakukan tak juga berbuah manis. Tak ada kabar baik dari perlombaan, atau kuis yang aku ikuti, juga kabar dari media. Kami tetap terseok-seok. Bahkan mulai diselingi dengan pertengkaran-pertengkaran kecil antara aku dan suami.

Lalu pada pertengkaran yang kesekian kalinya, pada perut yang terisi air demi menahan lapar, pada deras air mata untuk yang kesekian kalinya juga, akhirnya, aku menyimpulkan bahwa Allah benar-benar tega. Dan kesimpulan tersebut berakhir pada lantunan do'a di tiap usai sholatku, yang berisi kalimat seperti ini :

"Allah, hamba pasrah, hamba pasrah padaMu, hamba tak tahu, tak tahu lagi bagaimana caranya agar bisa bertahan bahkan keluar dari cobaan yang Engkau berikan. Pasrah. Terserah padaMu. Hamba pasrah."

Do'a yang semula berisi permintaan untuk segera dicabut dari cobaan, berubah menjadi kepasrahan. Iya, itulah yang terjadi. Aku memilih pasrah. Memasrahkan segala hasil usahaku kepada-Nya. Terserah padaNya mau memberikan hasil apa atas usahaku. Entah hasilnya berupa kekalahan lagi, atau pengembalian naskah lagi, sudah tak jadi masalah lagi bagiku. Sudah tidak membuatku baper lagi, sudah tidak membuatku berpikir koq seperti itu yang menang, koq bgini, koq begitu, dan sudah tidak membuatku protes lagi padaNya, protes karena aku merasa seharusnya aku mendapatkan hadiah uang itu karena aku membutuhkannya untuk bertahan hidup. Tidak. Aku sudah tidak begitu lagi. Karena sudah tidak berasa. Tidak terasa apa-apa. Terserah.

Dengan berpikir seperti itu, dengan kepasrahan begitu, entah bagaimana, entah dari mana asal muasalnya, rasanya menenangkan. Aku merasa lebih tenang dalam mejalani kehidupan yang bertemankan cobaan. Selangkah, dua langkah, terasa ringan, tidak ngoyo lagi, tenaaannng. Berlangkah-langkah terus melangkah, satu bulan terlewati dengan kepasrahan yang menenangkan, dua bulan, tiga bulan,..., mendekati Ramadhan, Ramadhan tiba, pertengahan Ramadhan dan lalu langkahku sampai pada masa ini :

"Assalamualaikum, mohon kirimkan foto untuk pemuatan naskah nuansa wanita. Silakan cek email utk keterangan lebih lanjut. Majalah Ummi".

Kemudian disusul dengan kabar baik selanjutnya, trus begitu, begitu terus. Sampai saat ini. Alhamdulillah wa syukurillah. Wa la haulawala quwwata illah billahil'aliyyil 'adzim.

Subhanallah, Allah benar-benar mengabulkan doa-doaku. Bahwasanya prasangkaku pada-Nya sungguh prasangka tertolol yang pernah ada. Allah bukannya tega. Allah bukannya tidak mengabulkan doa. Tapi Allah tahu segalaNya. Allah punya maksud tersendiri. Allah tahu waktu yang tepat untuk mengabulkan doa. Allah tahu. Allah Maha Tahu.

Oleh sebab itu, jika aku ditanya soal momen apa yang tak terlupakan maka jawabanku adalah momen dimana doa-doaku dikabulkan oleh Allah Swt. Terutama di momen pertengahan Ramadhan tahun ini. Karena dengan mengingat momen tersebut, membuatku tetap berprasangka baik pada Nya. Terutama saat cobaan lain datang menerpa keluarga kecilku.

***
Seperti itulah momen yang paling berkesan dan tak terlupakan bagiku. Momen yang berkesan lainnya adalah saat pertama kali mampir ke blog mbk Irawati Hamid. Langsung terkesima dengan tulisan mbk ira yang enak bgd dibaca. Beda jauh sama tulisanku mah. hahayyy. Bukan hanya tulisannya yg cakep, mbk ira juga suka bw dan pasti kunbal.

Nah berubung bulan ini bertepatan dengan ultah mbk Ira juga ultah blognya, jadi aku mau ngucapin Met milad ya mbk Irawati Hamid, Wish You All The Best Yak, bahagia selalu amin amin ya robbal'alamin.

***
Tulisan ini diikutkan dalam Irawati Hamid First Giveaway “Momen yang Paling Berkesan & Tak Terlupakan” 

14 comments:

  1. Mbak..moment yang paling berat dan mengesankan adalah saat kami ditinggal ibu pada saat lagi butuh-butuhnya kasih sayang. Sembilan belas tahun lalu...ibu berpulang...

    Tunggu di tulisanku ya, Mbak...

    ReplyDelete
  2. Mbak..moment yang paling berat dan mengesankan adalah saat kami ditinggal ibu pada saat lagi butuh-butuhnya kasih sayang. Sembilan belas tahun lalu...ibu berpulang...

    Tunggu di tulisanku ya, Mbak...

    ReplyDelete
  3. Saya merinding, Mba.. Inspiratif.. :)

    Saya menyimpulkan, Allah mengabulkan do'a kita saat kita benar-benar pasrah. Terserah Allah maunya gimana.. Dan disitu datang pertolongan yang dimaksud.

    Saya juga begitu Mba, waktu mencari rumah. Saya, suami, dan mertua (saya dapat bantuan juga dari mertua), selalu berbeda. Hingga 4 tahun kami mencari-cari rumah, tapi selalu saja ada yang tidak cocok.
    Sampai kemudian saya lelah selelah-lelahnya..saya pasrah, terserah Allah mau ngasih rumah atau tidak. Dan alhamdulillah semua terjadi begitu saja. Dimudahkan semuanya.

    ReplyDelete
  4. Subhanallah.. kerennya Mbak Inda dalam mengatasi masalah, walaupun awalnya sempet kudu ngakak yang pas bagian umbel juga. Iuhh.. kita sama Mbak Inda hahahaha

    ReplyDelete
  5. Saya pun sama mba ketika saya menuntut ke Gusti Alloh malah ga kunjung tiba harapan saya tapi ketika saya berdoa saya Ikhlaskan semuanya lalu doa itu berbuah manis. Dibawa legowo pasti emang membuahkan hasil :) nice sharing mak Ken

    ReplyDelete
  6. saya juga gitu, kalau kita menuntut apa yang kita mau allah terkadang malah nggak akan ngasih sesuai harapan kita, akrena allah tau mana yang terbaik untuk hambanya :(

    ReplyDelete
  7. Betapa Allah Mahatahu ya, Mbak. Allahu Akbar...

    ReplyDelete
  8. Saya pernah menjadi bagian dari keluarga yang tak pernah lelah berdoa dan berusaha untuk sekedar makan. Jadi, saya belajar dari kedua orang tua yang selalu pasrah.
    Semoga mbak Inda tak lelah dan selalu berbaik sangka pada Allah. Amin

    ReplyDelete
  9. Ini juga yag terjadi padaku beberapa tahun lalu, Muma. Disaat kita meminta, memohon tapi sepertinya Allah tidak memberikan apa yang kita mau. Sekarang disaat aku ikhlas menjalani apa adanya, Allah memberiku rezeki bertubi-tubi. Alhamdulillah...Allah memberikan yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan, Muma.
    Semangat terus, yaa :D

    ReplyDelete
  10. Allah pasti tidak akan memberikan cobaan di atas kemampuan hamba-Nya. Saya pun pernah demikian mbak, di saat sedang butuh-butuh sekali uang, tapi sembari menunggu arisan atau juga mengikuti lomba lainnya, gayung sama sekali nggak bersambut, nggak ngedukung juga. Tapi, begitu pasrah, dan percaya Allah pasti memiliki rencana lain sembari berusaha, ternyata kuasa-Nya begitu indah. ada saja jalannya rezeki itu. Amiinn
    Semngat terus yah mbak.. smeoga mbak dan keluarga mampu melewati cobaan2 kecil lainnyaa... Aminn

    ReplyDelete
  11. Inspiratif mba.. jadi ingat cerita saya dulu juga pernah gitu pas di rantau.. ^^ intinya kurang lebih lah sm cerita mba. Makasih sudah berbagi, mba Inda. Sukses ya lombanya..

    ReplyDelete
  12. Masya Allah. Terharu membacanya, Mbak. Ini jadi pengingat juga buat saya :')

    ReplyDelete
  13. Subhanallah, ketika kita ikhlas, Allah jawab doa kita ya mbak..hiks..

    ReplyDelete
  14. Allah memang maha tahu segalanya yah Mba Inda. Disaat hambaNya mulai pasrah Dia menunjukkan kuasaNya :)

    terimakasih sudah berpartisipasi di GA-ku yaaa Mba Inda :*

    ReplyDelete

Biji bunga matahari namanya kuaci
Kupas kulitnya pakai gigi
Eee para pengunjung yang baik hati
Yuk tinggalkan komentar sebelum pergi.

Buah Pir Buah Naga
Jangan khawatir, aku akan mengunjungimu juga. :)

Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

About Me

Halo Assalamu'alaikum, Aku Inda, guru tk. Aku  ibu dari dua bocil, ken dan yumna, yang suka menulis, suka kulineran, jalan-jalan...