Di awal kuliah, aku pikir, cobaan yang aku hadapi akan sama dengan yang dihadapi suami waktu suami kuliah S2 yakni ekonomi. Terseok-seok berburu rejeki buat bayar spp dan sangu kuliah. Namun ternyata, makin ke sini, aku baru paham bahwa cobaan yang aku hadapi tak sama dengan suami.
Alhamdulillah, sampai saat ini, aku tak terlalu memikirkan soal spp dan sangu kuliah. Karena alhamdulillah, Allah membuka jalan rejeki bagi aku untuk mencari sangu kuliah lewat profesi yang dua tahun ini sudah aku tekuni yakni sebagai blogger. Allah juga memberi bantuan buat aku lewat teman-teman blogger yang suka 'nyolek' aku kalau ada job untuk blogger. Berkat colekan mereka, aku yang nggak selalu bisa 'megang' medsos, jadi tahu info tentang job untuk blogger. Tengkiu mama wahyu, tengkiu mbk irly, tengkiu mama neyna. Kalian baek banget. Semoga kebaikan kalian dibalas sama Allah amin. #Srot #UsapUmbel #Terharu.
Lalu, jika cobaan itu bukan ekonomi, apa donk ? Anak.
Entahlah, mungkin ini hanya perasaanku saja. Bahwa aku merasa sejak aku mulai kembali sekolah, si kecil jadi gampang banget sakit. Bahkan dalam satu semester ia sudah dua kali masuk rumah sakit. Hiks, maafken emakmu ya nak, Padahal sebelum itu, sebelum aku sekolah, si kecil jarang banget sakit. Apalagi sampai masuk rumah sakit. Nah Kalau seperti ini, apakah aku hanya terbawa perasaan saja ? Hemmm....rasa-rasanya nggak.
Aku akui, sejak aku mulai sekolah lagi, perhatianku akan si kecil sangat amat berkurang. Bisa dibilang berkurang drastis. Fokus perhatianku pada tugas kuliah yang bagaikan nggak pernah ada habisnya. Sementara sisa perhatianku, aku bagi pada usaha mencari sangu kuliah, beberes rumah (karna aku nggak pakek ART dan pengasuh), menyiapkan hidangan buat keluarga, dan beberapa pritilan lainnya. Dan jatah buah si kecil yang harusnya lebih banyak, malah sekarang harus berebut dengan hal-hal itu. #sedih
Bingung, di satu sisi, ada hasrat ingin mendapatkan yang terbaik di bangku kuliah. Di sisi lain, ada hasrat ingin selalu menjaga bocah, biar selalu sehat, tidak sakit lagi, dan tumbuh menjadi pribadi yang amazing, seperti dulu, sebelum aku 'nyambi' adi mahasiswa. Lalu apa ? Bisakah dua hal tersebut berjalan berbarengan. Tugas segambreng selesai, dan perhatian terhadap bocah tidak berkurang sedikitpun. Bisakah begitu ?.
Kemaruk yak. Karena mengharapkan dua-duanya.
Tapi, apakah aku harus memilih salah satu. Aku nggak mau begitu Karena Kuliah lagi, juga anak merupakan dua hal yang bagiku sama-sama penting.
Trus gimana ?
Entahlah
Aku cukup bingung memikirkannya.
Dilema kayaknya ini. :D
ReplyDeleteMeskipun kasusnya berbeda dengan istri saya, dia malah mementingkan anak. Jadi, dulu sebelum punya anak, enam hari dalam seminggu dia kesekolah, ngajar. Tapi setelah punya anak, hanya tiga hari. Katanya kalo seminggu kangen sama anaknya. :D
Semoga cepat menemukan solusi, Mbak.. Salam hangat dari Bondowoso..
hemm, kalau masih bisa dijalani dua-duanya, jalani mbak :)
ReplyDeleteNiat baik kadang memang ada aja hambatannya ya, Mbak. Semoga cepet menemukan solusi yang terbaik untuk semuanya yaa.
ReplyDeleteSemangat Mak Ken, mungkin masih amburadul yah management waktunya *dikemplang pake wajan* wkwkwk saat ini terasa berat tapi kelak mak Ken bisa nikmatin hasil kerja kerasnya yang sekarang :)
ReplyDeletedulu aku jg gtu kerja pagi mpe sore, anak bayi maish suka begadang, urusan rumah ya salam pgn bgt dulu namparin pantat sapi hahaha..skrg Alhamdulilah sdh semulus pahanya awkarin :p meski kadang kerikil tajam tercuat
Pukpuk mb inda
ReplyDeleteBtw kok mbul nda dicolek juga eumm
Semangat mbak...... Jalani semua dengan senyuman, yakinlah Allah pasti menunjukkan jalan yang terbaik bagi umatNYA
ReplyDelete