Gundah Gulana Sekolah Lagi (Part 2)

Pengumuman keluar.
JEBRET
Diterima
JEBRET
Seneng donk ?
Nggak tau.

Nggak tau seperti apa sebenernya perasaanku. Antara seneng sama takut. Seneng ya karena kerja keras bikin portofolio selama dua bulanan berbuah manis. Takut. Takut nggak bisa budal kuliah karena nggak punya sangu alias uang saku.

Suami sudah bolak balik sih ngasih tau kalau insyaAllah ada jalan rejeki buat sangu sekolah. Tapi emang istrinya kepala trampolin. Jadi mendal. :(

So sama seperti sebelum-sebelumnya. Aku masih nebar tulisan kemana-mana. Agak ngoyo sih. Hasilnya ? nih hansaplast nempel di kepala. Hahay. #Mbah2ModeOn.

Nah karena mulai pusing, ngerasa nggak tau harus ngelakuin apa lagi, dan sudah mendekati jadwal mulai masuk sekolah, sementara uang saku belum terkumpul juga, akhirnya aku memutuskan untuk merapat padaNya. Perbanyak ibadah dan do'a. Do'a yang sebagian besar isinya Memohon ditunjukkan jalan untuk mendapatkan rejeki buat sangu sekolah. Iya, langsung to the point. Minta kemudahan dapet rejeki buat sangu sekolah. #AkuMemangHambaYangToThePoint.

Nggak nyangka. Nggak nyangka sama sekali, bahwa do'a to the pointku mulai menunjukkan sinyal. Sinyal dari Sang Maha Pemilik Rejeki. Sinyal tersebut seakan menyiratkan sebuah jalan setapak yang bisa membantuku mengumpulkan rejeki buat sangu sekolah. Dan sinyal itu berupa, job review, dan placement.

Alhamdulillah, jalan setapak tersebut, sampai saat ini, bisa aku andalkan. Aku bisa budal sekolah. Pulang juga bisa. Njajan cilok di pinggir jalan, otak-otak, tahu sumedang, jajan manisan pencit juga bisa. Kadang juga bisa belikan si kecil oleh-oleh berupa jajan kesukaannya. Makasih Ya Allah. :)

Karena ini hanya jalan setapak, jadi aku masih berharap ditunjukkan jalan rejeki yang agak besar sama Allah. Jalan yang bener-bener bisa diandalkan. Soalnya, job review sama placement, munculnya musiman. Gitu.

So sambil menunggu petunjuk dari Allah. Aku akan giat mencari jalan tersebut. #SingsingkanLenganDaster.
***
Gundah Gulana Lainnya

Gundah Gulana Sekolah Lagi (Part 1)

Gundah gulali, masih tersimpan di hati. Bulan mei, aku pun budal ndaftar sekolah lagi. Sempat terselip pernyataan di hati, apapun hasilnya, pasti aku terima. Lulus boleh, nggak lulus juga nggak masalah. Nggak masalah banget. Beneran.

Waktu itu, yang mendominasi perasaanku adalah perasaan nggak diterima, nggak lulus. Mengingat portofolioku, si ibu rumah tangga yang sudah hampir 7 tahun tidak mengecup dunia akademik ini, bisa dibilang jauh banget dari sempurna, dan aku pikir pasti kalah kece dari yang freshgraduate. La tapi gimana nanti kalau diterima ? transport buat biaya dan lain-lain gimana ? pusyiang saiya, haiyaahhh.

Sambil mencari cara untuk dapet krincing krincing recehan. Aku makin semangat nebar tulisan di sana sini. Ikut lomba ini itu, ndaftar job review lan placement delele. Dan terakhir, do'a donk, minta solusi dari Yang Maha Segalanya.

2 bulan kemudian, pengumuman mahasiswa yang diterima di kampus yang aku tuju keluar. Aku nggak berani. Nggak berani lihat pengumuman. Asli. Takut diterima. Suami pun nggak aku kasih tau. Takuuutttt. Bayangin biaya yang harus dikeluarkan untuk spp juga transport dan lain-lain bikin emerinding ebulu eromaku.

Tapi, mungkin karena memang kehendakNya, suami mendapatkan kabar dari temannya. Bahwa pengumuman sudah keluar. Bahwa aku diterima. Iya, DITERIMA. Omegod.

Seharusnya, aku gembira donk dengan kabar tersebut. Tapi ternyata nggak ? Aku makin gundah gulana merajalela.
***
Gundah Gulana Sekolah Lagi Part 2

Nyicil Rumah atau Sekolah Lagi

Nyicil rumah atau sekolah lagi ?.
Gitu amat pilihannya yak. Hahaha. Iya, gitu amat yak. Mbok ya, pilihannya itu kayak di iklan yang itu tuh, Kuliah atau nikah ? kan tsakep. *uhuy*

Jauuuuhhhhhh, sebelum kera sakti terbebas dari gunung lima jari, aku sudah memikirkan hal ini. Enaknya nyicil rumah atau sekolah lagi.

Jujur, waktu itu, hati aku lebih condong ke nyicil rumah. Rumah subsidi gitu yah. Kan cicilannya nyaman banget di kantong. Jadi biar mapan gitu. Nggak jadi kontraktor lagi. Pindah sana sini lagi. Menetap. Sementara kalau sekolah lagi, nggak hanya mikir spp, tapi juga transport dan biaya lain-lain. Meskipun cuma 2 tahun, tapi biaya yang diperlukan langsung mak tiung alias melambung.

Namun sayangnya suami and the gank (keluarga), dukung aku sekolah lagi.
"Rumah bisa nanti-nanti, sekolah lagi aja dulu, nanti biayanya kita usaha sama-sama, insyaAllah ada jalan" begitu kata suami. Sebuah pernyataan yang membuatku mengurung keinginanku karena Suami lebih ridho sama ridho rhoma eh rhido sekolah lagi. Jadi aku pun meng-iyakan hal tersebut dengan perasaan gundah gulana.

La gimana nggak gundah yes, ekonomi lagi nggak stabil, sementara aku harus sekolah lagi. Koq kayaknya nggak bijaksana banget gitu keputusannya. Kan pusing pala nyisanak. ahay. Tapi yaaa, mau nggak mau kudu manut suami kan. Ridho Suami Ridho Allah. So, tentu saja pilihaku jatuh ke sekolah lagi.

Trus urusan gundah gulali sekolah lagi gimana ?
Auk ah. Gelap. :D

Facebook  Twitter  Google+ Yahoo