Assalamualaikum.
Dear,
Mombeb.
Apa
kabar? Aku do'akan semoga kamu selalu dalam kondisi sehat dan bahagia ya,
aamiin
Mombeb, kamu sudah tahu belum kalau ternyata rumah tangga juga memberikan sumbangsih pada polusi udara? Aku baru tahu lho soal hal ini. Ckckckck...kemana aja dah dirikuuu.
Aku tu dulu mikirnya kalau polusi udara hanya disebabkan dari asap kendaraan bermotor, atau pabrik, atau pembakaran sampah. Ndilalah kemarin aku baca kalau ternyata rumah tangga menghasilkan emisi karbon juga. Waduh waduh waduh.
Fyi, dalam detik.com didefinisikan bahwa emisi karbon adalah pelepasan karbon ke atmosfer. Emisi gas yang berlebihan dapat menyebabkan pemanasan global atau efek rumah kaca. Hal ini mengakibatkan peningkatan suhu di bumi secara signifikan.
Emisi karbon dihasilkan dari energi-energi yang salah satu bahan pembuatannya dari fosil seperti listrik, BBM dan sebagainya. Sementara itu, aktivitas sehari-hari kita tidak lepas dari energi-energi tersebut termasuk aktivitas rumah tangga seperti memasak, mencuci baju, antar jemput anak sekolah, dan masih banyak lagi.
*Dampak Emisi Karbon*
Emisi karbon menjadi salah satu penyebab terjadinya perubahan iklim. Adapun perubahan iklim itu sendiri memberikan dampak negatif di berbagai aspek kehidupan.
- Dampak perubahan iklim bagi alam raya
Perubahan iklim dapat memicu atau bahkan meningkatkan suhu bumi. Hal ini membuat es di kutub mencair. Lalu jika hal ini terjadi maka mengakibatkan naiknya permukaan air laut secara global. Dampak lanjutannya yakni luas daratan pun menjadi berkurang.
Di samping itu juga, perubahan iklim juga dapat menyebabkan terjadinya cuaca ekstrim lho, Mombeb. Kalau cuaca ekstrim terjadi pastinya berdampak pada makhluk hidup karena dapat menghadirkan bencana alam seperti badai, hingga kemarau panjang.
- Dampak perubahan iklim bagi dunia ekonomi
Kehidupan
manusia sangat bergantung pada alam, bukan sebaliknya. Jadi saat kondisi alam
sedang tidak baik-baik saja maka hal ini tentu akan berdampak langsung juga
pada manusia.
Perubahan iklim menjadikan kondisi alam berubah secara signifikan. Seperti mencairnya es di kutub yang mengurangi luas daratan bahkan dapat meningkatkan terjadinya abrasi hingga banjir rob. Kondisi seperti ini tentu berdampak secara ekonomi bagi masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah pesisir pantai dan sebagainya.
Lebih lanjut, perubahan iklim juga menstimulasi terjadinya cuaca ekstrim. Seperti intensitas hujan yang tinggi hingga kemarau yang berlangsung lama.
Dulu, musim hujan adalah musim yang paling dinanti. Karena seakan mendatangkan rejeki berlimpah dan kebahagiaan. Namun, sekarang rasa itu memudar. Sebab terganti dengan rasa siap siaga waspada akan bahaya yang kadang datang menyertai hujan seperti banjir, tanah longsor, atau banjir bandang.
Demikian juga musim kemarau yang juga kadang membawa serta bencana alam. Seperti kekeringan yang berlangsung lama.
Dua kondisi alam ini, curah hujan yang tinggi maupun kemarau panjang, berpengaruh pada pendapatan beberapa profesi seperti petani, nelayan, pedagang, dan sebagainya.
- Dampak perubahan iklim bagi kesehatan
Kesehatan juga terkena dampak dari perubahan iklim. Tingginya curah hujan yang mengakibatkan banjir berpotensi memunculkan berbagai penyakit, terutama bagi korban banjir seperti diare atau penyakit kulit. Lalu saat musim kemarau tiba yang mana kadang suhu bumi meningkat lebih tinggi membuat beberapa orang terkena alergi, bahkan dehidrasi.
Seperti itulah sedikit dari segambreng dampak perubahan iklim yang muncul sebab adanya emisi karbon. Dampak dari emisi karbon ini tidak boleh kita anggap remeh ya, Mombeb. Karena sudah memberikan dampak negatif di segala aspek kehidupan.
Lalu dengan fakta seperti ini, akankah kita hanya berpangku tangan menyaksikan dampak emisi karbon yang semakin merajalela di berbagai lini kehidupan? O tentu tidak kan, Bestie? Yup, mari kita turut beraksi, Mombeb. Mari kita singsingkan baju dinas kita sebagai ibu rumah tangga untuk turut serta dalam #BersamaBergerakBerdaya demi #UntukmuBumiku menjadi lebih baik lagi. Yihaaaaa
*Cara Meminimalkan Emisi Karbon*
Mombeb, katadata mengabarkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-5 sebagai negara penyumbang emisi karbon di dunia. Kaget sih dengan kabar ini. Emmm lebih tepatnya malu bercampur sedih. Bisa-bisanya, kita jadi negara yang memberikan sumbangsih cukup besar pada kerusakan bumi. Ya Allah astaghfirullah.
Data dari Laporan Inventarisasi Emisi GRK Sektor Energi 2019 menjabarkan bahwa penyumbang emisi terbesar secara berturut-turut antara lain industri produsen energi (46,35%), transportasi (26,39%), industri manufaktur dan konstruksi (17,75%), sektor lainnya (4,63%). Lebih detil, dalam kategori industri produsen energi, terdapat subkategori pembangkit listrik sebagai penghasil emisi terbesar.
Berdasarkan data tersebut, terlihat jelas penyumbang emisi terbesar yakni produsen energi, lalu disusul tranportasi. Sekilas memang nampaknya kita tidak bisa berbuat banyak untuk mengurangi emisi karbon. Karena 2 sektor besar tersebut merupakan ranah pemerintah. Namun jika diperhatikan lagi, kita bisa loh, menekan emisi dari dua sektor besar tersebut. Dengan syarat jika kita melakukan ini secara bersama-sama. #BersamaBergerakBerdaya
Yup,
kita bisa meminimalkan emisi karbon dari sektor (penyumbang emisi karbon
terbanyak di Indonesia) yang nampaknya hanya bisa dijangkau oleh "orang-orang atas" jika kita melakukannya secara bersama-sama. Bayangkan jika sebagian dari penduduk Indonesia bergerak bersama mengurangi emisi misalkan dengan menghemat penggunaan listrik, maka aku yakin deh, emisi karbon sektor tersebut pun akan berkurang karena permintaan energi listrik menurun secara signifikan.
Mombeb, salah satu faktor yang membuat produsen energi meningkatkan produksinya karena tingginya permintaan. Dan sepertinya permintaan akan listrik kian meningkat deh ya.
Memang sih, nggak bisa dipungkiri, saat ini segala aktivitas kita sehari-hari saja selalu menggunakan listrik. Tanpa listrik sebentar saja kita sudah kalang kabut. Jadi bisa dibilang listrik sudah menjadi kebutuhan primer kita. Meskipun listrik sudah menjadi kebutuhan primer, namun tidak lantas membuat kita tidak bisa berhemat, bukan? Bisa lah, lawong makan dan minum aja bisa kita rem kan, apalagi listrik. Pokoknya bisa lah ya, demi #UntukmuBumiku
Fyi nih Mombeb, iesr mengungkapkan bahwa untuk setiap lampu berdaya 10 Watt yang dinyalakan selama 1 jam, CO2 yang dihasilkan adalah 9,51 g CO2. Nah sekarang coba deh kita hitung-hitung berapa daya yang kita habiskan dalam 1 hari 1 malam? Sepertinya lebih dari 50 g deh ya. Dudududuuu, kalau begini mah, sudah seharusnya sekarang kita bener-bener diet listrik.
Adapun cara untuk menghemat penggunaan listrik di rumah yang saat ini tengah aku dan keluargaku ikhtiari adalah sebagai berikut:
1. Menyalakan lampu saat malam hari saja
2.
Memilih alat rumah tangga yang hemat energi listrik
3.
Mengurangi penggunaan alat rumah tangga yang berenergi listrik
Jadi seperti itulah 3 caraku menghemat penggunaan listrik. Awalnya memang susah, karena meninggalkan hal-hal yang praktis kan? Yup, tapi lama-lama aku sudah mulai terbiasa, Alhamdulillah.
Mombeb, aku sempat terpikir andai aku diberikan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang bertujuan mengurangi mitigasi risiko perubahan iklim demi #UntukmuBumiku maka yang aku lakukan adalah menggaungkan #BersamaBergerakBerdaya . Karena dengan bersama bergerak berdaya rasanya kita bisa mewujudkan hal yang sulit sekalipun.
Lebih detil, nantinya gerakan #BersamaBergerakBerdaya ini akan menjalankan misi membebaskan negeri ini dari emisi dengan menggalakkan gaya hidup yang peduli bumi. Di dalam gaya hidup ini terdapat kebiasaan untuk menghemat energi listrik, menerapkan hidup sehat, serta meninggalkan perilaku konsumtif. Tak lupa, aku juga mendukung penuh komunitas-komunitas yang pro akan kondisi bumi salah satunya Team Up For Impact
Itu sih yang aku lakukan jika aku diberikan kekuatan khusus. Kalaupun kekuatan khusus itu tak jua aku miliki, aku tetap akan turut serta menjaga bumi salah satunya dengan mengikuti aksi #BersamaBergerakBerdaya ini. Karena dengan melakukan ini, aku tak hanya menyiapkan bumi yang lebih baik untuk generasi selanjutnya, melainkan juga sebagai bentuk ikhtiar menjalankan amanah dari Allah SWT sebagaimana yang terdapat pada Q.S. Al Baqarah ayat 30.
Sebelum aku akhiri tulisanku ini, izinkan aku mengajukan sebuah tanya untuk kamu, Mombeb. Please, dijawab ya. Boleh di kolom komentar atau di blogpost juga bisa banget. Aku tunggu, Mombeb.
See
yaaaa.....
Wassalamu'alaikum
“Kalau
#BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom
komentar ya!”
Referensi:
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5796741/apa-itu-emisi-karbon-kenali-penyebab-dampak-dan-cara-menguranginya
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/11/10/10-negara-penyumbang-emisi-karbon-terbesar-di-dunia-ada-indonesia
https://dlh.karanganyarkab.go.id/2014/04/24/mengenla-jejak-karbon/
https://iesr.or.id/pustaka/potensi-penurunan-emisi-indonesia-melalui-perubahan-gaya-hidup-individu
https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-inventarisasi-emisi-gas-rumah-kaca-sektor-energi-tahun-2019.pdf
mari kita upayakan go green untuk cintai bumi :D
ReplyDeleteSaya mulai belajar hemat listrik nih. Biasanya suka iseng hidupkan TV tapi tidak ditonton, malah nonton HP atau bebersih rumah. Jd TV cm buat "rame2an" aja. Sejak sadar kalau itu pemborosan, makanya udah menahan diri gak nambahin polusi suara jg, hehe. Plus udah rajin matikan lampu2 yg masih hidup di siang hari
ReplyDeleteHal seperti yang sepele, mematikan listrik saat tidak dipakai. Padahal itu dampaknya sangat besar ya. Andaikan semua orang hemat listrik, pasti akan ada banyak hal lain yg bisa dimanfaatkan
ReplyDeleteSedih sekaliii..
ReplyDeleteTernyata banyak sekali jejak kerbon yang kita tinggalkan untuk bumi ini meski di rumah aja. Aku juga dulu mikirnya, as long as gak kemana-mana, berarti aku uda melestarikan lingkungan.
Ternyata langkahku bergerak bersama belum banyak.
Kudu lebih optimal dan maksimal lagi nih..
Haturnuhun, kak.
Jadi terpikirkan, kalau lampu berdaya 10w emisi yang dihasilkan 9,51 g CO2 maka kalau yang dayanya di bawah 10w piye?
ReplyDeleteInilah tugas kita bersama biar si emisi karbon gak makin tebal ya kak
bumi yang kita cintai ini memang hanya satu..jadi harus dijaga dengan sebaik- baiknya yaa mba. Semangat untuk selalu berpartisipasi menjaga bumi
ReplyDeleteHmmm... terima kasih sudah mengingatkan. Setahun terakhir juga mulai menerapkan hal ini nih, matiin lampu kalo tak dipakai, sama cabut chargeran. Karena charger yang terpasang juga ada konsumsi listrik lho
ReplyDeleteTulisan yang menginspirasi! Artikel ini menggambarkan kekuatan kolaborasi dan pergerakan yang memberdayakan. Saya merasa termotivasi untuk bergabung dan berkontribusi dalam perubahan positif. Terima kasih atas pesan yang kuat ini, semoga bersama-sama kita dapat mencapai keberhasilan dan dampak yang besar.
ReplyDeleteSoal dampak perubahan iklim terhadap naiknya permukaan air laut tuh aku merasakan sekali. Sekitar tahun 2012, pantai di dekat rumahku tuh masih luas banget. Sekarang tuh kayak bibir pantai tuh udah dekat banget sama perumahan penduduk. Malah kalau ombak lagi gedhe, ada yang sampai menghantam rumah warga tuh ombaknya. Lumayan bikin serem sih.
ReplyDeleteIklim saat ini sudah memutarbalikkan kebiasaan di bumi ya. Musim sudah tidak bisa diprediksi, bencana terjadi dimana mana. Jika dibiarkan memang kehancuran bumi tak akan lama lagi
ReplyDeleteIya Teh 🥲
DeleteHarus gerak cepat menyelematkan bumi ini yang gas emisi bertebaran makin tak terbendung
Memang kita yang harus bergerak berdaya ya kak karena dengan demikian kita akan memperlihatkan manfaat kepada orang lain terutama di lingkungan kita sendiri
ReplyDeletePersoalan hemat listrik, memang kalau siang cukup dengan cahaya matahari saja ya. Saya juga menyalakan lampu hanya di malam hari. Malah kalau tidur lampu dimatikan.
ReplyDeleteDuh, kaget juga pas tau kalau Indonesia jadi peringkat 5 negara penyumbang emisi karbon di dunia. :( Tapi memang makin berasa ya sekarang dampak perubahan iklim ini. Semoga makin banyak masyarakat yang aware dari tindakan kecil seperti hemat listrik, hemat air untuk bisa jaga lingkungan.
ReplyDeleteKemarin aku baca di situs caiaku dot com, kalau dalam 5 tahun kedepan atau paling akhir 2027 kedepan, suhu bumi naik 1.5 derajat celcius. Artinya, gelombang panas akan terjadi yang berpotensi pada perubahan iklim yang lebih ekstrem. Seperti kekeringan hebat, gelombang panas yang teramat sangat.
ReplyDeleteDan untuk kasus yang lebih parah adalah air laut menjadi hangat yang mengakibatkan biota laut, hewan laut seperti terumbu karang dan ikan mati dan musnah, tanpa bisa dipulihkan kembali, dan manusia akan menyesal.
Penyakit juga mudah datang bebarengan dengan suhu panas.
Kalau kata orang bijak sih, menjaga bumi bukan sekedar menyelamatkan bumi. Tapi menyelematkan manusia itu sendiri. Jadi kalau kita emang masih sayang sama orang tua kita, anak, istri, suami, keluarga, menjaga bumi berarti menjaga dan menyelamatkan mereka semua.
Saya selalu berusaha hemat listrik, hemat air, hemat penggunaan plastik juga mbak
ReplyDeletememilih produk yang hemat listrik dan energi bisa jadi salah satu cara ya bagi kita untuk melestarikan bumi
ReplyDeleteYaa Allah, dampaknya bukan hanya pada iklim saja,ternyata pada banyak segi kehidupan, contohnya pada sisi ekonomi. Sebelum terlambat, nampaknya kita harus banyak berbuat dari hal kecil dan sederhana seperti menggunakan listrik dan air seperlunya
ReplyDeleteSalah satu cara menjaga alam dimulai dari diri sendiri yaa… Apalagi lingkungan yg bersih dan terjaga juga impactnya ke diri kita… Banyak dampak yg terkena jika sudah terjadi kerusakan alam..
ReplyDeleteSebenarnya gampang ya, tapi yang susah itu konsistennya... Jawaban pertanyaannya jadi pengen dibikin blog post juga, hehehe...
ReplyDeletengeri juga kalau sampai air laut naik ke permukaan
ReplyDeletememang sedari "dini", kita harus menjaga lingkungan dimulai dari hal-hal yang kecil seperti menghemat penggunaan listrik.
Aku sendiri tertampar nih, kadang masih boros soal air, padahal air juga terbuang sia-sia dan mesin sanyo nyala terus
Alangkah baiknya sedari dini untuk mengajjarkan kepedulian terhadap bumi, dengan mengajarkan ilmu-ilmu yang bisa digunakan untuk mengurangi emisi gas karbon, mencegah efek gas rumah kaca
ReplyDelete#BersamaBergerakBerdaya versi saya yang paling sering dilakukan dalam keseharian adalah dengan cara menyiram tanaman dan menghemat listrik dengan mengganti beberapa penerangan di luar rumah menggunakan tenaga surya.
ReplyDeleteBisa lebih hemat juga soalnya :D
Emisi karbon memang salah satu biang keladi pemanasan global ya kak. Hiks. Aq kalau malam pun begitu pada mau tidur ya lampu kumatikan semuanya biar hemat.
ReplyDeleteBerubah memang harus diawali dari diri sendiri dan keluarga ya Mak, PR ini tuh memilih alat rumah tangga yang hemat listrik. Soal lampu, malam haripun aku juga mulai mengurangi, ruangan mana yang lampunya harus nyala dan ruangan mana yang lampunya dimatikan saja.
ReplyDeleteBeberapa waktu lalu saya menulis tulisan tentang perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang berdampak juga terhadap stabilitas ekonomi. Nah, langkah yang bisa kita lakukan sebagai masyarakat biasa adalah dengan menggunakan/mengonsumsi produk-produk yang ramah lingkungan demi mendukung ekonomi hijau. Itu bisa jadi cara sederhana kita untuk #BersamaBergerakBerdaya
ReplyDelete