Terlambat Mewujudkan Mimpi Jika Memulai Karir di Usia 30+ ?

Assalamu'alaikum, 

Dear Mombeb. 

Apa kabar, Mom? aku do'akan kamu dan keluarga selalu dalam kondisi sehat dan bahagia. Aamiin ya robbal'alamiin.

Mom, kalau boleh tahu, di usia berapa kamu memulai karir? Di usia mudakah? Kalau iya, pasti sekarang lagi di puncak karir ya, Mom? Alhamdulillah, aku ikut senang dengan keberhasilan kamu, Mom. 

Lalu, menurut kamu, Mom, apakah aku terlambat memulai karir di usia 30 lebih? Karena beberapa orang di sekitarku bilang kalau aku sudah terlambat mewujudkan mimpi jika memulai karir di usia 30 lebih. Katanya, karirku nggak bakal bisa berada di puncak. 

Waktu aku dengar kalimat begitu, aku ke-memeg-an sih alias nggak bisa berkata-kata karena saking kagetnya. Baru, setelah beberapa menit kemudian, yang pasti setelah yang mengatakan tersebut pergi, aku mulai memikirkan kalimat tersebut. 

Kalau boleh jujur, aku memang mewujudkan mimpi aku melalui jalan karir yang baru aku mulai ini. bisa Mimpiku ini pun bisa dibilang cukup tinggi, sih. Aku berani menaruh mimpi tinggi pun karena beberapa alasan. Sebab kebetulan karirku saat ini adalah hal yang aku sukai yakni diy dan anak-anak. Coba deh tebak, aku tengah berkarir sebagai apa? Yup, aku jadi guru paud, Mombeb, yeayyyy. 

Nah, selain itu, berdasarkan pengamatanku yang bisa dibilang masih cukup dini sih, jalan untuk berkarir di dunia paud di tempat tinggalku ini masih terbuka lebar. Inilah yang membuatku berani bermimpi tinggi, tinggi sekali. Namun setelah mendapatkan respon begitu, aku pun mulai ragu untuk menaruh mimpi setinggi itu. 

Memang, tak dapat dipungkiri, beberapa kali aku mendapati badanku jadi mudah lelah. Main ular naga panjangnya sama anak-anak tk barang sebentar saja, aku sudah menggos-menggos. Pyuuhhh, payah yah. Mungkin kalau masih muda aku bisa berlarian ke sana kemari yiha. 

Lain dari itu? Untuk saat ini aku belum nemu lagi kesulitan berkarir di usia 30+. Aku malah menemukan kelebihan dari berkarir sebagai guru paud di usia yang sudah tidak muda lagi ini. Pertama, aku punya banyak referensi media belajar untuk anak tk. Bahkan sebagian besar berdasarkan pengalaman pribadi saat bikin media belajar buat duo bocilku. Kedua, aku juga punya banyak referensi perkembangan anak usia dini. Ketiga, lebih selow dalam menghadapi masalah, nggak reaktif seperti pas aku masih muda dulu. Baru nemu tiga ini sih. 

baca juga: kreasi mainan dari barang bekas

Hasil renunganku itu menunjukkan kalau lebih banyak hal positif yang aku dapatkan dengan memulai karir di usia 30+. Semoga saja, hal positif ini semakin bertambah yak. Aamiin

Jadi kalau dibilang memulai karir di usia 30+ itu terlambat memang nggak ada salahnya, sih. Apalagi jika dilihat dari garis start teman satu angkatan. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali berusaha untuk mewujudkan mimpi, bukan?  

Mombeb, do'akan aku yak. Do'akan aku bisa meraih mimpiku yang tinggi itu melalui jalan karir yang tengah aku lakoni ini. 

Makasih ya. Makasih banyak karena mau mendo'akan aku. Do'a yang baik akan kembali ke kamu, Mombeb. 

Sekian curhat kali ini. 

Nanti esok kita cerita-cerita lagi yak.

Wassalamu'alaikum, Mombeb.  

The Power Of Bersama Bergerak Berdaya



Assalamualaikum.

Dear, Mombeb.

Apa kabar? Aku do'akan semoga kamu selalu dalam kondisi sehat dan bahagia ya, aamiin

Mombeb, kamu sudah tahu belum kalau ternyata rumah tangga juga memberikan sumbangsih pada polusi udara? Aku baru tahu lho soal hal ini. Ckckckck...kemana aja dah dirikuuu.

Aku tu dulu mikirnya kalau polusi udara hanya disebabkan dari asap kendaraan bermotor, atau pabrik, atau pembakaran sampah. Ndilalah kemarin aku baca kalau ternyata rumah tangga menghasilkan emisi karbon juga. Waduh waduh waduh.

Fyi, dalam detik.com didefinisikan bahwa emisi karbon adalah pelepasan karbon ke atmosfer. Emisi gas yang berlebihan dapat menyebabkan pemanasan global atau efek rumah kaca. Hal ini mengakibatkan peningkatan suhu di bumi secara signifikan.

Emisi karbon dihasilkan dari energi-energi yang salah satu bahan pembuatannya dari fosil seperti listrik, BBM dan sebagainya. Sementara itu, aktivitas sehari-hari kita tidak lepas dari energi-energi tersebut termasuk aktivitas rumah tangga seperti memasak, mencuci baju, antar jemput anak sekolah,  dan masih banyak lagi.


*Dampak Emisi Karbon*

Emisi karbon menjadi salah satu penyebab terjadinya perubahan iklim. Adapun perubahan iklim itu sendiri memberikan dampak negatif di berbagai aspek kehidupan.

  • Dampak perubahan iklim bagi alam raya

Perubahan iklim dapat memicu atau bahkan meningkatkan suhu bumi. Hal ini membuat es di kutub mencair. Lalu jika hal ini terjadi maka mengakibatkan naiknya permukaan air laut secara global. Dampak lanjutannya yakni luas daratan pun menjadi berkurang.

Tak cukup sampai di situ, perubahan iklim dapat menjadi penyebab punahnya spesies hewan. Mongabay.co.id menyebutkan katak setan adalah salah satu jenis katak yang punah karena perubahan iklim. Nah hal ini tentu saja akan mengganggu keseimbangan ekosistem.

Di samping itu juga, perubahan iklim juga dapat menyebabkan terjadinya cuaca ekstrim lho, Mombeb. Kalau cuaca ekstrim terjadi pastinya berdampak pada makhluk hidup karena dapat menghadirkan bencana alam seperti badai, hingga kemarau panjang.

  • Dampak perubahan iklim terhadap ekonomi

Kehidupan manusia sangat bergantung pada alam, bukan sebaliknya. Jadi saat kondisi alam sedang tidak baik-baik saja maka hal ini tentu akan berdampak langsung juga pada manusia.

Perubahan iklim menjadikan kondisi alam berubah secara signifikan. Seperti mencairnya es di kutub yang mengurangi luas daratan bahkan dapat meningkatkan terjadinya abrasi hingga banjir rob. Kondisi seperti ini tentu berdampak secara ekonomi bagi masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah pesisir pantai dan sebagainya.

Lebih lanjut, perubahan iklim juga menstimulasi terjadinya cuaca ekstrim. Seperti intensitas hujan yang tinggi hingga kemarau yang berlangsung lama.

Dulu, musim hujan adalah musim yang paling dinanti. Karena seakan mendatangkan rejeki berlimpah dan kebahagiaan. Namun, sekarang rasa itu memudar. Sebab terganti dengan rasa siap siaga waspada akan bahaya yang kadang datang menyertai hujan seperti banjir, tanah longsor, atau banjir bandang.

Demikian juga musim kemarau yang juga kadang membawa serta bencana alam. Seperti kekeringan yang berlangsung lama.

Dua kondisi alam ini, curah hujan yang tinggi maupun kemarau panjang, berpengaruh pada pendapatan beberapa profesi seperti petani, nelayan, pedagang, dan sebagainya.

  • Dampak perubahan iklim terhadap sosial budaya
Perubahan iklim juga berdampak pada ranah sosial budaya. Saat ini banyak yang enggan melakukan aktivitas di luar ruangan saat siang hari. Baik itu saat sedang bekerja atau berkumpul bersama teman. Selain itu, ruangan-ruangan tempat beraktivitas pun dilengkapi dengan kipas angin atau ac untuk menghalau hawa panas yang terasa. Bahkan ada yang membawa kipas angin (mini) sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa kipas angin atau ac sudah menjadi kebutuhan bagi beberapa orang. Data dari Jawapos.com menyebutkan bahwa kebutuhan akan kipas angin pun meningkat tatkala musim kemarau. 

Dampak lainnya yakni berubahnya kebiasaan orang dalam merawat kulit. Saat ini, banyak yang menganggap bahwa merawat kulit tidak cukup hanya satu jenis produk melainkan lebih dari itu seperti menggunakan sunscreen, body scrub, lotion dan sebagainya. Hal ini tentu tak jadi masalah mengingat setiap orang memiliki kondisi kulit masing-masing. Namun yang perlu digaris bawahi adalah adanya peningkatan risiko penyakit kulit akibat perubahan iklim. Melansir dari halodoc bahwa ada beberapa kondisi kulit yang sering muncul saat terjadinya cuaca panas seperti penyakit kulit jamur, penyakit kulit yang disebarkan melalui kutu, dan sebagainya.
  • Dampak perubahan iklim terhadap kesehatan

Kesehatan juga terkena dampak dari perubahan iklim. Tingginya curah hujan yang mengakibatkan banjir berpotensi memunculkan berbagai penyakit, terutama bagi korban banjir seperti diare atau penyakit kulit. Lalu saat musim kemarau tiba yang mana kadang suhu bumi meningkat lebih tinggi membuat beberapa orang terkena alergi, bahkan dehidrasi.

dampak perubahan iklim


Seperti itulah sedikit dari segambreng dampak perubahan iklim yang muncul sebab adanya emisi karbon. Dampak dari emisi karbon ini tidak boleh kita anggap remeh ya, Mombeb. Karena sudah memberikan dampak negatif di segala aspek kehidupan.

Lalu dengan fakta seperti ini, akankah kita hanya berpangku tangan menyaksikan dampak emisi karbon yang semakin merajalela di berbagai lini kehidupan? O tentu tidak kan, Bestie? Yup, mari kita turut beraksi, Mombeb. Mari kita singsingkan baju dinas kita sebagai ibu rumah tangga untuk turut serta dalam #BersamaBergerakBerdaya demi #UntukmuBumiku menjadi lebih baik lagi. Yihaaaaa


*Cara Meminimalkan Emisi Karbon*

Mombeb, katadata mengabarkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-5 sebagai negara penyumbang emisi karbon di dunia.  Kaget sih dengan kabar ini. Emmm lebih tepatnya malu bercampur sedih. Bisa-bisanya, kita jadi negara yang memberikan sumbangsih cukup besar pada kerusakan bumi. Ya Allah astaghfirullah.

Data dari Laporan Inventarisasi Emisi GRK Sektor Energi 2019 menjabarkan bahwa penyumbang emisi terbesar secara berturut-turut antara lain industri produsen energi (46,35%), transportasi (26,39%), industri manufaktur dan konstruksi (17,75%), sektor lainnya (4,63%). Lebih detil, dalam kategori industri produsen energi, terdapat subkategori pembangkit listrik sebagai penghasil emisi terbesar.

a. Menghemat Penggunaan Listrik

Berdasarkan data tersebut, terlihat jelas penyumbang emisi terbesar yakni produsen energi, lalu disusul tranportasi. Sekilas memang nampaknya kita tidak bisa berbuat banyak untuk mengurangi emisi karbon. Karena 2 sektor besar tersebut merupakan ranah pemerintah. Namun jika diperhatikan lagi, kita bisa loh, menekan emisi dari dua sektor besar tersebut. Dengan syarat jika kita melakukan ini secara bersama-sama. #BersamaBergerakBerdaya 

Yup, kita bisa meminimalkan emisi karbon dari sektor (penyumbang emisi karbon terbanyak di Indonesia) yang nampaknya hanya bisa dijangkau oleh "orang-orang atas" jika kita melakukannya secara bersama-sama. Bayangkan jika sebagian dari penduduk Indonesia bergerak bersama mengurangi emisi misalkan dengan menghemat penggunaan listrik, maka aku yakin deh, emisi karbon sektor tersebut pun akan berkurang karena konsumsi listrik akan menurun secara signifikan.




Mombeb, berdasarkan grafik dari katadata tersebut menunjukkan bahwa konsumsi listrik penduduk Indonesia terus mengalami kenaikan. Hal ini bisa menjadi salah satu faktor yang membuat produsen energi listrik meningkatkan produksinya, bukan?  

Memang sih, nggak bisa dipungkiri, saat ini segala aktivitas kita sehari-hari saja selalu menggunakan listrik. Tanpa listrik sebentar saja kita sudah kalang kabut. Jadi bisa dibilang listrik sudah menjadi kebutuhan primer kita. Meskipun begitu, namun tidak lantas membuat kita tidak bisa berhemat, bukan? Bisa lah, lawong makan dan minum aja bisa kita rem kan, apalagi listrik. Pokoknya bisa lah ya, demi #UntukmuBumiku



Fyi nih Mombeb, iesr mengungkapkan bahwa untuk setiap lampu berdaya 10 Watt yang dinyalakan selama 1 jam, CO2 yang dihasilkan adalah 9,51 g CO2. Nah sekarang coba deh kita hitung-hitung berapa daya yang kita habiskan dalam 1 hari 1 malam? Sepertinya lebih dari 50 g deh ya. Dudududuuu, kalau begini mah, sudah seharusnya sekarang kita bener-bener diet listrik.

Adapun cara untuk menghemat penggunaan listrik di rumah yang saat ini tengah aku dan keluargaku ikhtiari adalah sebagai berikut:

1. Menyalakan lampu saat malam hari saja

   Dulu, aku lebih suka mengerjakan job di kamar, karena bisa sembari rebahan. Sayangnya, area kamarku tak banyak kena sinar matahari. Hal ini membuatku menyalakan lampu di siang hari. Namun sejak tahu fakta bahwa energi listrik menyumbang kerusakan bumi, aku pun tak lagi menyelesaikan pekerjaan di kamar. Melainkan di area rumah yang terkena sinar matahari. Apa lagi kalau bukan ruang tamu, hahayyy. 

2. Memilih alat rumah tangga yang hemat energi listrik

    Saat ini para produsen alat rumah tangga berlomba-lomba membuat produk yang hemat daya listrik. Tentu hal ini menjadi kabar baik bagi kita, para konsumen. Sebab kita tak hanya bisa menghemat pengeluaran untuk membayar listrik, melainkan juga turut serta menjaga bumi. 

3. Mengurangi penggunaan alat rumah tangga yang berenergi listrik

        Aku menggunakan beberapat alat rumah tangga yang membutuhkan energi listrik untuk mengoperasikannya seperti mesin cuci, penanak nasi, dan kulkas. Nah di antara 3 alat tersebut, aku baru bisa mengurangi penggunaan mesin cuci dan penanak nasi. 

Jadi seperti itulah 3 caraku menghemat penggunaan listrik. Awalnya memang susah, karena meninggalkan hal-hal yang praktis kan? Yup, tapi lama-lama aku sudah mulai terbiasa, Alhamdulillah.

b. Mengurangi menggunakan kendaraan bermotor 

Aku dan keluarga suka sekali dengan yang namanya jalan-jalan. Dulu, setiap minggu minimal satu kali kami mewajibkan diri untuk jalan-jalan. Selain agar anak-anak senang, juga sebagai salah satu cara kami mengusir penat. Namun belakangan kami sudah tidak melakukan hal ini lagi. Pas ada rejeki, kami mengubah beberapa area rumah yang sebelumnya tidak berfungsi menjadi area bermain, area membaca, area berkebun, area leyeh-leyeh duduk-duduk di bawah langit pun juga ada. 



c. Meminimalkan sampah rumah tangga

Sejak si kecil berusia 3 bulan, aku sudah mulai melakukan daur ulang sampah rumah tangga seperti kardus, botol, hingga baju tak terpakai. Ada yang aku jadikan media untuk stimulasi si kecil, hingga aku jadikan sarung bantal dan keset. Dan hal ini pun masih berlanjut sampai sekarang. Kenapa betah? karena ada beberapa manfaat yang aku rasakan saat melakukan hal tersebut yakni aku bisa lebih menghemat pengeluaran dan juga bisa turut serta menjaga bumi dari sampah sendiri. Lalu bagaimana dengan sampah sisa makanan? 

Baca juga: aksi ibu rumah tangga menjaga lingkungan

Nah, untuk yang satu itu, aku baru mulai mencoba istiqomah untuk mengurangi sampah sisa makanan. Soalnya aku baru tahu juga bahwa sampah sisa makanan juga memberikan sumbangsih pada kerusakan alam. Kemane aja dah diriku iniiiii? 

Untuk saat ini, yang baru bisa aku lakukan untuk mengurangi sampah sisa makanan yakni dengan tidak berlebihan memasak, kalau kurang ya tinggal masak lagi. Lalu kalaupun akhirnya ada sisa makanan juga biasanya aku tanam di halaman depan rumah. 

d. Menanam pohon

Seorang pakar tanaman hutan kota, dalam antaranews, mengatakan bahwa trembesi adalah pohon yang paling tinggi menyerap emisi karbondioksida di udara. Meskipun demikian, menurut beliau, pohon lain juga bisa menyerap karbon. Bahkan tanaman hias, seperti lidah mertua, pun punya kemampuan seperti itu. 


Pohon mangga yang ada sejak rumah dibangun


Nah berbekal pendapat ahli tersebut, aku pun mempertahankan pohon-pohon yang ada di rumah seperti pohon mangga, pohon jeruk limau, pohon jambu air, hingga pohon durian. Cukup pohon rambutan saja yang pergi, yang lainnya jangan deh. 


The power of #BersamaBergerakBerdaya


Mombeb, aku sempat terpikir andai aku diberikan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang bertujuan mengurangi mitigasi risiko perubahan iklim demi #UntukmuBumiku maka yang aku lakukan adalah menggaungkan #BersamaBergerakBerdaya . Mengapa demikian?


"Sebatang lidi tidak berarti apa-apa, tapi jika diikat menjadi satu maka dapat menyapu segalanya."


Bagiku, peribahasa di atas senada dengan gerakan bersama bergerak berdaya dengan ikatan menjaga bumi. Jika kita berdaya sendirian menjaga bumi, hasilnya pun tak nampak. Namun jika kita kompak bergerak berdaya secara bersama-sama menjaga bumi, maka pasti akan terlihat hasilnya. 

Contoh nyata saat hari raya nyepi, yang mana pada saat itu warga Bali tidak diizinkan untuk keluar rumah selama 24 jam serta mengurangi penggunaan penerangan di malam hari. Nah hal tersebut rupanya menghasilkan efek yang begitu dahsyat. Melansir dari cnnindonesia.com, perayaan nyepi berhasil menghemat listrik sebesar 290 megawatt, serta mengurangi emisi karbondioksida sebanyak 5 ton, dan sebagainya. Nah kan? hasilnya luar biasa toh. Sekarang jika kita menerapkan hal ini juga, maka bayangkan deh seperti apa kondisi bumi ini? pasti akan segera pulih kan?

Melihat efek dahsyat dari hari raya raya nyepi di Bali, maka tak heran jika konsep nyepi ini digaungkan oleh LSM dan komunitas di Bali sebagai salah satu cara untuk mengurangi emisi. Mereka pun mengusulkan ide ini saat konferensi perubahan iklim yang pada saat itu di lakukan di Nusa Dua pada tahun 2007. Kampanye ini dinamakan World Silent Day, yang mana mengajak warga melakukan pengurangan aktivitas penggunaan energi selama 4 jam tiap tanggal 21 maret. Namun belakangan gerakan ini tak terdengar gaungnya lagi. 

So, jika aku diberikan kesempatan untuk memimpin gerakan #BersamaBergerakBerdaya , maka aku akan memasukkan World Silent Day ke dalam gerakan tersebut. Tak lupa, aku juga mendukung penuh aksi-aksi yang peduli akan kondisi bumi salah satunya aksi yang dilakukan oleh Team Up For Impact 

Aku optimis, jika kita #BersamaBergerakBerdaya untuk menjaga bumi, maka kondisi bumi pun akan segera pulih kembali. Selain itu juga efek perubahan iklim pun bisa diminimalkan.

Itu sih yang aku lakukan jika aku diberikan kekuatan khusus. Kalaupun kekuatan khusus itu tak jua aku miliki, aku tetap akan turut serta menjaga bumi salah satunya dengan mengikuti aksi #BersamaBergerakBerdaya ini. Karena dengan melakukan ini, aku tak hanya menyiapkan bumi yang lebih baik untuk generasi selanjutnya, melainkan juga sebagai bentuk ikhtiar menjalankan amanah dari Allah SWT sebagaimana yang terdapat pada Q.S. Al Baqarah ayat 30.

Sebelum aku akhiri tulisanku ini, izinkan aku mengajukan sebuah tanya untuk kamu, Mombeb. Please, dijawab ya. Boleh di kolom komentar atau di blogpost juga bisa banget. Aku tunggu, Mombeb.

See yaaaa.....

Wassalamu'alaikum

 

“Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya!”

 

 

 ***

Referensi:

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5796741/apa-itu-emisi-karbon-kenali-penyebab-dampak-dan-cara-menguranginya

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/11/10/10-negara-penyumbang-emisi-karbon-terbesar-di-dunia-ada-indonesia

https://dlh.karanganyarkab.go.id/2014/04/24/mengenla-jejak-karbon/

https://iesr.or.id/pustaka/potensi-penurunan-emisi-indonesia-melalui-perubahan-gaya-hidup-individu

https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-inventarisasi-emisi-gas-rumah-kaca-sektor-energi-tahun-2019.pdf

https://www.mongabay.co.id/2023/03/16/katak-setan-punah-karena-perubahan-iklim/

https://www.halodoc.com/artikel/waspada-ini-dampak-perubahan-iklim-pada-kesehatan-kulit

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/02/23/konsumsi-listrik-penduduk-indonesia-naik-pada-2022-capai-rekor-baru

https://www.antaranews.com/berita/969642/pakar-pohon-trembesi-paling-tinggi-serap-co2

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20230321140748-199-927854/pakar-ungkap-efek-dahsyat-hari-raya-nyepi-pada-lingkungan

https://www.mongabay.co.id/2017/03/28/merehatkan-bumi-dengan-5-hal-ini-saat-nyepi/



Membangun Rumah Literasi yang Kokoh dengan Produk Semen Ini!


Mombeb, sebelum pindah ke Bali, aku dan suami sudah punya rencana untuk berbagi ilmu dan pengalaman yang sudah kami dapatkan selama tinggal di Jawa.  Tujuan kami tidak muluk-muluk yakni untuk melanjutkan kebiasaan yang sudah kami jalani selama di Jawa. Ya, selama di Jawa. Alhamdulilah kami bisa turut serta menjadi relawan sebuah lembaga sosial cabang Jombang yang berpusat di Malang. Aku bisa ikut ini karena diajak suami, sih. Dan Alhamdulillah langsung jatuh hati. Karena rasanya menyenangkan sekali bisa turut serta membantu orang lain. Asli, jadi relawan bikin ketagihan.

Nah, kami pun sudah merencanakan sebuah wadah yang nantinya akan kami jadikan sebagai tempat kami mewujudkan itu. Lalu dari sekian banyak pilihan, kami sepakat memilih membangun sebuah rumah literasi yang kokoh.  

Mengapa literasi?

Melansir dari laman perpustakaan.setneg.go.id, kata Literasi itu sendiri memiliki makna yakni seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Nah definisi ini sejalan dengan niat kami yang ingin berbagi ilmu dan pengalaman yang kami dapatkan selama kurang lebih 10 tahun hidup di Jawa Timur. Seperti berbagi ilmu parenting, bloging, kreator konten, public speaking, kepemimpinan, wirausaha, dan sebagainya. 

Lalu, setahun belakangan, hari-hari kami pun membahas soal mewujudkan mimpi. Dan tahu nggak Mombeb, pas ngobrolin soal ini, rasanya bahagia sekali. Nggak nyangka, baru ngobrol soal rencana saja, sudah memberi energi positif kepada kami berdua. Oleh sebab itu kami pun bersegera mewujudkan mimpi kami membangun rumah literasi.

Nah karena kami ingin pengembangan literasi ini bisa berkembang luas dan bersifat langgeng maka kami pun memutuskan untuk membangun sebuah rumah literasi.  Kenapa sih koq sampai membangun sebuah rumah untuk kegiatan literasi? Kan di teras rumah juga bisa?



Yup, di teras rumah saja kita sudah bisa membuat rumah literasi. Dan kalau mau bikin seperti ini pun boleh, boleh banget. Ini hanya kehendak aku dan suami yang ingin membangun sebuah rumah untuk aktivitas yang berkaitan dengan literasi. Usaha ini adalah sebagai salah satu ikhtiar melanggengkan gerakan literasi dengan membangun rumah literasi itu sendiri. 

Ada hal yang melatarbelakangi kehendak kami itu. Ya, kami terinspirasi dari rumah literasi yang ada di Denpasar, kami pun ingin membangun rumah literasi yang kokoh serta dapat menghadirkan rasa nyaman dan senang bagi pengunjung. Syukur-syukur kalau pengunjung bisa berkali-kali datang ke sini.


Lalu akhirnya tiba saatnya membangun rumah untuk ikhtiar mengembangkan literasi. Nah, demi mewujudkan rumah literasi yang kokoh, suami pun mengawasi penuh proses membangun rumah literasi.

Mombeb, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar bangunan menjadi kokoh. Salah satunya mengenai kualitas semen. Di Indonesia,  ada 3 semen yang sudah diakui kualitasnya dan amat sering digunakan sebagai bahan bangunan. Semen-semen berkualitas tersebut seperti Semen SCG PCC 50 kg, Semen Tiga Roda PCC 50 kg, dan Semen Gresik PCC 50 kg. Untuk Semen SCG PCC 50 kg ini memiliki inovasi formula terbaru yang banyak memberikan kemudahan salah satunya yakni mempersingkat waktu pengerjaan. Kemudian untuk Semen PCC ini mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah selama proses pendinginan dibandingkan dengan semen portland jenis I. Hal ini membuat pengerjaannya menjadi lebih mudah serta dapat menghasilkan permukaan beton atau plester yang lebih rapat dan lebih halus. Sementara itu, untuk Semen Gresik sendiri juga memiliki kualitas yang andal. Ini dibuktikan dari penggunaan semen Gresik dalam pembangunan berbagai landmark hingga struktur yang monumental.

Nah dari 3 semen berkualitas tersebut, pilihan kami jatuh pada Semen SCG. Karena setelah kami telusuri dan mencari referensi, semen SCG ini punya banyak keunggulan

Lalu apa sajakah keunggulannya? Aku coba jelaskan di paragraf berikut ini yak.

semen kokoh

Nah yang aku suka dari semen SCG ini yakni aku ngerasa lebih hemat biaya pembangunan, sih. La gimana nggak ngerasa hemat biaya pembangunan secara nih dari segi harga saja semen SCG ini lebih terjangkau dari semen-semen yang pernah aku pakai sebelumnya. Alasan kedua yang bikin aku  merasa lebih hemat biaya yakni jumlah semen yang aku gunakan tidak sebanyak hasil perhitungan bapak tukang bangunan jika menggunakan semen selain SCG. Kenapa bisa begini? Karena SCG ini dibuat menggunakan formula yang berkualitas seperti semen Portland, pasir silika, material pengisi, material split dan zat aditif yang semuanya berkualitas tinggi. Dengan formula yang berkualitas membuat penggunaan semen SCG pun jadi lebih hemat. Selain itu juga , dengan formula yang berkualitas ini, semen SCG lebih ramah terhadap lingkungan dan sebagainya.

perekat bata ringan terbaik

Oya, semen SCG ini punya varian lain loh yakni Semen Mortar. Lebih spesifik, namanya SCG Mortar. Yakni semen instan untuk pekerjaan pemasangan dinding bata ringan yang praktis dan mudah digunakan. Jadi SCG Mortar ini semacam lem gitu. Tapi lem khusus untuk merekatkan bata ringan. Ah jadi pengen juga pakai SCG Mortar ini di rencana aku dan suami selanjutnya. InsyaAllah, aamiin Allahumma Aamiin.

 

scg mortar

FYI nih, Mombeb, SCG mortar ini juga dibuat menggunakan formula yang berkualitas. Nah dengan formula yang berkualitas inilah membuat SCG mortar ini memiliki banyak keunggulan seperti ia lebih mudah diaduk untuk campuran yang lebih homogen. Kemudian SCG Mortar ini juga mudah untuk diaplikasikan. Seperti apa kemudahannya? Ya, hanya dengan dicampur air, SCG Mortar sudah bisa langsung digunakan. Selain itu, SCG Mortar ini juga lebih hemat penggunaan. Lalu keunggulan lainnya yakni perekat bata ringan yang satu ini memiliki daya rekat dan elastisitas yang tinggi untuk pemasangan dinding bata ringan yang cepat dengan hasil yang lebih rapih dan kuat.

Nah, dengan menggunakan bahan-bahan yang berkualitas dalam membangun rumah literasi, insyaAllah aku dan suami optimis rumah literasi ini kokoh sehingga bisa senantiasa menemani setiap aktivitas dan program-program untuk mengembangkan literasi di sini. 

Mombeb, apa yang kami lakukan ini baru langkah awal. Aku sadar betul masih ada jalan panjang yang harus dilalui demi bisa mengembangkan literasi. Oleh sebab itu, aku mohon bantuan do’a dari Mombeb, niih. Do’akan ikhtiarku dan suami untuk mengembangkan literasi bisa berjalan lancar dan berhasil mencapai tujuan. Lalu tak lupa aku mau mengucapkan terima kasih dulu karena sudah berkenan mendo’akan ikhtiar ini. Do’a yang baik akan membawa kebaikan juga bagi yang mendo’akan. Sekali lagi makasih yaaaa.

Jadi seperti itulah kiranya latar belakang keinginan mengembangkan literasi hingga ikhtiar untuk melanggengkan literasi dengan cara membangun rumah literasi yang kokoh menggunakan semen SCG. Aku berharap, semoga blog post ini bermanfaat. Aamiin

Sampai bertemu di blogpost lainnya ya, Mombeb tercinta. Daaaahhhhhhh

*** 

Referensi:

https://perpustakaan.setneg.go.id/

https://scgcbm.id

 

 

Facebook  Twitter  Google+ Yahoo