"Hanya saja, kadang kita tidak menyadari bala bantuan yang Allah beri."
Sumber Energi Seorang Ibu Agar Tidak Mudah Lelah, atau Bahkan Menyerah
3 Cara Ibu Rumah Tangga Mencari Biaya Lanjut Kuliah S2
Dear, Mombeb.
Menjadi ibu rumah tangga tak lantas segala mimpi yang dipunya harus dilenyapkan begitu saja. Ibu rumah tangga tetap bisa memperjuangkan mimpi yang dimiliki. Jika tidak bisa berlari, maka berjalan pelan pun tak masalah, selama langkah tertuju pada mimpi yang sudah terangkai begitu indah.
Mombeb, sebelum memutuskan menikah muda, aku mengajukan satu syarat
ke calon suami yakni diizinkan untuk kuliah lagi nanti. Trus calon suami aku
jawab begini:
"Oke, tapi S2 nya setelah 2 atau 3 tahun kita nikah ya".
Uyeah, aku setuju. Setelah itu, kami pun melangsungkan pernikahan.
2 tahun pun berlalu. Tak ada pembicaraan mengenai lanjut kuliah.
Dugaanku mungkin karena aku sudah berhenti kerja dan fokus jadi ibu rumah
tangga makanya suami tidak menawarkan untuk lanjut kuliah lagi.
Namun, rupanya, dugaanku salah besar, Mombeb. Karena di tahun
ketiga ini, tepatnya pas malam hari gitu, (trus hujan serta petir
menyambar-nyambar) dan si kecil sudah tidur, tiba-tiba mak lampir muncul suami tanya begini ke
aku.
"Jadi kuliah S2?" tanya suami
"Kirain lupa ee ternyata masih ingat, Alhamdulillah. Jadi donk
tapi Ken (anak kami) gimana?"
"Nanti aku yang handle"
"Yes" sorakku sembari senyum sumringah.
Sungguh, saat itu, aku seneeeenggg banget rasanya. Diizinin kuliah S2 aja, aku sudah seneng bukan kepalang, loh Mombeb. Soalnya aku ini kan ibu rumah tangga yang mungkin beberapa orang ada yang menganggap untuk apa sih ibu rumah tangga lanjut kuliah S2?
Eee ternyata nggak hanya diizinkan kuliah, melainkan juga suami berkenan mau bantu momong si kecil selama aku kuliah. Rejeki nomplok kan ini ya? Yup, bagiku ini rejeki luar biasa, Mombeb.
"Cuma ada yang perlu muma tahu dulu" lanjut suami lagi.
"Apa apa?" Tanyaku penasaran
"Kalau muma kuliah sekarang mungkin aku bisa ngasih biaya SPP saja, itupun nggak full, sekitar 50% atau 70% saja, gitu"
JEDIER JEDIER JEDIER
Seketika girangku memudar.
"Jadi tahun depan aja ya muma lanjut kuliah S2. Tahun ini kita ngumpulin biaya dulu, gimana? Sembari nyiapin berkas-berkas pendaftaran kuliah juga." Saran suami.
Aku mengiyakan saran tersebut untuk fokus cari biaya sebelum mulai
kuliah di tahun depan. Berikut beberapa usaha yang aku lakukan demi bisa lanjut
kuliah S2.
Cara Ibu Rumah Tangga Mencari Biaya Lanjut Kuliah S2
- Jualan
Mombeb, sebelum aku memutuskan untuk kuliah S2, aku sudah jualan pulsa. Alhamdulillah hasil dari jualan pulsa bisalah buat nambah-nambah isi dompet, gitu.
Selain jualan pulsa, aku juga jualan es batu dan makanan ringan. Untuk makanan ringannya aku kulak an atau ambil grosiran di pasar. Trus aku bungkus kecil-kecil. Setelah itu baru deh aku titipin ke warung-warung. Alhamdulillah ada beberapa warung yang mau aku titipin.
Baca juga: Gapai Mimpi Kuliah S1 dengan Berwirausaha
Nah, Mombeb, pembeliku ini cuma warung-warung di sekitar rumah. Jadi ya hasilnya nggak wah gitu.
Jika ditotal, waktu itu, penghasilanku dari jualan ini itu minimal dapat 200 ribu per bulan. Maksimal dapat 400 ribu. Tapi dapet penghasilan maksimal ini jarang banget, Mombeb. Hasil jualan ini tentunya belum cukup untuk biaya kuliah S2.
- Admin kantor
Di dekat rumah ada kantor sarikat buruh. Kebetulan waktu itu butuh admin dan untungnya lagi kerjanya cuma pas para buruh libur kerja yakni hari sabtu dan minggu serta tanggal merah. Alhamdulillah, hasil dari jadi admin kantor ini lumayan banget, Mombeb. Sebulan 300 ribu.
Kalau dihitung-hitung 2 usaha yang aku lakukan ini baru cukup untuk bayar SPP satu semester saja. Itu pun masih kurang sejuta an lagi. Trus gimana? Apa aku cari uang tambahan dari internet aja ya? Ya mumpung ada paket internet rumah yang sudah dipasang suami.
- Mencari Uang Tambahan via Daring
Ada berbagai pilihan usaha untuk mendapatkan uang tambahan dari internet, mulai dari jualan online sampai jadi influencer atau bahkan selebgram, selebtweet, dan selebblog.
Nah di antara pilihan tersebut ada dua usaha yang aku lakukan. Dan usaha yang aku lakukan ini, menurutku cocok banget untuk ibu rumah tangga terutama yang punya kemampuan menulis.
Monetisasi Blog dan Media Sosial
Begitu aku berhenti kerja karena kandungan lemah, suami sengaja menyediakan paket internet. Katanya biar nggak bosan selama di rumah. Alhamdulillahnya nih suami pilih paket internet yang memiliki jaringan prima. Jadi aku bisa melakukan berbagai macam aktivitas daring yang aku suka dan bermanfaat. Mulai dari aktivitas nulis blog, nonton film hingga nonton drakor.
Mombeb, dulu, niatku ngeblog, awalnya memang buat cari penghasilan tambahan tapi bukan buat kuliah lagi. Melainkan buat belanja-belanja happy. Namun, berhubung aku tak kunjung mendapatkan cuan dari blog walhasil aku mengubah niatku ngeblog yakni buat menyalurkan hobi nulis saja. Ini berlangsung sampai aku memutuskan untuk lanjut kuliah. Setelah itu yaaa niat ngeblog aku ubah lagi yakni menyalurkan hobi nulis sembari mencari biaya untuk lanjut kuliah lagi. Sejak saat itu, aku rajin sekali ikut lomba-lomba. Sayangnya, aku sering sekali kalah di lomba-lomba tersebut.
Fakta ini membuatku tidak menjadikan blog sebagai salah satu pintu rejeki untuk biaya kuliah. Lalu gimana biaya kuliahku? Kalau penghasilanku perbulan 500 ribuan, berarti dalam setahun ini, aku belum bisa mengumpulkan uang minimal buat bayar SPP.
Hhhhh....Ya weslah, ya sudah kalau gitu. Aku lanjut kuliah lagi kalau sudah punya tabungan minimal buat bayar SPP. Jadi aku memilih untuk pasrah saja soal waktu kuliah. Entah bisa lanjut kuliah tahun depan atau entah kapan tapi aku tetap berusaha cari cuan buat biaya kuliah.
Mombeb, dalam kondisi pasrah tersebut, entah gimana tiba-tiba aku dapat email yang isinya menawarkan kerjasama menuliskan review sebuah produk dengan benefit berupa uang tunai sebesar 200 ribu. Wow, nggak nyangka banget, satu tulisanku dihargai nominal yang segitu besar.
Setelah itu aku bergabung di beberapa agensi dan grup penulis lepas. Aku mulai merawat blogku seperti rajin update blog post, beli domain, memperhatikan soal DA, PA, DR, spam score dan sebagainya. Mengapa aku memerhatikan poin-poin ini? Karena seperti itulah syarat yang biasa diajukan oleh brand maupun agensi untuk bisa mendapatkan job nulis di blog.
Cuan dari Instagram, Twitter dan Facebook
Mombeb, rupanya, dari sini, beberapa kali aku mendapatkan job terkait instagram, facebook, hingga twitter. Hasilnya juga lumayan banget. Berawal dari blog, aku bisa bertemu dengan pintu rejeki lainnya yakni media-media sosial yang ku punya.
Alhamdulillah wa syukurillah, penghasilan dari blog dan media
sosial ini bisa dibilang lumayan banget. Setelah aku hitung-hitung, akhirnya
nih Mombeb, tabunganku cukup untuk bayar SPP 1 semester, jadi ya tetap harus berjuang lagi untuk biaya spp di semester berikutnya. Dan ya di tahun berikutnya, aku
pun bisa lanjut kuliah S2 sembari tetap mencari biaya spp untuk semester berikutnya. Yihaaaaa
Mombeb, aku sering baca artikel tentang dahsyatnya cuan dari kerja secara daring. Tapi pas mengalami sendiri ya kaget aja gitu.
Sungguh, aku tidak menyangka kalau penghasilan dari kerja daring bisa diandalkan banget bahkan sampai aku lulus kuliah S2. Bermodalkan paket internet murah, aku bisa mendapatkan untung yang berlipat-lipat ganda.
Aku berterima kasih banget ke suami yang sudah menyediakan
fasilitas internet di rumah. Yang semula bertujuan biar aku nggak bosan di rumah
eee ternyata malah bisa aku manfaatkan untuk mencari uang tambahan lewat
internet.
Jadi seperti itulah cara ibu rumah tangga mendapatkan biaya kuliah S2 ala aku. Ada tiga cara yang aku lakukan yakni jualan offline, jadi admin kantor, dan monetisasi blog serta aneka media sosial yang aku punya. Semoga ini bermanfaat buat para mombeb yang punya mimpi lanjut kuliah s2 namun terhalang biaya. Semangat yaaaa...
Nah, sekian dulu ya blogpost kali ini.
See yaaaaa
Resolusi 2023 Sebagai Mom Bloger dan Pemimpi
Dear, Mombeb
Alhamdulillah ya, bersyukur sekali, bisa tiba di 2023 ini dalam kondisi sehat lahir dan batin (insyaAllah). Karena 2 tahun lalu, nggak hanya aku bahkan sebagian besar manusia di dunia ini harus menghadapi covid-19 yang mengubah hidup secara signifikan. Aku berharap dan juga menaruh rasa optimis, semoga setelah kejadian yang berhasil memporak-porandakan nyaris di segala lini kehidupan manusia ini, bisa menjadikan hidup kita menjadi lebih bermakna, bermanfaat, dan insyaAllah menjadi lebih baik lagi. Aamiin ya Robbal'alamin.
Resolusi 2023 sebagai seorang pemimpi
Mombeb, tahun 2023 sudah di depan mata. Ada rasa antusias yang menggelayut. Mengenai mimpiku dan suami yang mulai terwujud. Mimpi kami bukan mimpi yang wah bin luar biasa. Mimpi kami hanya ingin berbagi ilmu, pengetahuan serta pengalaman yang kami punya kepada orang-orang sekitar kami dengan harapan semoga apa yang kami lakukan dapat memberikan manfaat untuk mereka.
Sebenarnya, kami sudah melakukan ini sejak menikah; Bahkan suami sendiri, sudak melakukan aktivitas berbagi ilmu dan pengalaman ini sejak sebelum menikah. Saat itu, kami bernaung di sebuah lembaga sosial. Lalu, dua tahun lalu, aktiivtas ini jadi berhenti karena kami pindah tempat tinggal sehingga mau tidak mau kami pun harus keluar dari lembaga sosial tersebut..
Namun, rasa bahagia setiap kali melakukan aktiivtas berbagi saat itu, benar-benar membekas. Oleh sebab itu, di tempat tinggal kami yang baru ini, kami ingin melakukan hal yang sama.
Nah, insyaAllah kami memulai mewujudkan program-program berbagi yang sudah kami rencanakan tahun lalu di tahun ini. Do'akan berhasil ya, Mombeb. aamiin.
Jadi bisa dibilang, mewujudkan mimpiku dan suami merupakan Resolusi tahun 2023 ini. Bahkan mungkin bisa jadi resolusi jangka panjang.
Selain soal mimpi, ada hal lain yang menjadi resolusiku di tahun 2023 ini.
Resolusi 2023 sebagai seorang mom bloger
Beberapa waktu lalu, menjelang akhir tahun 2022, aku melakukan sebuah refleksi sebagai seorang ibu. Nah hasil refleksiku tersebut akan aku jadikan sebagai resolusi 2023.
Lalu apa resolusi 2023 sebagai seorang mom bloger.
Karena aku sudah resign dari pekerjaanku karena memutuskan untuk fokus mewujudkan mimpi, insyaAllah aku akan mulai membersamai tumbuh kembang anak-anakku. Aku akan mulai memberikan stimulasi-stimulasi untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan anakku serta menemukan bakat anakku yang kedua. Sembari melakukan itu, aku juga akan share di sini soal stimulasi-stimulasi yang kulakukan, insyaAllah.
Baca juga: Tahapan menemukan bakat anak sejak usia dini
Dah, cukup segitu deh resolusi 2023 ini, nggak mau nambah lagi. Karena dua hal itu saja menuruku membutuhkan fokus perhatian yang lebih.
Mombeb, do'akan aku bisa mewujudkan resolusi tahun 2023 ini ya. Aku juga berdo'a untuk mombeb, semoga resolusi mombeb di tahun 2023 ini tercapai juga aamiin ya robbal'alamiin.
Segitu dulu ya, ceritaku kali ini.
InsyaAllah kita bertemu kembali di blogpost lainnya.
Sehat dan bahagia selalu buat kamu, Mombeb.
See yaaaa.
Refleksi Diri di Akhir Tahun Sebagai Ibu
Dear, Mombeb.
Apa kabar? Aku do'akan agar mombeb selalu dalam kondisi sehat dan bahagia aamiin.
Blogpost kali ini, akan aku jadikan sebagai refleksi diri di akhir tahun sebagai seorang ibu. Gunanya, sebagai pengingat dan sebagai bentuk ikhtiar agar aku tidak jatuh di lubang yang sama.
Mombeb, hari ini adalah rabu terakhir di tahun 2022. Ya, rupanya, sudah di ujung tahun ya. Nggak terasa? Terasa donk. Hanya saja, rasa yang terasa bukan rasa sedih, lara, maupun nelangsa. Rasa yang terasa adalah rasa optimis, antusias, dan semangat yang membuncah tumpah ruah. Bagaimana semangat tidak membara, lawong di tahun ini, aku dan suami lagi berusaha mewujudkan mimpi kami yang kebetulan sama persis nan identik.
Di tengah keasyikan aku meniti mimpi, belakangan aku sadar, porsi perhatianku untuk anak-anak berkurang signifikan. Jika boleh dibandingkan antara momen saat anakku yang pertama di usia balita dan momen saat anak keduaku yang saat ini berada di usia balita juga, maka nampak begitu jelas.
Baca juga: aneka macam permainan anak
Saat anak pertamaku berada di usia balita, aku begitu rajin menstimulasi kemampuannya. Bahkan aku sampai merelakan waktu tidur dan me time hanya untuk mencari referensi ide untuk menstimulasi kemampuan ken, anakku yang pertama. Dan alhamdulillah, usahaku ini menuai hasil yang membuatku bersyukur tiada tara. Hasilnya yakni aku menemukan bakat ken sejak usianya 3 tahun. Lalu di usia 4 tahun, aku menemukan bakatnya yang lain.
Baca juga: Ibu juga bisa menemukan bakat anak sejak usia dini
Nah, saat anakku yang kedua ini berada di usia balita, aku tidak melakukan hal yang sama. Malah cenderung santai. Aku nyaris tidak pernah menstimulasi kemampuannya. Semua yang dibisai anakku yang kedua ini seperti terjadi dengan sendirinya, semacam sudah waktunya bisa, gitu. Di usianya ke-4 tahun ini, aku belum menemukan bakatnya.
Hal ini terjadi karena kesalahanku yang tidak mampu memanajemen waktu. Waktuku, selama tahun 2022 ini, sebagian besar aku gunakan untuk mengejar mimpiku dan suami. Aku hanya menyisakan sedikit waktu untuk memperhatikan tumbuh kembang anak-anakku. Entahlah, rasanya, selama tahun 2022 itu, seringkali yang terlintas di pikiranku hanya, "Ayo kejar mimpimu, sedikit lagi, yuk, ayo lari, jangan berjalan santai lagi."
Oleh sebab itu, di tahun 2023 besok, aku mau berusaha untuk membagi waktuku dengan baik, seberapa banyak untuk anak-anak dan seberapa banyak untuk lainnya. Cukuplah setahun, aku lalai dengan anak-anakku
Do'akan aku ya, Mombeb. Do'akan aku bisa membagi waktu antara mengejar mimpi dan anak-anak.Terima kasih atas do'amu, Mombeb. Do'a yang baik akan kembali kepada yang mendo'akan. aamiin
See yaaa
Sampai jumpa di blogpost selanjutnya.
Salam,
Aku.
4 Kemudahan yang Ditawarkan Toyota Avanza Mobil Andalan Keluarga
Hai,
Menurut kamu, apa saja kemudahan yang ditawarkan Toyota Avanza Mobil Andalan Keluarga? Kalau menurut aku, begini.
Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan saat memilih mobil. Apalagi mobil tersebut akan digunakan untuk mengantar keluarga pergi kemana saja. Ya harus super duper selektif kan, ya?
Aku dan keluarga pun demikian. Kami memiliki segambreng pertimbangan memilih mobil keluarga. Karena apa? Maunya kami, mobil keluarga yang kami pilih nantinya dapat menjadi andalan keluarga.
Adapun hal-hal yang menjadi pertimbangan kami saat memilih mobil untuk keluarga, tepatnya di tahun 2015 lalu, yakni budget, hingga kemudahan yang ditawarkan saat menjadi pengguna mobil tersebut.
Kemudahan yang Ditawarkan Toyota Avanza bagi Penggunanya
Lalu diantara banyaknya pilihan mobil keluarga, aku dan keluarga sepakat menjatuhkan pilihan ke Toyota Avanza sebagai mobil andalan keluarga. Adapun alasan kami adalah karena Avanza memiliki banyak tawaran kemudahan bagi penggunanya.
1. Mempermudah Hemat Biaya Bahan Bakar
Mobil-mobil Toyota dikenal hemat bahan bakar, termasuk Avanza. Aku sepakat dengan ini. Toyota Avanza memang hemat bahan bakar. Karena hemat bahan bakar sehingga aku pun hanya mengeluarkan sedikit biaya untuk membeli bahan bakar. Jadi bisa dibilang Toyota Avanza mempermudah aku dalam hal menghemat biaya perjalanan.
Aku dan keluarga pernah melakukan perjalanan jauh dari Jombang Jawa Timur ke Jembrana Bali. Jika dilihat dari data google maps, jarak tempuh perjalanan kami sekitar 406 KM. Nah saat itu kami mengeluarkan biaya membeli bahan bakar untuk perjalanan Jombang ke Bali (Jembrana) hanya sebesar 200 ribu. Itupun masih sisa 2 strip.
Jadi kalau ada yang mau ke Bali pakai mobil, aku rekomendasikan deh pakai mobil Toyota Avanza. Hemat jayaaa. Jadi kuy lah ke Bali pakai Toyota Avanza.
2. Mudah dijual dengan harga yang tinggi
Toyota Avanza dikenal sebagai mobil sejuta umat. Selain itu Avanza juga dikenal sebagai mobil andalan keluarga, mobil yang bandel dan beberapa keunggulan lainnya. Nah dengan banyaknya keunggulan tersebut wajar jika peminat mobil Toyota Avanza baik yang baru maupun bekas bisa dibilang masih tinggi.
Akan tetapi meskipun mobil bekas Toyota Avanza ini mudah dijual karena banyak peminatnya. Harga jual mobil bekas Toyota Avanza ini masih tinggi, lho. Mantab kan? Yup, asyik bener.
3. Tempat servis ada di mana-mana
Avanza telah hadir sejak tahun 2003. Jika dihitung maka usia Avanza saat ini yakni sekitar 19 tahun. Dalam kurun waktu tersebut, Avanza sering kali mendapatkan posisi pertama penjualan terbanyak baik mobil bekas maupun mobil baru.
Peminat Toyota Avanza pun beragam. Tidak hanya berasal dari kota besar melainkan juga banyak dari kota-kota kecil hingga desa-desa.
Untuk mempermudah pengguna, Auto2000 sebagai dealer resmi Toyota terbesar di Indonesia telah memiliki 126 cabang di wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Bali (auto2000.co.id). Ini tidak hanya mempermudah pengguna Toyota, melainkan juga membuat pengguna merasakannya tenang sih ya. Karena mau ke mana pun, mau di manapun berada, tidak akan susah menemukan dealer resmi Toyota.
4. Mudah mendapatkan suku cadang hingga aksesoris resmi Toyota
Baru-baru ini, Toyota menghadirkan e-commerce website resmi Toyota. Auto2000 namanya dengan alamat website Auto2000.co.id. Nah website ini untuk penjualan mobil, suku cadang, dan sebagainya.
Sebagai pengguna Toyota, tentu saja, aku menyambut senang akan hadirnya e-commerce website resminya Toyota ini. Karena hal ini memberi kemudahan bagi aku dan juga pengguna mobil Toyota lainnya kalau ingin mencari suku cadang, membeli aksesoris mobil Toyota, atau bahkan kalau ingin membeli mobil Toyota, kami tinggal mencari dan membelinya di website e-commerce Toyota, Auto2000.
Wow banget ya? Yup. Apalagi Toyota juga mengklaim bahwa pelayanan di Auto2000 akan sama nyamannya seperti di dealer resmi Toyota. Dah, kalau kayak gini berarti segala yang terkait dengan mobil Toyota Avanza bisa diatasi hanya dengan jari jemari saja. Semudah itu.
Nah itulah 4 kemudahan yang ditawarkan untuk pengguna mobil Toyota. Dan ya, aku pun merasakan kemudahan itu semua selama menggunakan Toyota Avanza. Alhamdulillah.
Oleh sebab itu, buat kamu yang mau membeli mobil untuk digunakan bersama keluarga, aku rekomendasikan untuk beli mobil Toyota Avanza. Karena mobil Avanza punya segambreng keunggulan dan kemudahan.
Jadi seperti itulah pengalamanku selama memakai mobil Toyota Avanza. Semoga pengalamanku ini bisa memberi manfaat. Aamiin.
See yaaaa di next post yak.
Insight dari Online Gathering Blogger Perempuan dan Let's Read dengan Tema Buku: Bekal Anak Bertumbuh
Tanggal 11 Mei 2021 kemarin, Aku merasa mendapatkan rejeki nomplok.
Bukan, bukan rejeki berupa cuan melainkan rejeki berupa pengetahuan yang aku
dapatkan dari ikut online gathering
yang diadakan oleh Let’s Read dan Blogger Perempuan. Nah tema yang dikulik di online gathering tersebut yakni
"Buku: Bekal Anak Bertumbuh".
Ada dua narasumber yang mengisi online
gathering ini. Narasumber pertama dari Kak Elsa Agustine, social media
content development dari The Asia Foundation Indonesia khususnya Let's Read. Lalu
Narasumber kedua yakni pakar Read aloud sekaligus
pendiri Komunitas Read aloud Indonesia,
Ibu Roosie.
Tentang The Asia Foundation
Online gathering ini diawali oleh penjelasan dari Kak Elsa, terkait
Let's Read. Namun sebelum memaparkan soal let's read, Kak Elsa mengenalkan The
Asia Foundation dulu selaku pencipta Let's Read.
The Asia Foundation adalah sebuah yayasan International. The Asia
Foundation ini sudah ada di Indonesia sejak tahun 1955. The Asia Foundation
sudah mendonasikan sebanyak 3.5 juta eksemplar ke berbagai pulau di Indonesia.
Sayangnya buku-buku itu dalam bentuk bahasa Inggris. Hal ini bisa jadi membuat
siapapun terutama yang tidak mahir bahasa Inggris menjadi urung membacanya. Di
samping itu, ada juga kendala lain seputar distribusi buku. Inilah salah satu
hal yang melatarbelakangi The Asia Foundation untuk menghadirkan Let’s Read di
negeri ini.
Tentang Let's Read
Lalu apa itu Let's Read?
Let’s Read adalah cerita bergambar digital. Cerita-cerita yang ada di Let’s
Read diperuntukkan bagi anak yang masih duduk di jenjang PAUD (biasanya mulai
dari usia 3 tahun) dan SD kelas rendah (biasanya mulai dari usia 6 atau 7 tahun
sampai 8 atau 9 tahun).
Sebagai pengguna Let’s Read kurang lebih 2 tahun belakangan ini, aku
sedikit banyak tahu soal Let's Read. Salah satunya yakni Let’s Read memiliki
cerita bergambar yang begitu beragam. Ada berbagai macam bahasa yang tertuang
di cerita-cerita let's read. Seperti kata Kak Elsa, bahwa cerita-cerita di Let’s
Read ini diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Jadi kalau aku mau mengenalkan
bahasa tertentu ke anakku, ya aku menggunakan cerita-cerita di Let’s Read ini.
Kak Elsa bilang
buku-buku cerita bergambar di let's read ini bisa diakses melalui website atau
aplikasi juga bisa. Untuk website let's read adalah https://reader.letsreadasia.org .
Sedangkan untuk link aplikasi let's read adalah https://bit.ly/downloadLR3
Buku-buku di let's
read ini bersifat gratis, boleh diperbanyak, boleh dibagi-bagikan trus kalau
mau dijadikan konten juga boleh misalkan mau bikin konten mendongeng di akun
youtube pakai buku di let's read juga boleh. Kata Kak Elsa, satu hal yang
dilarang yakni memperjualbelikan buku-buku di let's read.
Entah gimana, rasanya
seneng banget waktu nyimak penjelasan Kak Elsa soal Let's Read terutama di part
buku-buku di let's read boleh diperbanyak dan dibagi-bagikan. Seketika muncul
rencana untuk bagi-bagi buku let's read ke teman bermain dan teman sekolah
anakku. Dudududu, makasih banyak buat let's read. Aku do'akan semoga let's read
makin gemilang, aamiin.
Tentang Read Aloud
Part kedua yang tak kalah menarik diisi oleh Ibu Roosieee, pakar Read aloud dan pendiri Reading Bugs atau komunitas Read aloud (Membaca Nyaring) Indonesia.
Reading bugs atau komunitas Read aloud Indonesia
sendiri berdiri tahun 2008. Lahirnya Reading Bugs (Komunitas Read Aloud) terinspirasi dari sebuah
buku the read aloud hand book. Visi
komunitas Read aloud yakni membuat
anak Indonesia sebagai pembaca sepanjang hayat. Misi menjadikan read aloud sebagai budaya di keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
Kenapa mendirikan dan berusaha menyebarluaskan Komunitas Read Aloud? Ya
agar banyak anak merasa senang membaca. Sehingga reading score negeri ini tidak
lagi di posisi terbawah bahkan masuk 10 besar terbawah di dunia.
Oya, ada satu part favoritku di online gathering ini yakni saat Bu Roosie menunjukkan kepada peserta seperti apa aktivitas read aloud itu sendiri. Bu Roosie menunjukkan bagaimana memulai aktiivtas read aloud, kemudian bagaimana mengemas interaksi, intonasi membaca cerita dan sebagainya.
Asli, aku merasa beruntung banget. Bagaimana tidak, aku mendapatkan contoh aktivitas read aloud langsung dari pakarnya. Lalu kesanku waktu Bu Roosie mempraktikkan aktivitas read aloud itu, rasanya senang. Bisa gini ya, ternyata efeknya. Nggak nyangka, aktivitas read aloud bisa mengundang rasa senang begini.
Manfaat Aktivitas Read Aloud
Jadi ada 3 unsur yang terlibat dalam read aloud, orang dewasa, anak dan
buku. Nah, aktivitas Read aloud yang
melibatkan 3 unsur ini, dapat memberikan manfaat berupa bisa menghadirkan
keinginan anak untuk membaca. Kemudian juga bisa menghadirkan bonding antara
yang dibacakan dan yang membacakan dan juga bisa memunculkan keterampilan dasar
yang penting uang bisa digunakan anak pada saat mereka membaca misalnya
menambah kosakata, anak jadi lebih ekspresif, mengenali apa itu membaca untuk
kesenangan.
Kata Bu Roosie, akses terhadap buku harus diperkenalkan sedini mungkin
ke anak. Sebab buku bisa menjadi cermin dan jendela bagi anak. Maksud buku
sebagai cermin yakni anak bisa mengenali dirinya sendiri melalui buku. Lalu
maksud buku adalah jendela bagi anak yakni buku dapat menambah pengetahuannya.
Sementara itu, read aloud juga berkaitan dengan proses menuangkan kemampuan literasi usia dini. Mengenai literasi usia dini dapat dilihat pada keterangan gambar di bawah ini.
Dari penjabaran Bu Roosie di atas, ternyata banyak banget dampak
positif dari aktivitas Read aloud ini.
Ada segambreng lebih deh kayaknya. Dah, kalau seperti ini, rasanya wajib
dipraktekkan deh sama anak. Nggak maulah ya menyia-nyiakan pengetahuan yang
sudah diperoleh di acara online gathering ini. Jadi kuylah, gaskeeuun. Etapi
sebelum mengajak anak melakukan aktivitas read aloud, terlebih dahulu, harus
tahu dan paham mengenai tahapan yang ada di dalam aktivitas read aloud.
Tahapan Read Aloud
Adapun 4 tahapan Read aloud yakni
sebagai berikut:
1. Tahapan Persiapan
- Mengetahui tahapan membaca anak: ada 7 jenjang pembaca buku.
- Tujuan read aloud
- Memilih buku
Pemilihan buku meliputi (konten/isi (sesuaikan dg perkembangan psikologis anak, nilai, sikap, pengetahuan, keterampilan), keterbacaan (apakah termasuk pra membaca, membaca dini, membaca awal, atau membaca lancar), kegrafikan (pra membaca: buku konsep, membaca dini: buku cerita bergambar dengan 90% ilustrasi atau big book, membaca awal: buku cerita bergambar dengan 70% ilustrasi, membaca lancar: buku cerita bergambar dengan 50% ilustrasi), genre (fabel klasik, fabel modern, fiksi realistik, buku non fiksi).
- Pra Baca
Membaca buku yang akan digunakan dalam aktivitas read aloud dengan memperhatikan elemen cerita meliputi tokoh,
setting, tema, alur, konflik (problem, solution)
2. Tahapan Sebelum Read aloud (Membaca
Nyaring)
• Mulailah dengan percakapan pembuka
• Tunjukkan sampul buku yang akan dibaca, sebut judul pengarang,
ilustrator.
• Gali pengetahuan umum anak dari covernya
• Mulai menyusuri ilustrasi sebelum mulai membaca
• Buat membaca semenarik mungkin
3. Tahapan Saat Read aloud (Membaca
Nyaring)
• Bantu anak mendengar dan merasakan adanya cerita yang mengalir.
Tetapi membaca nyaring ini bukan mendongeng. Karena kita tengah mencontohkan
anak bagaimana membaca yang baik, membaca yang menyenangkan.
• Ajak anak terlibat dan jaga interaksi dengan anak
• Bangun dialog dengan anak menggunakan buku
• Ajak anak mengungkapkan secara lisan apa yang didengar atau dibacakan
dan apa yang dipikirkan.
4. Tahap Setelah Read aloud (Membaca
Nyaring)
• Minta anak-anak mengajukan pertanyaan
• Ajukan pertanyaan seandainya anak tidak bertanya
• Minta anak-anak bercerita kembali dengan menggunakan kata-kata mereka
sendiri, gunakan five finger retell: karakter, setting, awal mula, pertengahan
cerita dan akhir cerita.
• Letakkan buku atau bacaan di tempat yang mudah dijangkau anak.
Selesai penjelasan dari Bu Roosie, maka acara dilanjutkan ke sesi tanya jawab dan ada kuis juga. Lalu diakhiri dengan sesi foto bareng. Asyik bener pokoknya mah acara online gathering ini.
Btw gimana-gimana? Banyak ya tahapan yang ada di dalam aktivitas read
aloud? Iyup, tapi ini tidak bikin aku undur diri atau balik kanan. Ibaratnya
bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Jadi nggak masalahlah yah
dengan sederet tahapan Read Aloud. Mengingat hasil dari aktivitas read aloud ini sendiri bisa dibilang oke
punya, anak jadi senang membaca, lalu lambat laun aktivitas ini bisa membuat
anak pandai menarik hikmah di setiap cerita. Nah kan, hasilnya sekece ini, koq.
Mungkin di masa-masa awal praktek, rasanya rempong sumarempong
takempong kempong kali ya. Tapi kalau sudah terbiasa, malah jadi enjoy. Ya,
nggak sih? Ini aku lihat dari Bu Roosie saat beliau menunjukkan aktivitas read aloud itu gimana ke peserta online
gathering. Nggak tersirat raut wajah rempong sama sekali, melainkan yang ada
hanya ekspresi senang di wajah Bu Roosie.
Ah, mau cobalah, do'akan aku langsung bisa ya. Kamu juga jangan lupa
mencoba aktivitas Read aloud ini
berama anak ya. Semangat dan selamat mencoba untuk kita. Yihaaaa....
Gaya Parenting ala Orangtua yang Masih Punya Luka Masa Kecil Sebab Bullying
Ada rasa tak terima, marah, juga sakit hati tiap kali aku membaca atau menonton berita tentang kasus bullying. Pun seketika berbagai macam pertanyaan menyeruak di kepalaku. Koq hal ini bisa terjadi lagi? Please, berhenti. Tolong cegah hal ini terjadi lagi. Karena dampak dari bullying bukan hal yang bisa dianggap remeh. Karena dampak bullying bisa mempengaruhi masa depan korban secara signifikan. Kata siapa?
Dr. Andre Sourander, seorang profesor psikiatri anak di Universitas Turku di Finlandia, melaporkan hasil penelitiannya bahwa anak-anak yang diintimidasi pada masa kanak-kanak memiliki peningkatan risiko gangguan depresi dan membutuhkan perawatan psikiatris di kemudian hari (Sourander et al, 2016).
Ya, seperti itulah faktanya. Seperti itulah yang aku rasakan juga. Aku, Aku si korban bullying di masa kecil. Aku merasakan dampak bullying sampai bertahun-tahun lamanya.
Peristiwa bullying yang menimpaku itu terjadi saat aku di taman kanak-kanak dan juga saat aku di sekolah dasar. Masih ingat? Aku masih mengingatnya bahkan beberapa bentuk tindak bullying yang aku alami pun masih lekat di memori. Bullying yang menyebabkan luka di hidupku.
Luka yang aku alami sebab bullying tidak hanya fisik melainkan juga luka psikis. Sakit dari luka fisik sebab bullying bisa segera sembuh lalu hilang hanya dalam hitungan minggu, namun sakit luka psikis masih begitu terasa hingga bertahun-tahun lamanya.
Dampak Bullying
Luka psikis yang aku derita, secara langsung berdampak pada kepribadianku. Aku menjadi pribadi yang tertutup. Aku juga sulit bergaul terutama saat berada di lingkungan yang baru karena nyaris selalu diterkam rasa cemas setiap kali berada di lingkungan baru. Berbagai macam tanya menyeruak di kepala, kalau aku ikut bergaul apakah aku akan diterima di lingkup pergaulan tersebut? Ataukah aku akan mengalami hal yang sama seperti dulu, menjadi bahan bully-an? Apakah mereka tipe pembully? Dan sebagainya.
Ya, aku, secemas itu.
Sayangnya, dampak bullying yang masih melekat padaku itu, rasa cemas itu, masih hadir saat aku sudah menjadi seorang ibu. Seharusnya, seharusnya aku menghilangkan dampak bullying itu sebelum aku menjadi ibu. Karena dengan begitu, tidak akan tercipta gaya parenting ala orangtua yang masih punya luka masa kecil sebab bullying. Yang mana gaya parenting ini (nyaris) membahayakan anakku sendiri. Aku, (nyaris) membuat anakku dalam bahaya.
Dampak Bullying: Gaya Parenting ala Orangtua yang Masih Punya Luka Masa Kecil Sebab Bullying.
Ya, setelah aku menjadi seorang ibu, dampak bullying berupa rasa cemas pada hal yang terkait dengan bergaul atau bersosialisasi, tetap merajaiku. Kecemasanku ini membuatku memproteksi anakku sedemikian rupa. Aku tak pernah melepas anakku bahkan dengan sanak saudara. Aku tidak bisa menaruh percaya bahwa anakku akan baik baik saja saat bersama dengan orang selain aku. Sebab, bagiku, tempat teraman anakku adalah saat bersamaku.
Ini semata-mata aku lakukan agar ia tidak mengalami hal yang aku alami waktu kecil. Pernah ada tetangga yang mengatakan aku lebay atau berlebihan dalam menjaga anakku sampai sampai saat main bersama temannya pun aku pantau.
Tapi, sungguh, aku tak peduli dengan ucapan tetangga. Aku hanya menjaga agar tidak ada yang membully anakku, aku mau ia tidak memiliki luka masa kecil sepertiku, aku mau masa tumbuh kembangnya optimal tanpa terhalang oleh tindak bullying. Aku mau ia memiliki kenangan masa kecil yang membahagiakan tanpa dibayangi rasa sakit sebab perundungan.
Puncaknya, saat anakku meminta sekolah, aku melarangnya. Aku mengatakan padanya untuk home schooling saja. Aku takut ia akan mengalami hal yang aku alami saat berada di taman kanak-kanak. Aku, saat di taman kanak-kanak dibully oleh oknum guru yang seharusnya menjaga anak didiknya dari tindak bullying.
Beruntung, aku memiliki suami yang memiliki latar ilmu psikologi sehingga ia paham dengan kondisiku. Bahwa aku (masih) menggenggam luka masa kecil sebab bullying. Bahwa aku (masih) hidup dengan inner child. Bahwa aku belum sembuh dari dampak bullying masa kecil.
Oleh sebab itu, Ia tidak menuruti keinginanku untuk mendekap anak kami dan menjauhkannya dari dunia luar. Ia malah mendukung anak kami pergi ke dunia luar.
Awalnya aku menolak apa yang dilakukan suami pada anak kami. Aku takut, benar-benar takut anak kami mengalami apa yang aku alami saat kecil. Tapi, suami berhasil meyakinkanku bahwa anak kami tidak akan mengalami apa yang aku alami dulu
"Ada, pasti ada sekolah yang baik untuk anak kita, sekolah yang tidak ada bullying di dalamnya" kata suami padaku. Aku mengangguk perlahan. Di satu sisi, ada rasa takut, cemas, dan juga rasa tidak yakin akan adanya sekolah yang nihil bullying di dalamnya.
Lalu, suami mulai mencari sekolah. Ia meluangkan waktu untuk melakukan survey ke beberapa sekolah taman kanak-kanak. Uniknya, ia melakukan survey saat di jam-jam istirahat. Katanya, dengan begini, ia bisa tahu seperti apa pengawasan sekolah pada anak-anak. Apakah guru ada di sekitar anak-anak saat di jam istirahat atau tidak. Karena menurut suami, bullying bisa terjadi di sekolah, salah satunya disebabkan karena lemahnya pengawasan orang dewasa dalam hal ini adalah guru sekolah.
Akhirnya usaha suami menuai hasil. Ia menemukan sekolah yang sesuai dengan keinginanku, yang aman, dan tidak ada bullying di dalamnya. Ini dapat aku lihat dari keakraban yang terjalin antara anakku dan teman-temannya juga dengan guru-guru di sekolah. Aku sendiri, saat berkunjung ke sekolah si kecil, merasa ada kehangatan di sana.
Aku bersyukur, benar-benar bersyukur, anakku tidak mengalami apa yang aku alami saat di taman kanak-kanak. Alhamdulillahirobbil'alamiin.
Belakangan, aku baru menyadari bahwa apa yang suami lakukan, bisa dibilang menyelamatkan anak kami dari aku, ibunya yang masih dihantui luka masa kecil. Aku tidak bisa membayangkan andai saja suami menuruti keinginanku, bisa jadi anak kami tidak akan mengenal dunia luar.
Menyembuhkan Luka Masa Kecil Sebab Bullying
Lalu, bagaimana kondisiku saat ini? Apakah dampak luka masa kecil berupa bullying itu masih ada? Masih, masih ada. Hanya saja, saat ini aku mulai berusaha menginjak pedal rem atau istilahnya berusaha mengontrol diri. Aku berusaha mempraktekkan cara-cara menyembuhkan luka masa kecil sebab bullying yang aku dapatkan di situs The Asian Parent Indonesia tentang 9 cara menyembuhkan trauma masa kecil . Karena, bagaimanapun bahkan sudah seharusnya aku memperhatikan dan berusaha menyembuhkan luka masa kecil sehingga tidak akan melakukan pengasuhan secara over protektif yang justru malah membahayakan anakku sendiri. Di situs The Asian Parents Indonesia, disebutkan efek samping pada anak yang diasuh secara over protektif yakni anak lebih mudah bergantung pada orang lain, mudah menjadi cemas, kurang dewasa, tidak pandai menyelesaikan hal-hal yang mendasar, tidak terampil bersosialisasi dan sebagainya.
Jadi, sembari menyembuhkan luka masa kecilku, aku memilih bergabung dengan suami untuk mencari formula pengasuhan atau gaya parenting yang sekiranya dapat menjauhkan si kecil dari bullying dan juga mencegahnya menjadi pelaku tindak bullying. Kami mengawalinya dengan membuka memori saat aku mengalami bullying.
Aku sempat keberatan dengan ide dari suamiku ini. Karena rasanya menyesakkan tiap kali membahas soal luka masa kecil. Tapi, kata suami, ini juga bagian dari tahapan menyembuhkan luka masa kecilku dan juga demi si kecil, aku akhirnya mau melakukannya.
Kami mencari penyebab aku mengalami bullying. Nah, dari situ kami membuat formula gaya parenting untuk menjauhkan si kecil dari tindak bullying dan mencegahnya menjadi pelaku bullying.
Gaya Parenting Agar Anak Tidak Menjadi Korban Bullying dan Tidak Menjadi Pelaku Bullying
1. Demokratis
Ada 3 macam pola asuh menurut Diana Baumrind yakni pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permisif. Dari 3 pola asuh tersebut, aku dan suami sepakat memilih pola asuh demokratif. Orangtua lain juga mungkin akan memilih hal yang sama seperti kami.
Salah satu alasan kami memilih pola asuh demokratif adalah adanya komunikasi dua arah antara orangtua dan anak di dalam pola asuh tersebut. Ini penting bagiku.
Aku punya alasan berpendapat seperti itu. Karena aku merasakan sendiri bagaimana rasanya jika tak ada komunikasi dua arah antara orangtua dan anak.
Dulu, saat aku di sekolah dasar (bahkan hingga sekolah menengah pertama), bisa dibilang aku jarang berkomunikasi dengan orangtua. Aku tidak terbuka pada orangtua. Aku nyaris tidak pernah bercerita tentang apa yang aku rasakan, apa yang aku alami, baik di sekolah atau di TPQ. Orangtuaku pun jarang bertanya. Sepanjang hari kami sibuk dengan aktivitas kami masing-masing. Hal inilah yang belakangan aku sadari sebagai sebab aku mengalami bullying berlarut-larut.
Itulah alasanku mengatakan bahwa komunikasi dua arah itu teramat penting. Komunikasi dua arah antara orangtua dan anak secara otomatis akan membuat anak terbuka pada orangtua. Jika anak terbuka pada orangtua, anak akan menceritakan apa yang ia alami termasuk mengatakan jika ada org yang hendak atau sudah menyakiti atau melakukan tindak bullying padanya.
2. Membuat anak percaya diri
Untuk memunculkan rasa percaya diri pada anak adalah dengan menstimulasi kelebihan yang dimiliki oleh anak. Hal ini tidak hanya akan menumbuhkan rasa percaya diri melainkan juga menumbuhkan rasa bangga pada diri sendiri. Ia juga akan merasa bahwa dirinya adalah orang yang berharga dan tidak bisa diremehkan, direndahkan, atau bahkan ditindas (bullying) sekalipun.
3. Melatih berani
Tidak berani adalah salah satu penyebab aku mengalami bullying berlarut-larut. Ya, aku dulu tidak berani mengatakan apa yang aku alami pada orangtua ku karena khawatir akan mengalami bullying yang lebih parah dari biasanya.
Aku juga tidak berani berkata tidak, jangan, berhenti, pada pelaku bullying. Aku memilih diam, pergi, atau bahkan menangis.
Oleh sebab itu, aku dan suami sepakat untuk menstimulasi keberanian anak kami dengan cara memberikan ruang baginya untuk mengutarakan pendapatnya serta menghargai pendapatnya itu. Kami juga memberikan contoh padanya melalui interaksiku dengan suami.
Sebagai tambahan, kami memberikannya buku-buku hingga video-video anak yang didalamnya terdapat adegan berani mengungkapkan pendapat, berani mengatakan yang benar, berani memperbaiki yang salah dan sebagainya.
4. Menstimulasi kemampuan bersosialisasi.
Kemampuan bersosialisasi merupakan salah satu bagian dari kecerdasan majemuk Howard Gardner atau yang juga dikenal dengan kecerdasan interpersonal. Setiap kecerdasan memerlukan stimulasi agar kecerdasan berkembang secara optimal.
Adapun bentuk stimulasi kemampuan sosialisasi yang kami berikan seperti menstimulasi rasa empati anak, menerima keberagaman, toleransi, dan sebagainya. Lalu lawan atau kebalikan dari rasa-rasa inj, maka bisa jadi mengarah pada tindak bullying. Jika anak menemukan orang yang tidak memiliki rasa empati, intoleran, dan sebagainya, maka ia harus waspada dengan orang tersebut. Pengetahuan ini bisa jadi alarm baginya sehingga terhindar dari tindak bullying. Hal ini juga bisa mencegah anak menjadi pelaku bullying itu sendiri.
Harapan kami, stimulasi dan pengetahuan kemampuan sosialisasi yang kami berikan dapat menjadi bekal baginya saat ia bersosialisasi di sekolah, di tempat mengaji (TPQ), saat bermain, atau dimanapun ia berada.
5. Memberikan contoh baik pada anak
Aku tahu bagaimana rasanya dibully, oleh sebab itu aku benar-benar menjaga diri untuk tidak menjadi pembully pada anakku, pada siapapun. Aku berharap apa yang aku lakukan ini dapat menjadi contoh bagi anakku sehingga ia tidak akan menjadi si pelaku bullying.
Seperti itulah formula gaya parenting yang kami terapkan pada si kecil. Namun formula tersebut tidak bersifat mutlak. Kami masih terus belajar, belajar, dan belajar menjadi orangtua untuk si kecil. Salah satunya belajar di website, dan media sosial the Asian Parents Indonesia.
The Asian Parent adalah situs terbaik di Indonesia yang membahas seputar kehamilan, bayi, tumbuh kembang anak, kesehatan anak, nutrisi anak, serta pengasuhan. Di sini aku bisa belajar banyak hal, tak hanya materi melainkan belajar dari para orangtua yang share pengalaman gaya parenting mereka. Jadi formula tersebut mungkin saja bertambah seiring pengetahuan dan pengalaman yang kami dapatkan.
Terlepas dari itu, aku, sebagai orang yang pernah menjadi korban bullying sungguh-sungguh berharap sepenuh hati, tidak akan ada bullying lagi. Aku berharap ada tindakan nyata dari dunia pendidikan yang didukung oleh yang terkait termasuk para orangtua untuk mencegah terjadinya bullying lagi.
Semoga dengan usaha nyata untuk mencegah terjadinya bullying yang dilakukan secara bersama-sama dapat menjadikan Indonesia bebas bullying sehingga tidak akan lagi menduduki posisi tertinggi kelima di dunia soal Murid Korban Bully yang mencapai persentase sebesar 41.1% di tahun 2018 menurut Organisation for Economic Cooperation and Development tahun 2019 (dalam katadata.co.id).
Dah, yang terakhir, mari kita berdo'a semoga anak-anak kita senantiasa berada dalam lindunganNya dan dijauhkan dari tindak bullying, menjadi pelaku bullying atau yang menyaksikan tindakan bullying. Aamiin aamiin ya robbal'alamiin.
***
Referensi :
KKH Darmayanti, Farida Kurniawati, Dominikus David Biondi. (2019). Bullying di Sekolah: Pengertian, dampak, pembagian dan cara menanggulanginya. Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan UPI, Vol 17, No 1.
Sourander Andre, dkk. (2016). Association of Bullying Behavior at 8 Years of Age
and Use of Specialized Services for Psychiatric Disorders
by 29 Years of Age.
JAMA Psychiatry, 73 (2): 159-165.
Shams H, Garmaroudi G, Nedjat S. (2017). Factors Related to Bullying: A Qualitative Study of Early Adolescent Students. Iran Red Crescent Med J, 19(5):e42834, doi: 10.5812/ircmj.42834.
https://id.theasianparent.com
https://m.rri.co.id/nasional/peristiwa/765103/kpai-sepanjang-2019-153-aduan-kasus-kekerasan-di-sekolah
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/12/12/pisa-murid-korban-bully-di-indonesia-tertinggi-kelima-di-dunia
Jauh dari Nyaman
Kapan nyaman itu datang? Rasanya, saban hari seperti dikejar-kejar Ayo selesaikan A Yang B belum siap nih C belum rampung Bergegas deh Cepet...
-
Sore itu, beberapa jam sebelum tiba masa aku melahirkan, aku masih jalan-jalan naik motor. Bersama dengan anakku, ken, juga suami. Di teng...
-
Tahun pemilu sudah dimulai. Perhatian masyarakat tertuju pada bakal calon presiden dan wakil presiden yang diusung oleh para partai. Ten...
-
Dear, Mombeb. Mombeb, kalau aku amat-amati, setelah begadang karena menyelesaikan tugas tambahan, mataku lebih cepat terasa sepat. Padahal...