Keripik Jamur Tiram Alfian

Siapa sih yang nggak suka sama jamur ?. Apalagi jamur kuning. Itu mah janur mak. Hehe.

Aku sendiri suka banget sama jamur. Dulu waktu masih jadi kembang pasir eh kembang kampus *pret, aku sering beli lalapan jamur buatan ibu jamur (nggak tahu nama asli ibu penjualnya). Entah itu untuk sarapan, atau makan siang, hingga makan malam. Nggak bosen ?. Nggak lah. Enak sih selain itu juga nyaman buanget harganya di kantong mahasiswa (ini alasan utama sih, hahayyy).

Kadang, kalau ada tugas nggarap statistik yang jatuhnya pasti bakal begadang, aku pasti nyiapin camilan jamur crispy ini nih. Tapi itu kalau aku lagi begadang sendiri. Kalau rame rame mah cemilannya nggak jamur crispy, tapi mie instan yang dikremes. Kenapa begitu ?. Karenaaaa, rasa gurih gurih enak si jamur crispy nggak bakal terasa di lidah. Keburu ludes cyiinn. Maklumlah yah, anak kos, pemakan segala. Nggragas bin beringas, *nunjuk diri sendiri. hehe.

Kalau sekarang, masih tetep suka. Cuma jarang bikin. Jarang banget malah. Soalnya ibu penjual sayur jarang bawa jamur. Biasanya ibu sayur cuma bawa diri sendiri *yaiyalah. hehe. Jadi wajarlah ya kalau aku kadang kangen gitu sama panganan yang berbahan jamur.

Alhamdulillah nih, kerinduan aku akan panganan yang berbahan jamur terobati juga. Yup, beberapa hari yang lalu Keripik Jamur Tiram Alfian mendarat di tangan aku. Yeayyy. Secara otomatis, langsung aja deh nih tangan ambil gunting trus buru buru buka bungkus Keripik Jamur Tiram Alfian yang dikemas dengan apik. Sret. Rancak bana. Langsung hap hap hap, sikaaattt, tandas (begini jadinya saat doyan dan lapar jadi satu, hehe).

Rasanya gimana ?. Enak donk ya. Kebetulan yang aku cicipin ini rasa balado. Dan rasa baladonya tentu saja terasa dilidah. Kriuk juga. Sedep dah.

Dan sekarang, sisa tinggak 1 bungkus. Rencananya mau aku pakek nanti sore. Kayaknya bakal hujan nih (dulunya pernah jadi pawang hujan, uhuy). Kan enak tuh. Menikmati hujan sambil nyemil Keripik Jamur Tiram Alfian. Kalau kalian suka jamur juga kan ?.

Kontrol Kondisi Kesehatan Si Kecil Setelah Kejang



3 hari setelah keluar dari rumah sakit, aku dan si ayah berencana untuk kontrol kesehatan si kecil ken ke dokter wahyu, spesialis anak. Namun karena hari itu merupakan hari siwelatri umat hindu selama 2 hari, maka rencana itu pun urung kami laksanakan. Lalu kami alihkan ke tanggal 11 Januari saja.

11 Januari datang juga. Kira kira pukul 19.30 WITA kami tiba di tempat praktek dr. Wahyu. Setelah mengambil nomor antrian, si ken diminta untuk berdiri di alat penimbang berat badan. Begitu si ken naik, si jarum pun bergerak menuju angka 15.5 kg. Alhamdulillah. Berat badan si ken kembali seperti semula. Seperti sebelum opname. Lalu dilanjutkan dengan mengukur suhu tubuh si ken. Alhamdulillah lagi, suhu tubuh si ken masuk dalam kisaran normal yakni 36 derajat celcius. Setelah itu, ....... si ken kabur. Loh. Minta pulang. Mungkin si ken masih keinget masa masa di rumah sakit kemarin. Ketemu jarum suntik, ketemu termometer, disuntik, diinfus, dan ketemu tampang emaknye yang abstrak. huhuhu. Mungkin begitu. Tapi berkat rayuan maut si ayah, si ken pun mau masuk ke dalam ruang periksa saat gilirannya tiba. Sebelum gilirannya tiba ?. Si ken keleleran di luar, nggak mau masuk.

Lagi lagi, di ruang periksa, si ken menolak tiduran di kasur sebentar untuk diperiksa. Jadi si ken diperiksa dalam posisi duduk. Itupun masih protes juga saat dr. Wahyu menempelkan stetoskop ke perut si ken. Hadeeehh.
"Sehat" begitu kata dr. Wahyu. Alhamdulillah.
Setelah itu, kami pun secara bergantian menanyakan daftar pertanyaan yang sudah kami siapkan di rumah.

Kami : "Di surat pengantar tersebut, ada keterangan bahwa suhu tubuh si ken saat kejang adalah 38.6 derajat celcius. Kenapa bisa begitu ya dokter ?. Biasanya kan, kejang baru datang saat suhu tubuh si kecil mencapai 40, 41 derajat celcius ?".
dr. Wahyu : "Setiap anak mempunyai ambang batas yang berbeda. Ada yang rendah ada yang tinggi. Kalau adek ken, memiliki ambang batas yang rendah yakni 38 derajat celcius. Jadi kalau di lain waktu, saat adek ken demam dan suhu tubuhnya 38 derajat celcius, maka berikan ia sirup anti kejang dan penurun panas. Sudah punya sirup anti kejang kan ?".
Kami mengangguk kompak.

Kami : "Jadi nggak apa apa ya dokter, dikasih anti kejang dan penurun panas berbarengan ?".
dr. Wahyu : "nggak apa apa, kan beda".

Kami : "Lalu pemberian obat anti kejang itu kapan dokter ?".
dr. Wahyu :"yang dikasih lewat pantat itu ?".
Kami mengangguk.
dr. Wahyu : "Kalau itu dikasih saat si kecil kejang, dimasukkan lewat pantat. Ini untuk mencegah kejang berlangsung lama. Karena kalau kejang berlangsung lama, maka semakin banyak sel sel saraf yang rusak dan bisa mengakibatkan sesuatu hal yang buruk, seperti cacat. Begitu ".

Kami : "Itu obat kejang yang dimasukkan lewat pantat itu yang dipakek yang mana dokter ?. karena si ken punya dua, ada yang 5 mg dan 10 mg ?".
dr. Wahyu : "Emmmm tadi berat badan adek kena, 15.5 kg ya, berarti kasih kira kira 7.5 mg saja. Jadi yang 10 mg itu, dibuang sedikit baru dimasukkan ke pantat. Setelah kejangnya berhenti, tetap harus dibawa ke dokter atau rumah sakit untuk menghindari kejang berulang".

Kami : "Selain obat penurun panas, sirup anti kejang, dan obat kalau sudah kejang, apalagi yang perlu kami persiapkan di rumah dokter ?".
dr. Wahyu : "Termometer" kata dokter wahyu sembari tersenyum. Aku nyengir. Si ayah datar.

Kami : "Kalau KDS ini apa dokter ?".
dr. Wahyu : "Kejang demam sedikit. Jadi nih begitu adek kena demam, jangan ditunda-tunda untuk ngasih obat penurun panas lalu dikomprea dengan air hangat".

Kami : "Kalau faringitis akut ini apa dokter ?".
dr. Wahyu : "Radang tenggorokan, ini pemicu si kecil demam lalu kejang. Jangan dikasih terlalu banyak makan ciki ciki, coklat, dan sebagainya. Konsumsi air putih dan makanan yang bergizi. Apalagi saat cuaca panas ekstrim begini".
Kami mengangguk lagi. Sementara si ken, asyik memainkan mobil kecilnya di kasur tempat memeriksa pasien.
dr. Wahyu : "Tidak ada keluhan lagi ?".

Kami : "Masih ada dokter, pilek, kami kasih sirup yang biasanya kami kash ke ken sepertinya tidak berpengaruh apa apa dokter".
dr. Wahyu : "La bapak ibu kemarin waktu masih di rumah sakit bilang ke saya kalau biasa pakek obat iti, jadi ya saya resepkan obat itu. Nah sekarang saya resepkan puyer saja ya".

Kami : "Berarti ini, si ken sudah bisa kami ajak balik ke jawa ya dokter ?".
dr. Wahyu : "Ooo, bukan orang sini ?".

Kami : "iya, ke sini cuma liburan di rumah orang tua saja dokter".
dr. Wahyu : "Ooooo...begitu" kata dr. Wahyu dengan logat balinya yang kental.
dr. Wahyu : "Jadi kalau nanti nanti adek ken kejang, tapi mudah-mudahan nggak lagi, mudah-mudahan ini yang terakhir, saat membawa adek ken ke dokter atau rumah sakit, bapak ibu harus bilang kalau adek ken punya riwayat kejang, gitu ya".

Kami mengangguk lagi.

dr. Wahyu : "Ini saya resepkan sirup untuk daya tahan tubuh juga. Mudah mudahan adek ken sehat terus. Ingat ya pak buk, usahakan adek ken tidak kejang lagi sampai usia 5-6 tahun. Perhatikan asupan makanannya, dan siapkan termometer serta penurun panas dan diezepam untuk mencegah datangnya kejang lagi".

Kami mengangguk lagi. Setelah si ken berpamitan kepada dr. Wahyu dengan melakukan Hi-5 alias tos, kami pun lalu beranjak untuk menebus obat yang diresepkan dokter wahyu. Kemudian, cus, pulang ke rumah, Untuk mempersiapkan segala sesuatu yang akan kami bawa balik ke Jawa.

Semoga, kejang yang dialami si ken ini, adalah yang pertama dan terakhir. Semangat menjaga kesehatan si kecil ken semakin menggebu. Semoga dimudahkan dan diridhoi oleh-Nya. amin.

Hasil Uji Laboratorium Sample Darah Si Kecil yang Mengalami Kejang



Alhamdulillah, malam itu, sekitar pukul 12.00 WITA malam, kondisi si ken mulai berangsur angsur membaik, seorang perawat meminta aku atau si ayah untuk mengantarkan sample darah ken ke ruang laboratorium rumah sakit. Entah kapan perawat tersebut mengambil darah si ken. Mungkin waktu aku belum tiba ke rumah sakit. Ya mungkin begitu. Karena saat aku datang, aku tak melihat perawat mengambil sample darah ken. Yang aku lihat adalah, para perawat berusaha memasang infus kepada si kecil ken.

Karena posisi si ayah tengah merangkul si ken, oleh sebab itu aku memutuskan untuk aku saja yang membawa sample darah ken ke ruang laboratorium rumah sakit. Jujur, saat itu ada rasa takut nyasar yang menyelinap di hati ini *halah. Sebab ini adalah kali pertama aku ke rumah sakit tanah kelahiranku ini. 
Masak sih ?. Ho oh. La biasanya kalau berobat kemana ?. Ke dukun *abaikan.

Untuk menghindari yang namanya kesasar, apalagi sampai kesasar ke ruang jenazah di tengah malam begitu *hiiiiiiii, aku bertanya sebaik mungkin kepada si perawat setelah itu melihat denah rumah sakit tersebut. Dan ulala, sukses, aku sukses ke ruang laboratorium rumah sakit tanpa kesasar yeayyyy.

Sehari berlalu, hasil lab. juga belum menampakkan hidungnya di depan kami. Jadi aku berinisiatif menanyakan hal tersebut kepada salah satu perawat yang tengah mengganti infus si kecil ken.
Kata beliau :"Biasanya sehari sudah selesai tapi kalau belum dapat kabar juga, berarti belum selesai. Maklumin ya bu pak, rumah sakit beberapa hari ini rame sekali". 

Hari kedua, sempat ingat. Lalu lufa. Hari ketiga, benar benar tidak ingat. Sebab saking senangnya mendengar kabar baik dari Dokter Komang Wahyu, spesialis anak, yang menyatakan bahwa si ken sudah bisa pulang ke rumah *hurraaayyy. Alhamdulillah.

Setelah menyelesaikan administrasi, aku diberikan sebuah surat pengantar untuk kontrol kondisi kesehatan si ken. Awal mulanya aku tak terlalu memperhatikan surat tersebut. Namun setelah tiba di rumah aku baru ngeh bahwa di dalam surat tersebut ada hasil uji lab. sample darah si ken.Hasilnya adalah step yang dialami ken tersebut tergolong ke dalam KDS dan pemicunya adalah faringitis akut.

Karena aku terlalu penasaran dengan KDS ini maka aku pun mencari informasi tersebut di google. KDS adalah singkatan dari kejang demam sedikit. Dan menurutku sih ini benar. Karena sebelum kejang, si ken sempat demam. Demamnya pun muncul kira kira sekitar jam 9 malam, itupun hanya panas di bagian kepala saja. Sementara bagian bagian sensitif lainnya, seperti ketiak, lipatan lutut, dan leher hanya anget anget kuku saja. Dan siapa sangka kalau dengan demam yang seperti itu, si ken kejang tepat satu setengah jam kemudian. Jadi inilah yang menurutku maksud dari kejang demam sedikit.

Untuk faringitis akut ini bisa dibilang radang tenggorokan. Kalau untuk yang satu ini, aku akui, bener bener luput dari perhatian aku. Aku tidak melihat sama sekali bahwa si ken menderita radang tenggorakan. Dodol kan aku ? ho oh *hiks. Nggak peka banget. Seharusnya, dengan cuaca panas se ekstrim itu, hal hal yang seperti ini harus bisa segera aku deteksi. Ini malah....aaarrggghhhh...maafkan muma ya ken. Janji nggak akan terulang lagi. amin.

Dua hal yang aku sebut di atas tadi, meskipun aku sudah mendapatkan jawabannya dari google, tetap akan aku masukkan dalam daftar pertanyaanku saat akan mengontrol kondisi kesehatan si ken ke dokter wahyu. Harus begitu lah yah. Iyup.

O ya, ada satu hal lagi di surat pengantar tersebut yang membuat anggapanku selama ini salah. Bahwa aku pikir, selalu, anak akan mengalami kejang apabila suhu tubuhnya mencapai 40 derajat celcius ke atas. Nyatanya si ken tidak demikian. Dengan suhu 38,6 derajat celcius saja, si ken sudah mengalami yang namanya kejang. Semoga tidak terjadi lagi ya ken. Ini adalah yang pertama dan terakhir. Sehat selalu ya nak ya, amin.

***

Baca Juga :
Facebook  Twitter  Google+ Yahoo