Pemuda di Dalam Quote Bung Karno

"Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia" ~ Bung Karno.

Sepintas, quote milik bapak soekarno tersebut nampak begitu sangat amat manis. Terutama di mata para pemuda negeri ini. Sebab quote tersebut berhasil membuat sebagian pemuda jadi gede rasa alias ge er. Merasa gimanaaa gitu. Merasa keren dan bangga menjadi seorang pemuda. Betul begitu ?. Iya, sebab aku pernah merasa begitu. Tapi rasa itu cuma seuprit. Nggak banyak koq. Beneran. Sebab lambat laun *aseg, aku pun paham bahwa kata pemuda yang ada di quote Bung Karno tersebut bisa dibilang masih ambigu. Pemuda yang bagaimana yang bisa mengguncang dunia ?. pemuda yang sebesar gajah sehingga dapat mengguncang dunia dalam makna sesungguhnya. Atau pemuda macam anak alay yang mampu mengguncang dunia hiburan. Pemuda yang bagaimana ?.

Menilisik beberapa peristiwa pada masa masa merebut kemerdekaan. Saat itu terdapat beberapa pemuda yang bisa dibilang mampu mengguncang dunia. Salah satunya adalah Bung Tomo. Bung Tomo adalah pelecut semangat arek arek suroboyo pada peristiwa bersejarah dan berdarah pada tanggal 10 November tersebut. Yang mana peristiwa tersebut berhasil mengguncang dunia. Membuat dunia melihat Indonesia. Berbekal semangat api membara serta bambu runcing dan senjata seadanya, arek arek suroboyo berhasil memenangkan peperangan tersebut. Mengalahkan pasukan yang berpengalaman dan bersenjata.

Berdasarkan hal itu, bisa dikatakan bahwa sepertinya pemuda yang dimaksud dalam quote Bung Karno adalah pemuda yang seperti Bung Tomo yang memiliki keinginan kuat untuk perubahan ke arah yang lebih baik yakni kemerdekaan. Juga memiliki skill yang luar biasa tentunya. Seperti itu. Iya. Jadi quote tersebut tidak ditujukan dan berlaku untuk semua pemuda di negeri ini. Lalu adakah saat ini pemuda negeri ini yang masuk dalam kriteria 'pemuda' di quote bung karno tersebut ?. Ada. Tentu saja ada. Malah banyak sekali.

Hari jum'at kemarin, aku nonton acara kick andy. Saat itu tema yang dibahas adalah soal kontroversi ahok. Alasanku nonton memang karena tertarik dengan sosok ahok. Namun pada akhirnya, bukan sosok ahok yang membuatku terkesan, akan tetapi 'Teman Ahok' lah yang berhasil meninggalkan kesan tersendiri di dalam hati. Mengapa demikian ?.

Sebelumnya, 'Teman Ahok' ini merupakan kumpulan orang orang yang mendukung ahok. Lebih spesifik lagi yaitu mendukung ahok untuk kembali menjadi Gubernur DKI menggunakan jalur independent. Dan dukungan ini tidak main main loh, Bukan sekedar asal mendukung saja. Melainkan juga ada action-nya. Action-nya juga tak main main alias total alias dikerjakan dengan sungguh sungguh, Mulai dari mengenalkan 'Teman Ahok' ke warga Jakarta. Menyebarkan formulir 'Teman Ahok'. Mengumpulkan data mereka yang berupa formulir serta foto copy KTP dan sebagainya. Banyak. Mereka juga membuat booth booth teman ahok yang sudah tersebar ke 150 daerah yang ada di Jakarta. Soal dana, mereka mendapatkannya dari hasil jualan kaos, dan beberapa marchandise bertemakan teman ahok.

Kerja keras tersebut membuahkan hasil. Mereka berhasil mengumpulkan sekitar 600.000 sekian warga Jakarta yang mendukung ahok untuk mencalonkan diri kembali sebagai Gubernur DKI lewat jalur independet. Agar tidak ditunggangi oleh kepentingan politik.

Mendengar keterangan dari salah satu pengurus 'Teman Ahok' membuat ahok sempat menunjukkan raut wajah kaget. Tidak menyangka. Kata ahok, jika dukungan mencapai 1 juta ia akan benar benar menggunakan jalur independent.

Salut dengan kesungguhan, keseriusan, kekreatifan ide, yang dimiliki oleh para Teman Ahok yang ternyata berisi para anak muda usia 25 dan 25 tahun ke bawah. Keren. Kalian keren.

Menurutku, mereka, masuk dalam kriteria 'Pemuda' dalam quote Bung Karno tersebut. Sebab mereka adalah orang orang yang berkeinginan kuat untuk meraih perubahan menuju ke arah yang lebih baik. Mereka juga memiliki skill yang luar biasa. Berkomitmen. Kerja keras. Pantang menyerah. Salut banget.

Makin kesini, aku optimis, negeri ini, suatu saat nanti akan menjadi lebih baik lagi. Semoga. Amin.

Tanda-tanda Kecerdasan Visual Spasial Pada Si Kecil

Dulu, sebelum aku sadar bahwa si kecil ken terlambat bicara si kecil ken terlambat bicara. Aku tak terlalu tertarik dengan pembahasan tentang kecerdasan majemuk. Apalagi soal ciri-ciri atau tanda tanda salah satu atau salah dua kecerdasan majemuk pada si kecil. Tentu saja pengetahuanku nol besar. Yang aku tahu dulu hanya motorik halus, motorik kasar dan sebagainya. Jadi kalau membeli atau membuat mainan untuk si kecil ken, pasti aku berpedoman pada hal itu dan juga pada dompetku *tetep. Hehe.

Sumber


Salah satunya saat aku membelikan si kecil ken mainan bongkar pasang ini. Tujuanku adalah untuk melatih motorik si ken. Memasang dan melepaskan balok balok bongkar pasang tersebut. Etapi tidak hanya itu saja sih. Karena bongkar pasang tersebut juga melatih kekuatan si kecil ken. Secara tu bongkar pasang alot banget cyin. Ya maklumlah yah, murah meriah euy. Murah meriah tapi tetap ber SNI donk *penyuka bayar dikit dapet banyak *Hahayyyy. Aku mengenalkan cara bermainnya kepada si kecil ken juga standart aja. Seperti pada umumnya. Disusun. Disusun. Lalu digusur (satpol pp). Jadi ya wajarlah yah kalau si ken nggak terlalu tertarik memainkannya.

Hingga suatu hari, entah kesambet apa, si ken tiba tiba tertarik memainkannya. Atau jangan jangan mungkin karena dia tidak mau melihat pemandangan aneh (pemandangan emak emak heboh main bongkar pasang sendirian). Mungkin begitu. Entahlah. Yang jelas ken langsung memainkannya dengan cara yang berbeda. Diatur memanjang. Membentuk sebuah barisan. Dan lurus pula. Bakat jadi pemimpin upacara mah si ken. *Siaaapppppp Grak. 



Melihat hal tersebut tentu saja aku bahagia *cihuy. Tujuan awal (melatih motorik ken) tercapai. Sayangnya di masa ini aku belum sadar bahwa itu adalah salah satu tanda kecerdasan visual spasial yang dimiliki si ken. Trus sadarnya kapan donk ?.

Abaikan pemandangan di belakang ken

Kapan ya ?.  Kalau tidak salah sih ya bener * yaiyalah. Hehe. Kalau tidak salah sih waktu si ken makin sering menata. Menata apa saja. Tapi waktu itu aku belum terlalu yakin juga kalau ini adalah tanda kecerdasan visual spasial pada si ken.

Makin kesini, saat usai si ken 3 tahun 2 bulan, tanda tanda cinta *halah, tanda-tanda kecerdasan visual spasial pada si ken semakin nampak.

Pertama
Si ken mahir meniru tulisan huruf abjad. Meskipun ada yang bentuknya masih maknyonyor. Tapi sebagian besar sudah betul *yippiiieee.

Ke-dua
Si ken juga bisa meniru gambar yang aku/si ayah buat. Yaaa meskipun nggak sama persis sih.

ken meniru gambar awan yang aku buat
Ke-tiga
Si ken bisa menggambar benda yang ia lihat. Terutama benda yang ia sukai.

Menggambar sikat gigi yg beralih fungsi utk menyikat mobil2an si ken

Ke-empat
Si ken juga sudah hafal betul dengan bentuk juga nama bangun datar. Seperti trapesium, jajar genjang, dan sbg.



Ke-lima
Si ken cepat paham saat aku mengenalkan mana tangan kanan mana tangan kiri.

Ke-enam
Si ken juga bisa membuat bentuk segitiga, bujur sangkar, atau bentuk huruf abjad dari stik eskrim atau dari wafer keju kesukaannya.

Ke-tujuh
Pernah suatu hari kami akan lewat di jalan menuju rumah kontrakan kami yang dulu. Tiba tiba si ken menunjuk-nunjuk jalan tersebut. Dan begitu tiba di gang rumah kontrakan tersebut. Ken langsung turun dari motor dan menuju ke rumah kontrakan lama kami. Ingatan yang mantabb.

Ke-delapan.
Masih belum nemu lagi.

Berbekal tanda tanda tersebut, baru aku benar benar yakin bahwa si ken juga memiliki kecerdasan visual spasial, selain Kecerdasan Kinestetik dan kecerdasan bermusik Kecerdasan Bermusik. Langkah selanjutnya adalah tentu saja aku dan juga penggemarku, si ayah, hehe, akan terus mengembangkan kecerdasan visual spasial pada si ken. Dengan cara :

● Menambah pengetahuannya tentang tehnik menggambar. Dimulai dari benda benda yang ada disekitar si ken.

● Memberikan fasilitas kepada si ken. Seperti crayon atau cat air plus buku gambar. Atau memberikan Si ken permainan bongkar pasang yang lebih variatif.

Sudah. Dua hal itu saja dulu. Yang lainnya menyusul yak. Semangat terus ya ken. Dan sehat selalu ya nak. Amin

Gapai Cita-cita dengan Berwirausaha

Tidak pernah terlintas sedikitpun di dalam benak pria berbadan  kurus itu untuk melanjutkan pendidikan lagi setelah ia lulus STM. Ia hanya berpikir bahwa setelah lulus STM, ia akan mencari kerja lalu membantu ekonomi keluarga. Sudah. Itu saja.

Dan niat itu pun  ia wujudkan. Begitu lulus STM ia pun segera mencari pekerjaan dan dapat. Ya ia mendapat pekerjaan sebagai karyawan salah satu restoran cepat saji terkemuka di negeri ini.

Alhamdulillah gaji sebagai karyawan restoran cepat saji yang selalu ramai pengunjung ini benar benar membuatnya mampu membantu ekonomi keluarga. Membantu membayar uang sekolah adiknya yang nomor 1 (SMA), 2 (MTs) dan 3 (SD). Membantu memperbaiki rumah orang tuanya. Yang semula terbuat dari bedek atau anyaman bambu menjadi rumah yang terbuat dari bata. Serta beberapa hal kecil lainnya.

Namun roda kehidupan selalu berputar bukan ?. Dan 4 tahun lamanya posisi roda kehidupan pria berbadan kurus itu berada di atas. Di atas ..... di atas ....... lalu perlahan berputar ke bawah lalu berhenti di kata PHK. Ya ia di PHK.

Ia sempat luntang lantung. Jadi pengangguran. Hingga akhirnya ia mengikuti sepupunya pergi ke ibu kota untuk berjualan nasi goreng keliling di area kampus kampus yang ada di Ibu kota. Sungguh berbanding jauh dengan kehidupan sebelumnya. Akan tetapi masa masa inilah yang mengantarkannya bertemu dengan seseorang. Seseorang yang berhasil mencerahkan dan membangkitkan gairahnya untuk melanjutkan pendidikan lagi. Untuk kuliah.

Gayung bersambut. Orang tuanya pun menyetujui keinginannya untuk kuliah lagi. Namun hanya menyetujui. Ragu untuk dapat sepenuhnya membiayai. Pendapatan warung klontong merangkap warung kopi tak terlalu banyak. Para pembeli banyak yg berhutang. Dan mereka baru membayar kalau sudah ada uang. Jadi hasil warung hanya cukup untuk makan, dan sisanya dibelanjakan barang-barang untuk mengisi warung lagi. Istilah kecenya, uang muter. Meskipun begitu ia tetap nekat mendaftar kuliah di salah satu universitas swasta di kota tempat tinggalnya.

Setelah ia nekat mendaftar dan mulai mengikuti perkuliahan, ia masih berusaha bagaimana cara menghasilkan uang untuk bekal kuliah. Ia sempat menjadi pengasong juga pernah ikut ngamen. Namun tidak terlalu lama, karena akhirnya ia menemukan solusi untuk masalah keuangannya. Dan solusinya adalah membuka warung kopi lesehan. Tidak memerlukan modal yang begitu banyak. Tidak mudah 'basi'. Bisa menghasilkan pundi pundi yang lumayan.


Sekali lagi gayung bersambut. Orang tua mendukung idenya. Mereka akan membantu menyuplai bubuk kopi maupun kopi sachetnya. Dan pria berbadan kurus itu tinggal memikirkan gerobak warkopnya saja. Kenapa harus memakai gerobak ?, karena gerobak tersebut nantinya tidak hanya dipakai untuk menaruh perlengkapan warung namun juga dipakai untuk meletakkan produk yang dijual.

Jadwal membayar spp pun semakin dekat. Sementara ia belum juga bisa menghasilkan uang untuk membayar spp. Resah tentu saja ?. Ia pun mengutarakan kegundahannya tersebut kepada salah satu dosennya juga soal idenya ingin membuka warung kopi. Dan sungguh tak terduga. Siapa sangka bahwa dosen tersebut ternyata juga sedang menjual gerobak miliknya. Dosen itu pun menawarkan gerobaknya kepada pria berbadan kurus. Tentu saja dengan harga miring dan boleh dibayar kalau sudah ada uang.

kira kira seperti inilah gerobak kopinya
Kopi sudah, gerobak juga sudah. Tinggal cari lokasi. Tidak membutuhkan waktu lama, karena ia sudah menemukan lokasi yang sangat strategis. Yakni di depan kampus.
Bahan yang akan dijual sudah siap, gerobak juga sudah ada, tempat juga sudah beres, maka langkah selanjutnya yakni membuat warung kopi tersebut. Dan begitu warung kopi tersebut dibuka, alhamdulillah, mendapat sambutan baik. Terutama oleh teman teman kuliahnya. Namun meskipun begitu, ia ingin warung kopinya tak hanya ramai di awal awal saja. Tapi seterusnya.

malam hari utk warkop, siang hari dipakai para pedagang es degan

Oleh sebab itu, ia sudah menyiapkan beberapa strategi. Strategi yang ia rumuskan berdasarkan pengalamannya saat menjadi karyawan di restoran cepat saji terkemuka itu juga pengalamannya saat menjual nasi goreng keliling. Apa saja strateginya :

● Mempertahankan kualitas rasa kopi yang ia jual yakni kopi hijau dari tulungagung dan kopi hitam. Ia berprinsip untuk tidak mencari keuntungan lebih dengan cara mengubah perbandingan kopi dan air. Atau mencampurkan biji kopi dengan beras lalu diubah menjadi bubuk kopi. Tidak akan begitu.

● Memperhatikan saran pelanggan. Seperti menyarankannya untuk menjual gorengan juga mie instan. Dan itu ia lakukan.

● Tidak membuat pelanggan lama menunggu. Oleh sebab itu, ia mempekerjakan satu orang lagi untuk membantunya.

Dengan strategi tersebut juga didukung dengan lokasi yang strategis berhasil membuat warung kopinya selalu ramai. Kalau sudah begitu, kotak tempat menyimpan uang pun bisa segera penuh. Rata-rata penghasilan bersih (sudah dikurangi dengan membayar orang yang rewang juga membayar kopi bubuk, kopi sachet juga mie instan ke orang tuanya) yang ia dapatkan sekitar 60 hingga 50 rb/hari.  Di tahun 2004 uang sebesar itu bisa dibilang cukup banyak. Jadi 1 bulan ia bisa menghasilkan pundi-pundi sebesar 1jt-1.8jt rupiah. Uang tersebut bisa ia pakai untuk membayar cicilan gerobak, menabung untuk membayar spp, memberi uang saku untuk adik2nya, terkadang juga bisa membantu teman kuliahnya yang sedang kesulitan dana, serta memenuhi biaya hidupnya selama kuliah. Bahkan ia juga bisa membeli motor megapro sendiri.

meja peninggalan warkop
Sekarang, pria berbadan kurus itu sudah berhasil menggapai mimpinya untuk berkecimpung di dunia pendidikan, menjadi guru juga menjadi seorang dosen. Lalu siapakah nama pria berbadan kurus yang kini sudah tak lagi kurus itu ?. Ia adalah pemilik nama chakim yang ada di belakang namaku, Inda Chakim. Iya dia adalah si ayah ken. Salah satu sosok yang menginspirasiku juga si kecil ken nantinya. Inspirasi untuk tak pernah menyerah menggapai cita-cita. Dan salah satu cara untuk mencapai cita cita adalah dengan berwirausaha.
***
“Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Semua Tentang Wirausaha yang diselenggarakan oleh Suzie Icus dan Siswa Wirausaha”.
Facebook  Twitter  Google+ Yahoo