Mengulas Seputar Ketiga Jersey Belgia di Piala Dunia 2018


Tahun ini merupakan tahun yang ditunggu-tunggu oleh para penggemar bola di seluruh dunia, termasuk aku *hahay. Pasalnya di tahun ini akan ada event besar yang diadakan yaitu piala dunia. Diikuti oleh puluhan negara peserta, piala dunia tahun ini akan diadakan di Rusia. Semua negara yang dahulu ikut serta tak mau ketinggalan untuk kembali berlomba memperebutkan piala bola kenegaraan terbesar di dunia termasuk dengan Belgia. Belgia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak pemain handal yang sudah memperkuat club Uni Eropa selama ini. Di event 4 tahunan ini, para pemain Belgia akan kembali ke negaranya untuk memperkuat timnas dengan memakai jersey Belgia yang berwarna terang dan cerah.

Bagi Kamu para penggemar bola, pastinya sudah tak sabar donk ya melihat pertandingan piala dunia segera dimulai. Di Indonesia sendiri nih, ada cukup banyak penggemar timnas Belgia yang ingin melihat pemain idolanya bermain dengan menggunakan jersey kebangsaan. Jersey dari timnas Belgia memang terlihat unik dibandingkan dengan negara lainnya karena tampil dengan warna-warna cerah. Hal ini bukan tanpa alasan, namun karena memang bendera Belgia sendiri diambil dari 3 buah warna yaitu hitam, kuning dan merah.

Nah, penggemar timnas Belgia, sebaiknya mengetahui terlebih dahulu model jersey yang nantinya akan digunakan oleh para pemain Belgia. Berikut ini adalah daftar jersey dari Belgia yang sudah bisa Kamu beli di berbagai situs belanja online maupun toko offline yang menyediakan koleksi jersey sepakbola:

1.     Home edition.
Timnas Belgia memiliki 2 buah model jersey untuk home edition. Jersey pertama berwarna merah menyala dengan bagian dada memiliki jajaran belah ketupat dari sisi samping kiri hingga kanan. Di bagian tengah dada yang diapit oleh belah ketupat tersebut terdapat logo timnas Belgia. Sedangkan logo sponsor terdapat di dada sebelah kanan di atas jajaran belah ketupat. Jersey home model kedua memiliki bentuk lengan panjang. Bagian atas memiliki warna dasar hitam dengan lengan panjang hingga pergelangan dengan ujung kuning. Untuk bagian bawah memiliki warna merah. Jersey Belgia ini juga memiliki logo tim dan sponsor di bagian dada.

Sumber gambar bukalapak

2.     Away edition.
Selain Home edition, Belgia juga memiliki jersey Away edition. Away edition menggunakan warna dasar putih dengan kerah bundar. Di bagian samping memiliki garis hitam yang memberikan jeda bagian depan dan belakang. Untuk bagian depan, terdapat tiga garis bear berwarna hitam, kuning dan merah yang merupakan warna bendera Belgia. Untuk bagian dada, terdapat logo timnas di bagian dada kiri dan logo sponsor di bagian dada kanan. Bagi Kamu yang menyukai kaos olahraga dengan warna dasar putih, jersey timnas Belgia ini cocok untuk dijadikan pilihan.

Kedua versi jersey Belgia tersebut di atas kini sudah bisa Kamu dapatkan di berbagai toko baik online maupun toko offline di seluruh Indonesia. Namun jika Kamu ingin jersey original dengan kualitas yang sama dengan yang dipakai oleh para pemain Belgia, Kamu bisa mendapatkannya di Fifa store atau di sponsor Belgia yang memproduksi jersey tersebut. pembelian secara langsung di situs resmi Fifa atau Adidas sebagai produsennya bisa menghilangkan kekhawatiran mendapatkan barang KW atau palsu. Akan tetapi Kamu juga harus siap dengan uang sebesar Rp. 1jutaan untuk menebus jersey original tersebut. Sedangkan untuk jersey buatan dalam negeri, Kamu bisa mendapatkannya dengan harga sekitar Rp. 80 ribuan.


Untuk Si Kecil, Sekolah yang Mbois atau Sekolah yang Biasa ?



Beberapa waktu yang lalu aku posting yang isinya tentang kegalauan untuk memasukkan si kecil sekolah di tempat yang mbois atau biasa saja. Di postingan tersebut pun sudah aku lengkapi dengan pertimbangan - pertimbangan untuk masing-masing pilihan tersebut. Pertimbangan yang imbang menurutku waktu itu. 

Tidak cukup dengan posting di blog dengan harapan dapat masukan dari teman-teman pengunjung blog, aku juga mengungkapkan kegalauanku pada teman-teman di dunia nyata. Ada yang berpendapat untuk menyekolahkan si kecil ken di sekolah anak usia dini pada umumnya karena sesuai dengan kemampuan kantong aku dan juga nggak bakal bikin aku kebingungan soal biaya sekolah si kecil dan biaya sekolah pascasarjanaku sendiri. Mengenai yang kurang atau belum diajarkan di sekolah biasa, bisa disempurnakan di rumah dan soal kemungkinan si kecil ken, yang kebetulan tipe anak kinestetik dan mudah bosan, bakal mogok kalau sekolah di sekolah biasa bisa diakali dengan menggunakan sistem reward. Misal diajak ke playground atau apalah. Itu pendapat untuk pilihan memasukkan si kecil di sekolah yang biasa. Kemudian untuk pilihan yang kedua rata-rata pendapatnya didukung dengan kalimat: "InsyaAllah ada rejeki buat biaya sekolah". 

Sebagai orang yang cenderung berpikir secara real. Aku tentu lebih condong ke pilihan yang memasukkan si kecil di sekolah yang biasa saja. Karena ya itu, paling masuk akal lah terutama soal kemampuan keuangan keluarga. Sedangkan untuk pilihan kedua, rasanya, kurang sreg gitu kalau hanya mengandalkan kata "InsyaAllah" tanpa ada usaha. Sementara aku belum punya bayangan usaha seperti apa yang bisa aku lakukan untuk sekiranya dapat membayar biaya sekolah anak usia dini yang kece itu. Jadi waktu itu, aku benar-benar sangsi dengan kalimat "InsyaAllah ada rejeki buat biaya sekolah". 

Akan tetapi, meskipun aku sudah mantab dengan pilihan di sekolah biasa namun sebenarnya jauh di dalam pikiran aku nih, tersimpan rasa penasaran soal gimana perkembangan si kecil ken kalau ia sekolah di tempat yang oye dengan fasilitas yang oke, kurikulum yang ajib, dan tenaga pendidik yang baik serta banyak dimana satu kelas dengan jumlah siswa maksimal 18-20 siswa ditangani oleh 4 pendidik. 

Jadi, setelah share sana sini, bisa dibilang, aku masih galau atau bingung memilih sekolah untuk si kecil ken. Karena itu aku pun beralih ke suami. 

Sebenarnya, sejauh ini, rata-rata suami selalu mendukung apa yang jadi keputusanku. So bisa ditebak lah yah kalau suami juga bakal mendukung keputusanku soal sekolah si kecil. Tapi untuk yang satu ini aku nggak hanya butuh dukungan melainkan juga pendapat. 

Suami adalah tipe orang yang juga lebih cenderung berpikir secara real. Ia tak menampik pendapat-pendapatku tentang dua pilihan tersebut. Tapi entah gimana, kata suami, ia lebih sreg dengan pilihan sekolah yang kece untuk si kecil ken. Pertimbangannya pun sama seperti aku. Lalu bagaimana soal biaya di sekolah yang kece itu ? Waktu aku melontarkan kalimat ini, dari raut wajahnya, memang tersirat keraguan. Tapi setelah aku pancing-pancing lagi, kali aja berubah pendapat, nyatanya ia tetap mantab memilih sekolah yang kece buat si kecil ken. Kata suami, "Soal biaya, nanti kita usahakan, insyaAllah ada jalan rejeki asal usaha sekuat tenaga".

"Iya tau, tapi kan...." 

Ia langsung memotong kalimatku dengan menceritakan perjalanan hidupnya untuk menggapai gelar sarjana. (True story-nya suami : Gapai mimpi dengan wirausaha)

Setelah itu, ia juga mengingatkanku akan keresahan yang aku alami saat masa-masa awal menjadi seorang mahasiswa pascasarjana. Iya waktu itu aku memang resah soal biaya, tapi nyatanya, seiring berjalannya waktu keresahan itu hilang karena sudah berganti dengan pintu-pintu rejeki yang sepertinya dibuka begitu saja sama Allah untuk aku. Padahal waktu sebelum kuliah rasanya sulit banget bagi aku yang cuma ibu rumah tangga ini dapet kerja dapet duit. Asli. 

Berbekal pandangan dari suami, akhirnya, aku pun memberanikan diri untuk memutuskan bahwa sekolah anak usia dini untuk si kecil ken adalah sekolah yang mbois itu. Bismillah. 

Bingung Memilih Sekolah untuk Si Kecil


Gambar Air plane versi si ken.

Beberapa waktu yang lalu, salah satu blogger kece yang femes dengan nama Emak Gaoel share di akun fbnya tentang pertanyaan yang diajukan putrinya, si Manis Nana, ke Mak Gaoel. Kira-kira seperti ini nih. 

Jadi Nana nanyak "Kenapa aku nggak sekolah disitu aja ? Sepertinya seru". 
Sekolah yang dimaksud Nana adalah sekolah dasar dengan fasilitas nggak kukuh kerennya. Biaya sekolah di sana pun nggak kalah keren, keren jumlahnya alias mehong booo'. Emak gaoel pun menjawab pertanyaan Nana dengan bijak dan tentu jawaban tersebut sudah didasari dengan alasan yang bijak juga menurut aku siihh.  

Share cerita Mak Gaoel tersebut berhasil menarik tanggapan banyak teman-teman fb Mak Gaoel. Sementara aku cuma ikutan nyimak nyekrol nyekrol nyerap pengalaman para mama-mama oye. Tapi, dari sekian jawaban tersebut, aku paling terpana dengan sebuah jawaban yang kiranya seperti ini : "Saya dan suami memilih menyekolahkan anak-anak kami di tempat yang fasilitasnya oke dan yang pasti hal tersebut diikuti oleh harga yang oke juga. Karena pilihan ini, sampai anak-anak sudah besar gini, kami baru memiliki rumah". 
We o we.

Tanggapan tersebut asli bikin aku mikir parah. Bisa nggak ya aku berkorban kayak gitu demi mengusahakan pendidikan yang terbaik buat si ken atau anak-anak ku kelak ? Berani nggak ya ? Ah rasanya nggak berani menanggung resiko seperti itu. Resiko tak kunjung mapan karena mbelani biaya sekolah buat anak-anak. 

Sudah. Pikiran tentang hal ini aku berhentikan sampai di kalimat terakhir itu. Karena apa ? Aku mulai terbawa perasaan cyiinn. Wkwkwkwk. 

Namun rupanya, Allah berkehendak lain nih. Akhirnya aku dihadapkan dengan momen dimana aku (sama suami juga) harus milih nyekolahin si ken di sekolah yang mbois dengan kualitas yang oye atau yang standart aja ?. 

Pertimbanganku, di satu sisi, aku penasaran dengan bakal seperti apa nih perkembangan si ken kalau ia berada atau sekolah di lingkungan yang stimulusnya oke punya. Soalnya Hebb, pakar neurologi, bilang bahwa lingkungan berpengaruh banget dengan kemampuan anak. Nah yang jadi pertimbangan aku selanjutnya adalah, si ken kayaknya suka banget sama sekolah yang oye ini nih. Bahkan waktu aku ajak survey si ken malah nggak mau pulang. Kalau sekolah-sekolah yang lainnya mah, waktu aku ajak pulang dia langsung ngekor. Dah, kalau gini mah, kalau si ken kelihatan suka gini, aku optimis si ken bakal betah. Karena beberapa kali aku nyobak in si ken ke beberapa sekolah dan berakhir dengan mogok alias nggak mau balik sekolah lagi. Salah aku sih, waktu itu, si ken memang nggak nunjukin ketertarikan tapi aku masukin aja gitu tanpa tanya-tanya pendapat dia atau ekspresi dia. Pikirku, si ken bakal adaptasi lama-lama dan nerima tapi nyatanya bocah malah mogok. Kalaupun masuk sekolah cuma mau ikut bentar doank abis itu ngajak pulang. Hiks. Oya aku mulai ngerasa perlu buat nyekolahin si ken setelah bertahun-tahun kekeuh pengin nerapin homeschooling aja ke si ken karena aku, belakangan ini, cukup kewalahan nih dampingin, bimbing, ngajarin si ken di rumah. Aktivitas aku udah nggak kayak waktu homeschooling-in si ken dulu yang ngurus rumah sama sesekali ngeblog. Sekarang, udah kebagi-bagi, buat kuliah plus nyari duit buat biaya kuliah juga. Jadi ya begitulah. Fadet sekarang mah. Hampir setiap hari kerja lembur bagai quda. Ramayana oh ramayan *lah. 

Lalu, di sisi lain, aku juga mikir banget soal biaya. Karena apa ? La biaya buat kuliah aku ini aja udah berhasil bikin aku sama suami menggos menggos ngos-ngosan. Eeee masa' mau ditambahin sama berburu buat biaya sekolah si ken di sekolah yang mihilnya masyaAllah bagi aku (juga suami). 

Nah....
Bingung dah. 
Milih yang mana ? Di sisi pertama atau pilihan di sisi yang kedua ?


Menurut Kamu gimana ? Mohon bantuannya yak. Matur nuwun. 
Facebook  Twitter  Google+ Yahoo