8 Misi Asta Cita Gagasan Indonesia Maju Prabowo Gibran, No. 4 Pro Guru

Guru dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Tentu gelar ini begitu mulia dan membanggakan pastinya. Namun belakangan gelar ini seakan menjadi tameng bagi orang-orang yang menggunakan jasa guru. Saat guru meminta hak berupa gaji yang layak, maka gelar tersebut pun dijadikan tameng untuk menolak. Ditambah lagi ada embel-embel bahwa pekerjaan yang dilakukan guru akan mendapatkan balasan di akhirat kelak. Beughhh, makin senep lah nasib guru. Guru seakan diwajibkan untuk bekerja dengan ikhlas dan seakan tidak boleh mengharapkan gaji layak. Sampai kapan begini? Berharap banget Gagasan Indonesia Maju Prabowo Gibran , gagasan ciamik itu bisa menghentikan hal ini.  

Sebagai seorang guru, itulah yang aku rasakan belakangan ini. Kalau boleh memilih ingin rasanya gelar pahlawan tanpa tanda jasa itu tidak menempel di profesi guru. Kalau bisa diubah ingin sekali melepaskan kata-kata ikhlas beramal pada profesi guru. Karena gelar-gelar tersebut membuat guru susah untuk mendapatkan haknya. 

Kewajiban seorang guru adalah mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Mewujudkan tujuan pendidikan nasional tentu bukan hal yang mudah. Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Oleh sebab itu guru pun diminta untuk mengerahkan seluruh perhatian, kekuatan, dan keilmuan yang dimiliki. Hidup guru seakan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional semata.

Sebenarnya tak jadi masalah jika guru diminta untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Toh juga untuk kebaikan bangsa ini. Tapi mbok ya diperhatikan juga kali hak-haknya guru. 

Nah ini salah satu jadi pertimbanganku dalam menentukan pilihan di pemilu nanti. Aku tentunya memilih presiden dan wakil presiden yang di dalam gagasannya memerhatikan nasib guru. Seperti gagasan Indonesia Maju Prabowo Gibran yang dikemas menjadi 8 misi asta cita, 8 program hasil terbaik cepat, dan 17 program prioritas. 3 bagian dari gagasan Indonesia maju ini, didalamnya terdapat bahasan tentang pendidikan, loh. Nggak percaya? Nih aku jentrengin salah satunya yak. 


sc. detiknews


8 Misi Asta Cita Gagasan Indonesia Maju Prabowo Gibran 

 

  1. Memperkokoh ideologi Pancasila, demokrasi, dan hak asasi manusia (HAM).
  2. Memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru.
  3. Meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, mengembangkan industri kreatif, dan melanjutkan pengembangan infrastruktur.
  4. Memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas.
  5. Melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri; 
  6. Membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan.
  7. Memperkuat reformasi politik, hukum, dan birokrasi, serta memperkuat pencegahan dan pemberantasan korupsi dan narkoba.
  8. Memperkuat penyelarasan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan, alam, dan budaya, serta peningkatan toleransi antarumat beragama untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.

Kalau boleh jujur, saat aku mendapati dunia pendidikan ada di dalam gagasan Indonesia Maju Prabowo Gibran, rasanya seperti bertemu oase di tengah padang pasir. Terlebih lagi aku sempat membaca beberapa peran nyata Pak Prabowo dalam dunia pendidikan. Salah satunya yaitu beliau mendirikan Politeknik Ben Mboi, Universitas Pertahanan di Belu, NTT. Oleh sebab itu, optimis gagasan Indonesia Maju Prabowo Gibran akan membawa negeri ini menjadi lebih baik, terutama nasib para guru. Semoga di Indonesia maju nanti, semua guru bisa hidup dengan layak Aamiin ya robbal’alamiin.

 


Layanan dan Digitalisasi BRI untuk Masyarakat


BRI Bagiku ....

Tahun 2003 adalah kali pertama aku membuat rekening untuk diri sendiri. Waktu itu aku bikin rekening bank BRI. Berbekal kartu pelajar SMA dan beberapa surat lainnya, aku membuat rekening di bank yang paling dekat dengan pondok pesantren tempatku mengenyam pendidikan. Alhamdulillah tak ada kesulitan sama sekali saat membuka rekening yang pertama kali. Padahal sempat dag dig dug waktu itu. Takut susah kaaannn. Eh ternyata mudah donk. La gimana nggak mudah secara banyak dapat bantuan sih dari mbak-mbak BRI. Bagi yang pertama kali bikin rekening, tentu bantuan mbak-mbak BRI ini sangat berarti. Itulah mengapa sampai saat ini aku masih setia menjadi nasabah BRI.

Waktu itu, aku merasa beruntung banget karena ada bank di dekat pondok pesantren. Aku nggak perlu naik becak atau angkutan umum lainnya untuk mengambil uang kiriman dari orang tua. Cukup jalan kaki atau kadang pinjam sepeda angin punya pondok.

Eh tapi kalau dipikir-pikir, BRI ini memang sudah ada dimana-mana deh sejak dulu. Nggak hanya di kota-kota saja. Lalu kalau sekarang bagaimana? Melansir dari website BRI, ada 7.975 unit kerja BRI yang tersebar dari Sabang sampai Merauke

Nah adanya outlet BRI yang tersebar dimana-mana mulai dari area perkotaan hingga pelosok negeri ini merupakan salah satu bukti bahwa BRI benar-benar melayani dan peduli. BRI datang memberikan kemudahan bagi nasabahnya.

Sekarang aku masih setia menjadi nasabah BRI. Nggak pengen beralih. Mengingat banyak kemudahan yang sudah aku dapatkan dengan menjadi nasabahnya. Yang terbaru, melalui KUR, BRI memberikan kemudahan bagiku dan adikku untuk mengembangkan usaha kuliner yang kami rintis bersama. Jadi kalau ada yang bilang BRI Pahlawan UMKM , maka aku akan membenarkan itu.  

Berdasarkan data dari balipost.com, Andrijanto selaku Direktur Jaringan dan Layanan BRI menyebutkan bahwa jumlah nasabah BRI sudah mencapai 150 juta. Fakta berupa data ini menunjukkan bahwa BRI begitu diminati. Alasan mereka memilih BRI mungkin salah satunya sama seperti aku. Sebab BRI peduli dan memberi kemudahan bagi nasabahnya.

Waktu terus bergerak. Tanggal 16 Desember nanti, BRI akan berusia 128 tahun. Sepanjang usia tersebut BRI sudah memiliki banyak pencapaian. Meskipun begitu, BRI tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk nasabahnya dengan aktif membuat terobosan layanan dan digitalisasi.


Layanan BRI


Tak ada yang abadi, termasuk kebutuhan manusia. Namun untungnya selalu ada cara atau bahkan ada saja yang berusaha untuk membantu manusia dengan cara memberikan kemudahan mencapai apa yang dibutuhkan. Salah satunya yakni BRI.

Ada beragam layanan yang ditawarkan BRI untuk nasabahnya maupun calon nasabahnya. Layanan-layanan yang ditawarkan tentu saja sesuai dengan kebutuhan saat ini. Adapun layanan perbankan BRI meliputi:

1. Bill Payment

adalah sarana pembayaran tagihan publik dengan memanfaatkan fasilitas ATM dan layanan di Teller BRI.

Layanan satu ini biasanya aku gunakan untuk bayar belanja di e-commerce atau isi dompet digital dengan memanfaatkan fasilitas ATM.

2. Jasa Penerimaan Setoran

Transaksi setoran atau pembayaran untuk berbagai keperluan seperti setoran pembayaran tagihan rekening listrik, setoran pembayaran Pensiun Pegawai (Taspen), setoran BPIH (Biaya Perjalanan Ibadah Haji) lunas, dan sebagainya.

3. Transaksi Online

Transaksi online atau transaksi antar cabang adalah layanan antar rekening online yang dapat dilakukan di semua kantor cabang BRI dan Unit BRI yang telah online.

4. Transfer & LLG

Layanan pengiriman uang dalam bentuk mata uang rupiah dan valas ke Bank lain melalui sistem kliring melalui BRI. Layanan (LLG) Lalu Lintas Giro adalah layanan pengiriman uang ke Bank lain melalui sistem kliring.

5. BRIfast Remittance

Jasa layanan pengiriman uang valas antar bank yang diselenggarakan oleh Bank BRI. Jadi kalau mau ngirim dana valas baik untuk keperluan bisnis maupun untuk keluarga tercinta bisa melalui layanan bri yang satu ini.

Nah itu tadi berbagai macam layanan perbankan BRI yang sesuai dengan kebutuhan saat ini. Selanjutnya BRI juga melakukan terobosan di dunia digital. Seperti apa?


Digitalisasi BRI


Saat ini hampir semua aktivitas kita sehari-hari pasti bersentuhan dengan teknologi mulai dari pekerjaan rumah tangga hingga melakukan transaksi. Jadi bisa dibilang teknologi sudah menjadi bagian hidup masyarakat luas. BRI menyadari akan hal ini sehingga lahirlah sebuah terobosan yang bernama BRIvolution 1.0 yang dimulai pada 2017 dan telah dilaksanakan hingga tahun 2020 lalu. Kemudian sejak terjadinya pandemi, transformasi tersebut dipertajam menjadi BRIvolution 2.0 yang difokuskan pada dua area utama yaitu digital dan culture. Nah dengan adanya BRIvolution 2.0 maka visi besar BRI pun berubah yakni menjadi The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia.

Selain itu, fokus lainnya adalah menjadi Champion of Financial Inclusion yang dimaksudkan guna menjaga pertumbuhan berkesinambungan perseroan. Untuk mewujudkan ini BRI pun mengatur strategi go smaller, yaitu menyasar pada segmen usaha yang lebih kecil dari mikro. Lalu BRI memberikan tenor pendek sesuai kebutuhan atau go shorter. Selain itu, BRI memperkuat digitalisasi layanan jasa keuangannya sehingga layanan dan proses bisnis dapat lebih cepat atau go faster. Dengan begitu, BRI dapat melayani masyarakat dengan memberikan akses keuangan yang lebih luas, lebih mudah, lebih cepat dan lebih terjangkau.

Untuk digitalisasi, BRI punya 3 framework yakni pertama Digitizing Core atau digitalisasi proses bisnis dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas dan fokus pada efisiensi. Kedua, Digital Ecosystems yaitu BRI menyiapkan platform-platform digital untuk mendorong BRI masuk ke dalam bisnis ekosistem value chain sehingga diharapkan menjadi sumber pertumbuhan baru di sisi CASA, FBI dan Nasabah baru BRI. Ketiga, New Digital Propositions, BRI melakukan inovasi teknologi finansial dengan pendekatan digital secara penuh dan bisnis model baru yang dapat memberikan layanan kepada nasabah lebih cepat, lebih baik, dan lebih efisien.

Melalui transformasi serta strategi go smaller, go shorter dan go faster yang didukung oleh digitalisasi, BRI terbukti dapat menunjukkan kinerja yang solid dengan mencatatkan aset konsolidasian mencapai Rp1.678,10 triliun atau tumbuh 4,23% yoy.

Sabagai nasabaj BRI, aku tentu turut bahagia juga bangga atas pencapaian BRI. Pencapaian yang bisa dibilang sukses besar. Kesuksesan BRI tentunya akan memberikan dampak positif bagi Indonesia. BRI untuk Indonesia. Lalu, akhir kata, aku berharap BRI bisa menggapai visi besarnya menjadi The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia. Aamiin

 ***

Referensi:

https://keuangan.kontan.co.id/news/jumlah-kantor-cabang-bank-rakyat-indonesia-bbri-berkurang-229-unit#google_vignette

https://bri.co.id/documents/20123/56786/AR%20BRI%202011%20-%20ID.PDF

https://www.balipost.com/news/2023/08/04/354237/Strategi-Hybrid-Bank-BRI-Beri...html

https://www.ir-bri.com/newsroom/a970f6d946_3a26c95533.pdf

 


Rasanya Keluar dari Zona Nyaman

Dear, Mombeb.

Kalau dipikir-pikir, rasanya, ini bukan kali pertama aku keluar dari zona nyaman. Jadi seharusnya aku tak perlu "kaget" saat aku menemukan hal-hal yang tidak menyenangkan terjadi di luar zona nyaman.Namun rupanya aku tetap tak bisa berlaku seperti ini. Tetap saja kaget begitu keluar dari zona nyaman. 

Aku akui, aku senang berlama-lama di zona nyaman. Karena terasa menenangkan. Kalau aku tenang maka asmaku pun menghilang. Kalau aku tenang maka aku bisa fokus memaksimalkan kemampuan. Kalau aku tenang maka rasanya aku pun sanggup mendukung orang-orang tersayang. Energi positif akan selalu melingkupiku. 

Semua itu sirna manakala aku keluar dari zona nyaman. Asmaku lebih sering kambuh. Aku sering uring-uringan dan seringkali merasa lelah, lelah jiwa juga raga. Kalau efek sampingnya begini, rasanya, aku tak ingin keluar dari zona nyaman. 

Sayangnya. pasangan hidupku tak sejalan denganku. Ia suka sekali keluar dari zona nyaman. Menantangnya seakan tak pernah takut akan efek samping yang mungkin terjadi saat keluar dari zona nyaman. Tak masalah jika efek samping tersebut dirasa oleh diri sendiri saja. Namun tidak demikian, keluarga juga turut merasakannya. 

Belakangan, ia pun mengajakku untuk berani keluar dari zona nyaman. Katanya demi masa depan anak-anak. Benarkah begitu? Entahlah? Untuk saat ini aku belum bisa berpikir dengan jernih. Sebab pikiranku dipenuhi dengan mencari-cari cara untuk menyelesaikan masalah yang muncul sebab aku keluar dari zona nyaman.

Lelah

Lelah sekali rasanya

Mau kembali ke zona nyaman, sepertinya sudah tidak bisa. 

Yang bisa aku lakukan hanyalah bagaimana menjadikan luar zona nyaman akhirnya menjadi zona nyamanku yang baru.  

  

Facebook  Twitter  Google+ Yahoo